Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indar Cahyanto

Pendidikan Partisipatif

Eduaksi | Sunday, 08 May 2022, 14:40 WIB
Dokumen Pribadi Pendidikan Partisipatif

Pembelajaran Tatap muka kembali dibuka dengan menghadirkan semua peserta didik di dalam kelas. Kembalinya ruang-ruang kelas dengan suara dan giat pembelajarn yang sudah dua tahun lebih hilang akibat pandemic covid 19. Ruang kelas kembali diisi dengan warna dan corak giat pembelajaran yang bervariatif sesuai dengan kondisi mata pelajaran yang dipelajari.

Learning Loss sebuah kondisi pembelajaran dimana peserta didik mengalami kemunduran dalam menerima proses pembelajaran. Hal ini akibat interaksi yang kurang dinamis dan pertemuan hanya sebatas dalam ruang zoom. Keterbatasan dalam membangun pembelajaran yang berbasis kreatifitas dan partisipastif dalam mengembangkan karakter kurang terpenuhi dengan baik.

Pendidikan merupakan suatu proses transfer ilmu pengetahuan dan pengembangan suatu karakter peserta didik. Terjadinya learning loss dalam kegiatan pembelajaran karena kurang terpenuhinya proses interaksi pembalajarn tatap muka secara langsung karena berbagai macam unsur yang mempengaruhinya. Capain pembelajarn pun juga terkendala secara langsung dalam memahami karakteristik pembelajaran individu secara umum.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) menyebutkan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang. Usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.

COVID-19 telah memicu eksperimen pembelajaran jarak jauh terbesar dalam sejarah. Dihadapkan dengan ancaman dan masalah kesehatan masyarakat yang sah menyebabkan penutupan sekolah, Peserta didik telah membayar harga yang mahal untuk kehilangan pembelajaran dengan hanya penerapan pembelajaran dari rumah. Ada beberapa hal yang menyebabkan proses pendidikan jarak jauh mengalami masalah Pertama, muncul bahwa stres dan isolasi pembelajaran online berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental di kalangan anak muda. Kedua Kelas jarak jauh telah meningkat karena sekolah mengadopsi praktik terbaik tetapi tetap sulit bagi siswa yang berjuang dengan masalah seperti tantangan belajar, isolasi, atau kekurangan sumber daya. Ketiga kepedulian dan perhatian dari orang tua yang kurang karena kesibukan dalan hal bekerja atau kesibukan urusan lainnya. Keempat kurangnya motivasi dan literasi peserta didik untuk memanfaatkan pembelajaran secara daring dengan optimal.

Kekurangan itu yang kemudian perlu digagas adanya pendidikan partisipasi yang melibatkan komponen sekolah, orangtua dan masyarat. Sehingga kegiatan pembelajaran peserta didik benar-benar memiliki kebermaknaan dalam penanaman dan pembinaan karakter. Kolaborasi peran orangtua dan masyarakat dalam menyediakan sarana pendukung pembelajaran diharapkan dapat mendorong ruang-ruang kreatifitas dan inovatif dalam memanfaatkan kegiatan pembelajaran terutama di luar kelas.

Learning Loos dapat segera teratasi jika proses koloborasi berjalan sesuai dengan perencanaan dan program yang dapat diakomodir semua pihak. Membuat program bersama yang mengacu kepada capaian pembelajaran dan visi misi sekolah yang telah di buat. Program yang dibuat tentunya dalam pengembangan karakter dan pembinaan peserta didik di luar kelas.

Pada sisi yang lain dibutuhkan kepemimpinan partisipatif dan kolegial dalam menerapkan pembelajaran disekolah dengan iklim yang kondusif. Penerapan kepemimpinan partisipatif oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dapat mempengaruhi warga sekolah dan stakeholders untuk meningkatkan loyalitas. Hal ini akan berpengaruh pada orang tua siswa sehingga mereka mau dan mampu melakukan partisipasinya dengan bekerjasama untuk mendampingi siswa dalam menciptakan pembelajaran yang efektif.

UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ketika pemerintah melalui Kemendikbud ristek mengeluarkan kebijakan merdeka belajar yang merupakan upaya melihat sisi learning loss yang sangat dalam bagi perkembangan pendidikan anak bangsa. Kebijakan merdeka diharapkan tumbuhnya karakter manusia Indonesia dari sisi guru dan siswa maupun orangtua untuk menjadi manusia pembelajar. Tercipta suasana kolaboratif dan kebersamaan dalam menciptakan ruang-ruang kelas yang terbuka dalam membangun nalar berfikir secara kritis dan inovatif.

Aktualisasi Pembelajaran Partisipatif

Pembelajaran menurut KBBI merupakan proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan Partisipatif menurut KBBI adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan, peran serta, observasi kegiatan dalam riset, berupa pengamatan yang aktif dan turut serta dalam kehidupan lapangan atau objek yang diamati, Jadi Pembelajaran partisipatif adalah proses atau cara perbuatan yang melibatkan orang dalam suatu kegiatan observasi atau pengamatan secara langsung dalam kehidupan masyarakat.

Proses pembelajaran partisipatif di dalam kelas membutuhkan peran dari seorang guru yang kreatif dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik. Guru tidak lagi menjadi superior yang tau segala-galanya dalam mengajar dalam kelas. Tetapi dia menjadi fasilitator pembelajaan yang dapat membangun rasa kreatif peserta didik.

Pembelajaran partisipatif sebagai kegiatan belajar lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan individual dan mengutamakan kemampuan pendidik, menekankan pentingnya pengalaman dan pemecahan masalah, dan memfokuskan pada manfaat belajar bagi peserta didik. Pembelajaran partisipatif dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikutsertakan peserta dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program.( (PP PAUDNI) Regional I Bandung; 2015)

Pembelajaran partisipatif membutuhkan guru kreatif yang mau belajar dari pengalaman masa lalu dalam memberikan pembelajaran dalam kelas. Pengalaman masa lalu merupakan episode dari giat yang telah dihasilkan di dalam kelas dalam bentuk keberhasilan, kegagalan, dan pengalaman itu bisa muncul dari rekan seprofesi. Suatu pengalaman masa lalu bagi guru kreatif merupakan inspirasi pembelajaran untuk menghasilkan suatu metoda pembelajaran baru dan produk karya kreatif. Produk itu dibangun berdasarkan rasa imajinasi dan penggunaan kognisi yang digunakan guru kreatif dalam proses pembelajaran bermakna dalam kelas.( Nana supriatna dan Neni maulidah;2020)

Richard I. Arends menggambarkan dalam bukunya Learning to Teach Konsep pengajaran efektif yang telah memandu perencanaan dan penulisan Pembelajaran Karakteristik ini merupakan prasyarat untuk mengajar, tetapi mereka tidak cukup tanpa lima atribut tingkat yang lebih tinggi:

1. Guru yang efektif memiliki kualitas pribadi yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan otentik dan peduli hubungan manusia dengan siswa mereka, orang tua, dan rekan-rekan.

2. Guru yang efektif dapat menciptakan ruang kelas demokratis yang mencontoh keadilan social anak-anak dan remaja.

3. Guru yang efektif memiliki disposisi positif terhadap pengetahuan. Mereka memiliki perintah setidaknya tiga, basis pengetahuan luas yang berhubungan dengan materi pelajaran, manusia pengembangan dan pembelajaran, dan pedagogi. Mereka menggunakan pengetahuan ini untuk membimbing mereka ilmu dan seni dari praktik mengajar mereka.

4. Guru yang efektif memerintahkan repertoar praktik pengajaran yang efektif yang diketahui merangsang motivasi siswa, meningkatkan pencapaian keterampilan dasar siswa, mengembangkan pemikiran tingkat tinggi, dan menghasilkan siswa yang mandiri.

5. Guru yang efektif secara pribadi cenderung ke arah refleksi dan pemecahan masalah. Mereka menganggap belajar untuk mengajarkan proses seumur hidup, dan mereka dapat mendiagnosis situasi dan mengadaptasi serta menggunakan pengetahuan profesional mereka secara tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa belajar dan memajukan sekolah. (Richard I. Arends; 2012)

Pendidikan partisipasi menguatkan peran guru dalam proses perencanaan dalam menggunakan istilah capaian pembelajaran. Untuk pelaksanaan pembelajaran guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup untuk bekal hidupnya sebagai insan mandiri dan sesuai profil pelajar Pancasila. Proses pembelajaran pun siswa mengalami melalui skenario pembelajaran berupa modul yang telah dirancang oleh guru tersebut. Melalui proses mengalami dan pengalaman belajar itulah diharapkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dalam pembelajaran abad ke 21.

Paradigma pembelajaran sekarang ini adalah Student Centered Learning merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kegiatan belajar yang Guru sepatutnya menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi yang membuat siswa melakukan berbagai kegiatan seperti membaca, melihat gambar, menulis, berdiskusi, menyampaikan pikiran, beradu argumentasi, mempraktekan suatu ketrampilan, dan tidak memposisikan siswa sebagai pihak yang pasif, yang hanya dimita untuk mendengarkan ceramah.

Kepemimpinan Yang Efektif

Kepemimpinan merupakan factor yang penting dalam proses giat kehidupan manusia dan memiliki pengaruh yang dominan dalam melakukan proses kegiatan. Dalam kegiatan pembelajaran kepemimpinan seorang guru dalam mengajar di dalam kelas dapat mempengaruhi situai kegiatan belajar mengajar. Selain guru memiliki kemampuan mengajar didalam kelas ada factor kepemimpinan dalam melakukan pendekatan dan pengajaran kepada peserta didik.

Guru memberikan kemimpinan mengajara kepada siswanya melalui perencanaan, motivasi, dan fasilitasi sedang belajar. Guru dalam membuat proses perencanaan melalui pembuatan alur tujuan pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggambarkan proses aktifitas peserta didik di dalam kelas dengan memahami elemen pembelajaran dan capaian pembelajaran. Alur tujuan pembelajaran yang dibuat juga turut memahami kebutuhan belajar peserta didik, kegiatan pembelajaran yang berpusat pada anak didik dan proses penilaian yang dapat dirancang sesuai dengan strategi dan model pembelajaran. Sehingga akan terekam pola pengajaran yang dapat membangun dan membangkitkan motivasi belajar peserta didik

Selain kepemimpinan mengajar guru dalam kelas peran yang sangat penting peran kepala sekolah dalam mengendali dan membangun team guru dan karyawan yang solid. Proses kepemimpinan efektif dari kinerja kepala sekolah akan menghasilkan suatu pola kerjasama yang saling menguatkan dalam mendukung kinerja sekolah.Kemudian dapat membangun proses pembelajaran yang mampu meningkatkan rasa loyalitas guru, siswa dan orang tua agar bekerjasama dan berpartisipasi untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas

Ketika para pemimpin menunjukkan rasa hormat terhadap dan keyakinan dalam kemampuan pengambilan keputusan pengikut dengan menunjukkan perilaku partisipatif. Sehingga Perilaku tersebut kemudian menyebabkan pemimpin mendapatkan kepercayaan pengikut dan keterlibatan, kinerja yang lebih tinggi. Dalam hal pemimpin partisipatif meminta pendapat anggota tim, mempertimbangkan masukan dari team untuk bertanggung jawab atas pencapaian tujuan dan meningkatkan pemberdayaan inovasi ketrampilan. (Funda Sinani; 2016)

Richard I. Arends menggambarkan dalam bukunya Learning to Teach. Leadership. In many ways, a contemporary teacher’s role is similar to those of leaders who work in other types of organizations. Leaders are expected to plan, to motivate others, to coordinate work so individuals can work interdependently, and to help formulate and assess important goals. Kepemimpinan. Dalam banyak hal, peran guru kontemporer mirip dengan peran pemimpin yang bekerja di jenis organisasi lain. Pemimpin diharapkan untuk merencanakan, memotivasi orang lain, untuk mengoordinasikan pekerjaan sehingga individu dapat bekerja secara saling bergantung, dan untuk membantu merumuskan dan menilai tujuan penting. ((Richard I. Arends; 2012))

Kepala sekolah dalam salinan peraturan kemendikbudristek no 40 tahun 2021 dijelaskan kepala sekolah memiliki tugas pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan tenaga kependidikan. Bertujuan untuk: a. mengembangkan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik; b. mewujudkan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan inklusif; c. membangun budaya refleksi dalam pengembangan warga satuan pendidikan dan pengelolaan program satuan pendidikan; dan d. meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik.

Menurut persepsi banyak guru, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah terutama didasarkan pada kemampuannya memimpin. Kunci kelancaran kerja kepala sekolah terletak pada stabilitas dan emosi, serta kepercayaan diri. Hal ini merupakan dasar psikologis untuk memperlakukan stafnya secara adil, memberikan keteladanan perilaku, perilaku dan melaksanakan tugasnya. Dalam konteks ini, kepala sekolah dituntut untuk menunjukkan kemampuannya dalam membina kerjasama dengan seluruh personel dalam iklim kerja yang terbuka yaitu kemitraan, dan meningkatkan partisipasi aktif dari orang tua siswa.( Vinus Fitriati dkk ; 2021)

Kepemimpinan kepala sekolah memegang peran penting dalam mengembangkan kinerja sekolah yang dapat mengartikulasikan visi dan misi sekolah. Percaya Sekolah sebagai tempat belajar, memperdayakan, pembaharuan dan pengembangan diri guru, peserta didik dan karyawan. Maka perlu dibangun iklim pendidikan di sekolah yang terbuka, egaliter, pro aktif, menghargai dan tidak saling menyalahkan.

Sekolah yang menghasilkan out put bagus merupakan kerja kolektif dan kolobarotif semua unsur komponen sekolah. Hal ini guru akan dapat berkembang jika kepala sekolah menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan guru berkembang dengan baik. Membangun suasana kebatinan yang nyaman dengan kebersamaan yang diciptakan dengan kesadaran bukan dengan paksaan ucapan atau tindakan perundungan atau bully sesama komponen sekolah.

PENUTUP

Pembelajaran partisiapatif apabila kepemimpinan dari kepala sekolah dapat dijadikan pilihan utama untuk mengelola sekolah yang menerapkan pembelajaran dan penerapan kepemimpinan partisipatif yang dapat mempengaruhi warga sekolah dan stakeholders untuk meningkatkan loyalitasnya. Hal ini akan berpengaruh pada orang tua siswa sehingga mereka mau dan mampu melakukan partisipasinya dengan bekerjasama untuk mendampingi siswa dalam menciptakan pembelajaran yang efektif.

Guru juga kunci utama pendidikan partisipatif di dalam kelas dalam menerapkan pembelajaran efektif. Ruang kelas perlu dibuka dengan selebar-lebarnya dengan kreatifitas dan inovatif serta kolaboratif antara guru dan peserta didik. Ruang kelas tidak boleh sepi dari aktifitas pembelajaran yang ramah dan menyenangkan. Maka yang diharapkan sekolah menjadi taman bermain kreatifitas dan inovatif peserta didik dalam mengembangkan diri. Bukan hanya persoalan nilai yang bagus diharapkan dan didapat peserta didik tapi pengalaman dalam proses pembelajaran yang ramah dan menyenangkan.

Indar Cahyanto, Guru Sejarah Dan Pengurus MGMP Sejarah Jakarta Pusat serta Anggota Pimpinan Ranting Muhammadiyah Ciracas Jakarta Timur

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image