Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. Abu Fayadh Muhammad Faisal, M.Pd

Jasmerah Jangan Melupakan Sejarah: Kekejaman Laskar China Poh An Tui

Sejarah | Thursday, 05 May 2022, 18:10 WIB
Foto Republika: Gambar nyomot dari Info: https://m.republika.co.id/amp/o36za3385

(Jasmerah) Jangan Melupakan Sejarah: *Kekejaman Laskar China “Poh An Tui”*

JAKARTA, Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan RI dibentuk Milisi China Indonesia yang dikenal sebagai *‘Poh An Tui’* yang dibentuk oleh *Kapten Raymond Westerling* untuk kepentingan Belanda dalam usaha kembali menguasai tanah air kita dengan aksi terror, mata-mata serta ikut memerangi tentara Republik Indonesia bersama Belanda. Beberapa unit ada di Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Jakarta.

Poh An Tui ini terlibat dalam Agresi terhadap RI. Poh An Tui, adalah satuan bersenjata dari orang China di Indonesia yang loyal kepada Belanda. Ini fakta sejarah yang tak terungkap dalam sejarah nasional yang diajarkan di bangku sekolah.

Tugas laskar China ini selain menjadi mata-mata juga untuk meneror pejuang bangsa Indonesia. Kehadiran serta sepak terjang mereka yang terkenal kejam menjadi salah satu penyebab pejuang Islam sangat membenci etnis China.

Aksi-aksi Milisi Poh An Tui ini tergolong kejam bahkan lebih kejam dibanding tentara Belanda itu sendiri. Sayangnya, keberadaan, kejahatan serta aksi-aksi Poh An Tui cenderung diabaikan. Seolah ada upaya sistematis untuk menghilangkan fakta sejarah ini.

(Cari dan Baca Info: Hanya di Era Jokowi, Milisi China “Po An Tui” Pembantai Priboemi Dibuatkan Monumen di TMII).

Ternyata kaburnya Westerling ke Singapura setelah menebar teror di Bandung dan berniat membunuh Menhan (ketika itu) Hamengku Buwono IX dibantu Poh An Tui. Dalam bukunya “Memenuhi Panggilan Tugas,” Jend. AH. Nasution mengisahkan kronologi kaburnya Westerling sang TERORIS. Ternyata kaburnya Weterling dengan mudah ke Singapura karena dibantu oleh Milisi China Poh An Tui yang menjemput dengan Pesawat CATALINA di pantai Sampur, Jakarta Utara.

Di masa Perang Kemerdekaan, Milisi China ini mendapat pasokan senjata dari Singapura (d/h masih termasuk bagian dari Persekutuan Tanah Melayu) untuk melawan pejuang Kemerdekaan.

Sebagai mata-mata, anggota Poh An Tui selalu mengamati kegiatan para pejuang. Akibatnya gerak-gerik dan markas pejuang mudah diketahui Belanda, selanjutnya Belanda melakukan serangan gabungan dengan Inggris terhadap markas para pejuang Kemerdekaan.

Milisi China Poh An Tui ada di Jakarta, Medan, Surabaya dan kota-kota lainnya. Di Bandung, Poh An Tui aktif membantu NICA (Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) menebar teror tehadap para pejuang, dengan pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, dan penjarahan.

Teror-teror Poh An Tui itu bertujuan agar rakyat setempat segera pindah ke Bandung Selatan dan tidak mendukung RI.

Sayangnya, dalam penulisan sejarah, keberadaan dan tindak tanduk laskar Poh An Tui cenderung diabaikan. Ada upaya sistematis untuk hilangkan fakta sejarah ini. Entah apa tujuan di balik itu.

Menurut salah seorang putera pejuang kemerdekaan RI, kekejaman Poh An Tui sempat disinggung dalam persidangan Konstituante di tahun 1950-an.

Ia menulis salinan penggalan pidato seorang pejuang yang menjadi anggota Konstituante, pada tahun 1950. Ini penggalan Pidato yang disampaikan oleh Mado Miharna (organisasi Persatuan Rakyat Desa) di hadapan Sidang Pleno Konstituante tahun 1959, (kutipan dalam ejaan lama):

“Saudara Ketua dan Madjelis Konstituante jang terhormat, dalam rangka pemandangan umum;

Saudara Ketua, bagi seluruh pedjuang bangsa Indonesia jang mengikuti dan mengalami pahit-getirnja perdjuangan sedjak Proklamasi 1945, lebih2 tentunja bagi perintis2 kemerdekaan bangsa, melihat keadaan dan penderitaan masjarakat dewasa ini, pasti akan sedih, sedih karena ini bukanlah tudjuan kita, bukan masjarakat sematjam sekarang jang kita idam-idamkan.

Seluruh lapisan masjarakat telah berdjuang tetapi baru beberapa gelintir orang-orang sadja jang senang. Beribu-ribu pedjuang kita dibunuh, tetapi golongan pembunuh jang menikmati keuntungan. Para pedjuang kita ditangkap dan disiksa, tetapi hasilnja golongan jang menangkapi dan menjiksa para pedjuang masih berkuasa.

Poh An Tui dari golongan Tionghoa jang membantu aktif tentara Belanda jang telah membunuh, membakar, menangkapi anak2 buah kami, sampai sekarang masih bergelandangan, bukan sadja masih bergelandangan, tetapi berkuasa dan menguasai segala sektor penghidupan rakjat.

Golongan Po An Tui jang telah dengan kedjamnja membunuh dan membakar para pedjuang kemerdekaan termasuk anak-anak buah kami, karena mereka tidak mngungsi dan terus berada di kota bersama Belanda, mendadak menjadi kaja. Sesudah Belanda tidak ada mereka mnduduki bekas tempat Belanda. Ini bukan bajangan, bukan impian, tetapi kenjataan, lihatlah sadja di Bandung, Djakarta”.

(Pidato ini yang disampaikan oleh Mado Miharna –organisasi Persatuan Rakyat Desa– di hadapan Sidang Pleno Konstituante, waktu itu (1959).

✍???? Akankah Priboemi (Muslim Mayoritas) Tidak bisa Berkuasa Total di Negara ini jikalau China Berkuasa kembali seperti Zaman Poh An Tui..., Dan bahkan dihabisi Kembali, sebelum mereka TKA China Berkuasa yuk Usir dan Pulangkan ke NEGARA asalnya dan Sweeping mereka serta Usir China² yang memusuhi ISLAM di Negara ini karena Negara ini merdeka Jasa Para Ulama, Habaib, Santri dan Umat ISLAM Serta Pekikan Takbir Allohu Akbar ✊ perlu di CATAT itu..., Dan yang memusuhi Ulama Islam dan yang identik ISLAM patut di USIR dari Negara ini apalagi menyebut istilah Kadrun (Kadal Gurun) dan Anti terhadap Arab patut di USIR dari Negara +62 ini dan jangan kasih Hidup mereka tersebut, #SavePriboemiMuslim #PriboemiBangkitdanBergerak????????

*Sumber:*

lingkarannewscom/portalpiyungancom/Selasa, 23 Februari 2016 dan Nahimunkarorg, Republikacom

By

*Al Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal al-Jawy AlBantani, S.Pd, M.Pd, I, M.MPd* حفظه الله

(Alumnus dan Aktivis 212, Aktivis Pendidikan dan Kemanusiaan, Praktisi dan Pengamat PAUDNI/Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image