Jangan Pernah Berhenti Menaklukan Rangkaian Kereta Liar Kehidupan
Agama | 2022-05-07 02:56:53Rangkaian kereta yang membawa gerbong bermuatan bahan kimia berbahaya melaju cepat tanpa masinis yang mengendalikannnya. Itulah ide utama dari film Unstoppable.
Film genre eksen besutan sutradara Tony Scott ini dirilis pada November 2010. Pemeran utamanya Denzel Washington, Chris Pine, dan Rosario Dawson. Film ini diangkat dari kisah nyata petualangan menghentikan kereta api bermuatan bahan kimia berbahaya yang melaju cepat tanpa kendali seorang masinis.
Awal kisah, seorang masinis menyalakan mesin rangkaian kereta api bermuatan bahan kimia berbahaya. Karena ada suatu kepentingan untuk melapor ke kantor stasiun, ia meninggalkan kereta dalam keadaan mesinnya hidup. Parahnya, ia lupa menghidupkan tuas remnya.
Ketika sang masinis sedang berada di kantor stasiun, tiba-tiba kereta bergerak maju dengan cepat. Beberapa orang mekanik berusaha meloncat ke lokomotif, namun gagal, malahan beberapa orang celaka dan terluka. Rangkaian kereta dengan laju yang cepat meninggalkan stasiun.
Kepala stasiun, Connie Hooper yang diperankan Rosario Dawson segera mengumumkan situasi darurat. Kepada seluruh jaringan stasiun agar segera mengatur ulang jadwal dan jalur pemberangkatan kereta api agar terhindar dari tabrakan dengan kereta tanpa masinis tersebut.
Di jalur rel lain, Frank Barnes (diperankan Denzel Washington), seorang Masinis senior yang akan segera pensiun dan Will Gordon (diperankan Chris Pine), seorang lulusan Akademi Perkeretaapian dan karyawan baru tengah mengemudikan rangkaian kereta api bermuatan orang. Mereka dihubungi kepala stasiun agar berhati-hati dan menghindari bertabrakan dengan kerta tanpa masinis.
Ketegangan mulai terjadi ketika Frank dan Will melihat kereta tanpa masinis sebagaimana informasi yang ia terima. Meskipun mereka berpapasan di lintasan jalur rel yang berbeda, mereka tetap khawatir kereta tersebut oleng dan terguling menimpa kereta yang mereka berdua kemudikan.
Singkat cerita, berbekal pengalaman selama bertugas sebagai masinis, Frank melihat ada peluang menghentikan laju kereta tersebut. Ketika gagasan ini disampaikan, perdebatan panjang dan dialog pun mulai terjadi. Hampir tak ada seorang pun yang setuju dengan rencana Frank. Banyak karyawan stasiun yang mencibir dan menuduh Frank ingin dianggap sebagai pahlawan. Untungnya, Connie Hopper, sang Kepala Stasiun mendukung rencananya.
Tak ada seorang pun yang mau diajak kerjasama oleh Frank. Setiap orang yang diajaknya menolak, karena misinya sama saja dengan bunuh diri. Setelah mendapat penolakan dari banyak orang, ia mencoba mengajak Will Gordon, sang karyawan baru agar bersedia ikut dalam misi “bunuh diri” tersebut.
Setelah melalui dialog dan perdebatan panjang, Will yang belum begitu akrab dengan Frank, dan juga sedang menghadapi masalah sidang perceraian dengan istrinya bersedia diajak kerjasama. Singkat cerita, dengan berbagai cara yang sarat ketegangan, mereka berdua bisa masuk ke dalam bagian lokomotif rangkaian kereta tanpa masinis tersebut.
Kini berbagai cibiran, rintangan, dan keraguan dalam petualangan menaklukkan kereta liar tersebut mulai berkurang. Semangat mereka berdua tak surut, terlebih-lebih ketika orang-orang yang tadinya menolak dan meragukan keberhasilannya mulai memberikan dukungan. Alat komunikasi yang dibawa mereka berdua selalu berbunyi dengan suara penuh dukungan dan do’a serta harapan agar usaha mereka berhasil.
Demikian pula dengan anak-anak Frank yang tak henti-hentinya menelpon sang Ayah, memberikan dukungan dan motivasi agar berhasil dalam petualangan menaklukan kereta liar tersebut. Tak dinyana pula, sang istri Will yang melihat siaran langsung Breaking News penaklukan kereta tersebut melalui siaran televisi memberi dukungan, padahal ia sedang saling gugat di pengadilan. Tak henti-hentinya ia berdo’a untuk kebaikan dan keselamatan suaminya yang sedang ia gugat di pengadilan.
Setelah petualangan panjang yang penuh ketegangan, mereka berdua berhasil menaklukkan kereta yang mengancam keselamatan jiwa penduduk kota. Setelah kereta dapat dihentikan di sebuah stasiun, mereka berdua benar-benar disambut sebagai pahlawan. Keluarga Frank menyambut haru dan bangga.
Will dengan kaki terluka parah duduk, merunduk di tangga lokomotif. Di hatinya berkecamuk perasaan bangga dan sedih. Ia bangga bisa menaklukkan liarnya kereta api yang akan membahayakan khalayak, tapi ia sedih tak mampu menaklukkan kerasnya badai yang sedang menerpa kehidupan keluarganya. Ia tetap merunduk sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.
Agak jauh dari Will, dari tengah kerumunan orang muncul seorang wanita menggendong seorang anak. Dialah istri Will beserta anak semata wayangnya. Ia sengaja datang menemui Will. Dengan penuh hangat ia memeluk sang suami dengan deraian air mata. Perceraian pun urung terjadi. Mereka dapat bersatu kembali menjadi keluarga yang utuh.
Kita analogikan cerita kereta dalam film tersebut dengan kehidupan kita. “rangkaian kereta liar” kehidupan kita sering melaju cepat, nyaris tanpa kendali dan membuat kita hampir putus asa. “Rangkaian kereta liar” tersebut tiada lain adalah problema kehidupan yang selalu menimpa dan menyapa kita. Datangnya tak pernah diundang dan sulit dihadang seraya suka lama untuk berpamitan pulang dari tengah kehidupan.
Dalam pandangan kita, terkadang problema yang kita hadapi terlalu banyak dan berat. Kedatangannya selalu menghimpit, menutup mata dan hati kita dari kebahagiaan. Terkadang di hati kita tumbuh perasaan iri dengan kehidupan orang lain. Mereka nampak diberi kemudahan dalam meraih segala impian.
Sering pula hati kita berbisik, “Ya Allah, mengapa mereka yang nampak bermaksiat kepada-Mu, melanggar aturan-Mu lebih Kau mudahkan rezeki dan segala urusannya? Mengapa aku, yang selalu memuja, memuji, beribadah, dan berdo’a memohon hanya kepada-Mu, kehidupanku seolah-olah Kau himpit dan dipersulit? Mengapa ketika aku memohon kemudahan, malah Kau beri aku kesulitan? Mengapa ketika aku memohon kesehatan, malah Kau beri aku penyakit? Mengapa ketika aku memohon kekuatan, malah Kau beri aku kelemahan? Ketika aku meminta kekayaan, malah Kau beri aku berbagai kesusahan?“
Kehidupan semakin sumpek ketika hinaan, cercaan, rintangan datang dari berbagai sudut kehidupan. Tetangga menjauh, saudara mencerca, dan anggota keluarga menyodorkan berbagai kebutuhan hidup yang semakin menumpuk.
Banyak orang yang bisa bertahan dari berat dan sakitnya menghadapi problema, namun banyak pula orang yang tak tahan menanggung derita, hinaan, cercaan, dan cibiran dari orang-orang yang menyaksikan problema yang tengah dihadapi. Komentar pedas sering mematikan upaya keras dalam mencari solusi terhadap problema yang sedang dihadapi.
Tak elok jika kita berputus asa ketika menghadapai “rangkaian kereta liar” kehidupan yang melaju begitu cepat. Kita tak perlu menghiraukan cercaan, cibiran, hinaan, dan berbagai rintangan lainnya, hanya ada satu tekad kuat, kita harus mampu menghentikan lajunya “rangkaian kereta liar” kehidupan tersebut agar tidak melindas mati semangat hidup.
Tak ada kehidupan yang abadi, selain kehidupan di akhirat kelak. Kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai problematika kehidupan di dunia ini semuanya fana, ada batas akhirnya. Karenanya kita tak boleh berputus asa dari rahmat dan pertolongan-Nya (Q. S. Yusuf : 87). Semua problema ada ujung dan jalan keluarnya.
Penderitaan yang kita alami pada saat ini bisa jadi merupakan jalan menuju kebahagiaan. Nabi Yusuf a.s. bertahun-tahun didera derita di dalam penjara. Sebelumnya, ia dianiaya saudara. Demikian pula Bilal bin Rabaah yang habis-habisan dicerca, dihina, dan disiksa. Nabi Ayub a.s. ditimpa penyakit berat sampai harus diasingkan jauh dari pemukiman penduduk. Mereka semua sabar menghadapinya. Pada akhirnya mereka bisa hidup bahagia, malahan jadi penghuni sorga.
Jika problema yang tengah kita hadapi seolah menjadi dilema yang membuat diri semakin putus asa, jika segala upaya yang telah kita lakukan belum mampu membukakan jalan agar kita segera keluar dari problema, kita tak boleh putus asa. Satu-satunya jalan terbaik adalah menyerahkan semuanya kepada Zat Yang Menciptakan problema kehidupan, Zat yang berkuasa memberikan jalan kemudahan.
Jika problema yang menerpa kita terasa besar, serahkan kepada Allah Yang Maha Besar. Apapun di hadapan-Nya kecil, termasuk besarnya masalah yang tengah kita hadapi. Akuilah dengan rendah hati, begituh rimpuhnya diri kita dalam menghadapi berbagai problema. Selayaknya kita memohon kekuatan kepada Allah sambil mengakui, kita tak memiliki kekuatan apapun tanpa pertolongan-Nya.
Ketika kehidupan kita diterpa berbagai problema yang seolah-olah menjadi dilema, kesulitan yang menghimpit, dan kesusahan yang membuat hidup dari hari ke hari semakin resah, Rasulullah saw mengajarkan agar kita berserah diri, bertawakal kepada-Nya setelah kita berusaha keras mencari solusi dari problema yang kita hadapi.
Salah satu bentuk tawakal, ia menganjurkan kita untuk memperbanyak zikir dengan ucapan hauqallah, yakni ucapan Laa haula wa laa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘adhim. Tak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Agung.
Rasulullah saw berwasiat kepada Abu Hurairah r.a. agar senantiasa membaca hauqallah, sebab ucapan tersebut dapat menghilanglan 70 pintu cobaan, kefakiran, dan malapetaka. Selain itu, membaca hauqallah merupakan penawar terhadap 99 penyakit ringan dan dapat menghilangkan kegundahan hati (Sayyid Muhammad Alwi al Maliki al Husaini, Abwab al Faraj, halaman 171-172).
Selamat berjuang menghadapi berbagai problema tanpa menjadikannya sebagai dilema yang membuat hati gundah gulana dan berputus asa. Serahkan semuanya kepada kuasa-Nya. Formulanya sederhana, jangan berhenti berikhtiar, berdo’a, dan bertawakkal.
Jika ikhtiar kita sudah di garis batas kemampuan kita, do’apun sudah kita panjatkan dengan memelas sampai air mata terkuras, biarkan do’a bertarung dengan takdir kita di langit atas.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.