Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mohamad Su'ud

Tablet dan Shock Theraphy untuk Anakku

Eduaksi | Saturday, 07 May 2022, 06:56 WIB

"Prak, prak, prak". Kubanting tablet itu di atas lantai. Anakku menangis. Saya tidak peduli. Setelah itu saya duduk di atas kursi. Istriku menghampiri si kecil, mengusap-ngusap kepalanya dan membesarkan jiwanya.

Selang beberapa menit...

"Maafkan Abi, nak," kataku sambil mencium kening dan pipinya. Masih ada sisa air mata yang menempel di pipinya. Saya tidak tahu apa yang ada dalam pikiran anakku malam itu. Ada penyesalan yang dalam pada jiwaku. Tapi ini harus saya lakukan. Saya berusaha menguatkan sikap yang sudah saya ambil.

Penampakan bangkai Tablet

Istriku terus mensupport dan menenangkanku. Entah sudah berapa ratus istighfar yang sudah saya lafalkan. Saya menuju ke belakang, mengambil air wudhu dan sholat Sunnah dua rakaat. "Ya Robbi ampuni dosaku bila langkahku salah, andaikan benar kuatkan kami. Lembutkan hati kami, anak-anak kami dan istri kami," sayatan do'a kami "kirim ke langit".

Sudah 2 pekan saya mengamati perilaku dan kebiasaan anakku. Ada hal yang berbeda dan jauh dari biasanya. Namun demikian masih tetap sholat berjamaah di masjid dan rutin baca Al-Qur'an.

Ada aspek lain yang berubah. Anakku mulai agak malas, dipanggil ketiga kalinya baru merespon. Kedisplinan terus melemah. Saya melihat dengan jelas perubahan pada wajahnya. Fokus sudah menurun, terlihat dari tatapan matanya. "Saya harus bersikap," kataku dalam hati. Kuajak istri berdiskusi.

Akhirnya, kuputuskan malam itu, saya "ambil" Tablet itu dari tangan anakku,...dan terjadilah peristiwa 3 hari sebelum hari raya itu.

Saya niatkan sebagai shock Theraphy

Tablet itu saya beli 5 tahun yang lalu. Harga 1 juta sekian. Masih bagus. Jarang kupakai. Hanya sesekali untuk penyimpanan bahan kajian atau mengisi ceramah.

"Ini nak, dipake (tablet), hanya untuk keperluan belajar. Dipake game boleh tapi sekedarnya saja," kataku 1 tahun yang lalu.

Awal-awal berjalan normal. Lambat laun durasi pemakaian meningkat. Saya mengamati terus menerus. Masih saya biarkan. Tambah hari justru semakin (mulai) kecanduan. Tidur dipegang. Bahkan sudah mulai berani menyembunyikan tablet. Sengaja saya tidak mau tahu dimana persembunyiannya.

Bismillah. Izinkan ya Robbi, kami melakukan tindakan. Semoga, semua ini atas ridho-Nya.

Surat Cinta untuk Kakaknya

Bismillah

Anak²ku...

Smg Allah membimbing kita ke jalan yang di ridhoi-Nya.

Mulai detik ini, mohon kalau membuka HP jgn dihadapan adek... . Silahkan mencari tempat yang aman.

Adek ... sdg melakukan riyadhoh, hidup tanpa HP????, sampai lulus MIM/masuk SMP.

Terima kasih.

dr Abi-mu

------

Surat cinta itu kukirim di group keluarga.

Doaku untukmu wahai anak-anakku

1) “Robbìy hablìy mìl ladunka dzurrìyyatan thoyyìbatan ìnnaka samì’ud du’a.”

Artinya: “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (QS Ali Imran: 38).

2) “Allahumma faqqih hu fid diini wa ‘allimhut ta’wiila”

Artinya: “Ya Allah, berikanlah kepahaman baginya dalam urusan agama, dan ajarkanlah dia ta’wil." (HR.Bukhari)

3) Allahumma barikliy fii awladiy, wa la tadhurruhum, wa waf fiqhum li tho'atik, war zuqniy birrohum."

Artinya: "Ya Allah berilah barokah untuk hamba pada anak-anak hamba, janganlah Engkau timpakan mara bahaya kepada mereka, berilah mereka taufik untuk taat kepada-Mu dan karuniakanlah hamba rejeki berupa bakti mereka.”

Nasrun Minallah

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image