Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Desi Nur Cahyasari

Mencontoh Hijrah Rasul Dalam Mewujudkan Harapan Indonesia

Agama | Friday, 13 Aug 2021, 14:09 WIB

Pada bulan Agustus 2021 ini umat muslim memasuki tahun baru Islam 1 Muharram 1443 Hijriah. Meski demikian, masih banyak yang tidak mengetahui. Bahkan tidak mengerti ada momen bersejarah pada bulan Muharram tersebut. Justru mirisnya, umat muslim lebih mengenal tahun baru Masehi dan ikut meramaikan perayaan malam tahun barunya. Padahal kalender Masehi terbentuk sejak hari kelahiran Yesus dari Nazaret. (Wikipedia.org)

Sementara tahun Hijriah terhitung sejak Nabi Muhammad berada di Madinah. Dikatakan Hijriah karena merupakan proses hijrah Rasul dari Makkah ke Madinah. Makna hijrah Rasul bukan sekadar berpindah tempat. Umar bin Khatab pernah mengatakan bahwa “Peristiwa hijrah menjadi pemisah antara yang benar dan yang batil.” (muslim.or.id)

Pengertian hijrah dalam As-sunnah sangat luas. Yaitu meninggalkan apa saja bentuk kemaksiatan menuju perbaikan sesuai perintah Allah. Termasuk keluar dari darul kufur ke darul Islam. Sebagai mana Makkah saat itu sebagai darul kufur, wilayah (Negara) yang tidak menerapkan aturan Allah secara total. Hanya menyembah kesyirikan dan menolak dakwah Islam.

Sehingga turun perintah Allah tentang hijrah Rasul ke Madinah. Di sinilah momen awal terbentuknya darul Islam. Dimana syariah Islam diterapkan secara keseluruhan dalam suatu wilayah. Dipimpin langsung pertama kalinya oleh Rasul sebagai kepala Negara.

Keamanan umat Islam terjaga di Madinah. Hingga dakwah Islam menyebar luas ke sepertiga dunia. Sejak itu peradaban gemilang penuh kesejahteraan terbangun di setiap aspek kehidupan. Segala bentuk permasalahan dapat terselesaikan penuh hikmah dengan aturan Islam. Bahkan kehidupan adil dapat dirasakan umat non muslim.

Keberhasilan Islam memimpin kehidupan manusia berlanjut hingga ke para sahabat. Penerapan sistem Islam terus menguasai selama 14 abad lamanya. Dan berakhir pada 3 Maret 1924 Masehi. Hingga detik ini manusia di belahan wilayah manapun tidak lagi diatur oleh sistem Islam. Tetapi disetir oleh sistem kapitalis sekuler.

Sistem kapitalis kental dengan aturan buatan manusia. Yang lebih mengedepankan kemajuan bidang ekonomi. Dengan kata lain suatu sistem Negara yang mengatur kebebasan individu untuk mengendalikan kegiatan ekonomi sehingga menghasilkan keuntungan untuk kepentingan pemilik modal besar.

Sesuai fakta di Indonesia saat ini sebagai pelaku sistem kapitalisme. Wabah yang membawa dampak luar biasa terhadap pengaruh pertumbuhan ekonomi. Bermimpi dapat maju sebagai Negara yang pertumbuhan ekonominya naik. Dan menaruh harapan pada usia produktif hasil bonus demografi sebagai alat penggerak roda materi ke depannya.

“Pemulihan ekonomi pasca Covid-19, kami berharap kalau kita bisa based pada 2022 dengan tingkat pertumbuhan 6%, maka trajectory (tren pertumbuhan ekonomi) yang panjang tadi (tanpa krisis) bisa kembali lagi pada 2029.” Ujar Kepala Bapennas Suharso Manoarfa.

Nampak persamaan kondisi sistem saat ini dengan umat jahiliyah Makkah sebelum hijrah. Urusan ekonomi menjadi fokus utama. Kehidupan diatur oleh sistem buatan manusia. Harta kepemilikan dan kekayaan dimiliki oleh segelintir orang. Penumpukan hutang ribawi yang dilakukan oleh Negara dibebankan kepada umat. Tidak ada aturan Allah dipakai dalam kekuasaan darul.

Padahal sebagai seorang muslim, kita harus bisa memahami bagaimana Allah memerintahkan banyak kebaikan dalam hidup ini. Islam sebagai rahmat seluruh alam. Sementara kenestapaan akan terus datang akibat menjauhi perintah-Nya.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum :41)

Ada banyak hal yang perlu dipelajari tentang hijrah. Sehingga semangat bulan Muharram bukan sekadar menilai perubahan pada nilai ekonomi atau diri sendiri saja. Namun juga mengerti bagaimana sejarah darul Islam terbentuk di Madinah.

Sehingga dalam mewujudkan mimpi tentang kemajuan dan kebangkitan suatu bangsa. Perlu sekiranya mengenal konsep Islam kaffah dalam mengatur keshalihan individu, masyarakat dan bernegara yang taat akan syariat. Perubahan tentu tidak akan ada dengan sendirinya dan hanya dilakukan oleh satu orang saja. Akan tetapi hijrah totalitas seperti jaman Rasulullah harus dilakukan secara bersama-sama.

“ Sungguh Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ” (QS ar-Ra’du: 11).

Jadi jika memimpikan kondisi yang maju, makmur, adil, sejahtera. Maka jalan keluar yang tepat adalah kembali hijrah kepada sistem Islam. Yang sudah terpercaya mengatur sendi kehidupan ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Seperti yang pernah diterapkan oleh Rasulullah Subhanahu wa ta’ala dalam berislam kaffah.

Wallahu a’lam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image