Menilik Danau Tarbela dan Kesederhanaan Warganya
Curhat | 2021-08-04 16:44:16Pakistan - Suara deru ombak terdengar jelas saat baru saja masuk ke area Bendungan Talbera. Segorombolan burung Kuntul tampak terbang di sekitar pesisir danau Tarbela yang tampak berwarna kecoklatan. Tumpukan sampah yang terbawa arus di bibir danau menjadi penyebab utama danau ini tercemar. Beberapa kapal terlihat sedang besandar di sepanjang danau.
Bendungan Talbera (Talbera Dam), merupakan bendungan terbesar di Pakistan yang terletak di Kota Haripur, Profinsi Khyber Pakhtunkhwa (KPK), Danau yang mempunyai luas permukaan 250 Kilometer Persegi ini berjarak sekitar 105 Km Barat Laut dari Ibukota Pakistan, Islamabad.
âMau naik kapal?â tanya Muhammad Aliyas berbahasa Urdu (bahasa resmi Pakistan), seorang warga lokal yang langsung turun dari kapalnya saat melihat kami Mahasiswa Indonesia datang pada Senin (01/08/21) pagi.
Berbeda seperti danau pada umumnya dengan pemandangan indah, Talbera menyuguhkan sisi lain Pakistan yang cukup menarik. Rombongan anak-anak asyik berenang di pinggiran danau yang tampak seperti tidak terawat. Tidak jauh dari bibir danau, beberapa perahu kecil dengan warga yang memanfaatkan air danau untuk mencuci pakaian cukup menarik perhatian. Tidak terlalu ramai pengunjung, hanya warga lokal yang tampang sedang melakukan rutinitas harian pada umumnya.
âKami biasa mencari ikan di sini, dan kami juga kadang mengantar beberapa pengunjung yang datang untuk sekedar mengelilingi danau,â ungkap Aliyas saat ditanya tentang pekerjaan tetap masyarakat setempat.
Aliyas menjelaskan bahwa ikan yang didapatkan dari hasil menjala juga tidak terlalu banyak seperti para nelayan pada umumnya.
âIkan-ikan yang kami tangkap nanti akan dijual dengan harga rata-rata 250 rupees (sekitar Rp.25.000) perkilo,â jelasnya sambil menunjuk beberapa mobil yang datang untuk mengangkut hasil tangkapan mereka.
Sebagai bendungan terbesar, Tarbela juga merupakan salah satu muara dari sungai Indus, sungai terpanjang di Pakistan. Indus sendiri berperan besar sebagai penyedia sumber daya air utama bagi perekonomian di Pakistan, khususnya untuk wilayah Punjab.
Tarbela dan Senyum Bahagia Warganya
âKami bekerja bukan untuk menjadi kaya, cukup kami bisa makan saja kami sudah merasa bahagia,â ujar Aliyas sembari tertawa kecil sambal menggelengkan kepala, gaya khas warga Pakistan saat berbicara.
Pria berumur 40 tahun ini mengungkapkan bahwa segala rezeki yang diberikan pada hari itu merupakan anugerah dan rahmat yang harus disyukuri.
Sambil menunjuk beberapa anak yang ada di sekitar danau, Aliyas menjelaskan bahwa anak-anak turut membantu orang tuanya bekerja di sepanjang danau.
âAnak saya yang pertama umur 9 tahun nanti datang, dia biasanya ikut saya membawa ikan-ikan untuk dijual,â kata bapak yang sudah mempunyai 5 anak ini.
Berdasarkan pengakuan Aliyas, beberapa anak ada yang duduk dibangku sekolah, namun kebanyakan dari mereka terpaksa harus merelakan pendidikannya.
âBanyak kendalanya, salah satunya uang,â terangnya singkat seperti enggan membahas permasalahan ini.
Meski demikian, pendidikan informal tetap diberikan kepada anak-anak mereka melalui majelis taâlim di rumah-rumah.
âYa biasanya kami belajar bareng di rumah, kami kumpul bersama-sama melakukan taâlim,â pungkasnya.
Namun menariknya, sekitar 400 meter dari pinggiran danau, tampak tenda-tenda berjejer yang merupakan Kamp pengungsian warga Afghanistan di Pakistan.
âIni anak-anak Afghanistan dan tenda itu kamp mereka di sini,â katanya sambil menunjuk tenda yang terlihat setengah tertutup ladang jagung yang mulai tinggi.
Meski berasal dari negara yang berbeda, Aliyas mengungapkan bahwa mereka hidup rukun dan saling membantu. Sosialisasi yang terjalin antar mereka terlihat saat anak-anak mereka bermain dan berlarian bersama di sekitar danau.
Warga di sekitar Danau tarbela memang tampak ramah dengan pendatang. Danau Tarbela seperti mengajarkan arti kata cukup. Meski hidup di tengah kesederhanaan, mereka tetap mencoba memberikan pelayanan terbaik kepada kami.
âAyo kita makan pakora (makanan khas Pakistan yang terbuat dari kentang) dulu,â ajak Aliyas setengah memaksa saat kami berpamitan ingin Kembali ke Islamabad.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.