Berkenalan Lebih Dekat Dengan Alexandria Ocasio-Cortez (AOC)
Politik | 2022-05-05 14:16:02Met Gala, secara resmi disebut Costume Institute Gala atau Costume Institute Benefit dan juga dikenal sebagai Met Ball, adalah gala penggalangan dana tahunan untuk kepentingan Institut Kostum Metropolitan Museum of Art di New York City. Met Gala awalnya didirikan untuk membiayai departemen kostum di Metropolitan Museum of Art, New York, yang bernama Costume Institute. Acara ini diadakan setiap tahunnya untuk menandai dimulainya pameran fashion tahunan milik Costume Institute.
Met Gala 2021 adalah malam ketika para desainer, model, dan bintang Hollywood berkumpul dengan penampilan paling mewah untuk merayakan dan menggalang dana di pameran Institut Kostum Seni Metropolitan Museum (Met's). Biasanya, setiap orang berpakaian sesuai tema, dan sesuai dengan nuansa pameran. Tema yang pernah diangkat sebelumnya seperti kamp, agama, punk, dan banyak lagi. Met Gala 2021 dilaksanakan di Metropolitan Museum of Art, New York secara eksklusif, hanya tamu undangan saja yang bisa datang. Tema Met Gala 2021 difokuskan untuk merayakan semua hal tentang mode Amerika. (https://tirto.id/apa-itu-met-gala-2021-tema-live-streaming-selebritas-yang-datang-gjt3)
Acara megah Met Gala pada tahun ini mendatangkan sejumlah artis, selebritis, aktivis, politisi, penyanyi, sampai olahragawan. Sebut saja Lewis Hamilton, Timothée Chalamet, Lil Nas X, Kim Kardashian, Lorde, Megan Fox, Billie Eilish, Shawn Mendes dan Camila Cabello, Jennifer Lopez, Kristen Stewart, dan yang paling disorot dan fenomenal adalah kehadiran aktivis dan politisi dari Partai Demokrat, Alexandria Ocasio-Cortez atau biasa dikenal dengan AOC.
Ya! Kehadiran AOC ini banyak sekali mengundang perdebatan netizen di seluruh dunia. Mengapa, bagaimana, dan apa yang menjadi dasar mereka untuk berbicara dan mengkritisi kehadiran AOC di Met Gala?
AOC hadir dengan balutan gaun putih karya desainer Brother Vellies dengan tulisan “TAX THE RICH” dengan huruf merah di belakang. Ini menimbulkan polemik perdebatan bagi kalangan masyarakat US -dan hampir cibiran dari dunia- secara luas. Sebab, bagi para pendukung AOC, adalah bentuk kemunafikan politisi yang namanya meroket dari media sosial itu. Bagaimana mungkin, kepercayaan publik yang begitu besar, dikhianati dengan kehadirannya ke acara Met Gala yang menurut mereka begitu mewah dan megah dengan harga tiket sebesar $35,000! Dengan pelbagai narasi yang selama ini AOC gencarkan di publik dan di media sosial mengenai isu ketidakadilan, kemiskinan, dan pajak yang tidak dibayar (atau membayar pajak dengan murah) oleh orang-orang konglomerat, kapital, komprador, dan belum lagi mereka semua adalah penyumbang bagi pengrusakan alam, AOC bergabung dengan mereka! Dengan kehadiran AOC di sana, mereka menganggap AOC sama saja dengan mereka, tak ada bedanya!
Tetapi, di satu sisi, banyak pula komentar netizen yang mendukung dan menyetujui gerakan yang dilakukan oleh AOC sebagai bentuk perlawanan politik terhadap orang-orang kaya yang selama ini lolos dari jeratan pajak!
Lantas, bagaimana kelanjutan realitasnya, apakah benar AOC adalah seorang politisi hipokrit yang sama saja dengan para politisi selama ini? Politisi yang menjual narasi segala macam ketidakadilan dan kemiskinan demi menunjang nama baik sebagai alat kendaraan politik di kemudian hari, dan juga memupuk kekayaan kepercayaan publik, dan mendongkrak popularitas Partai Demokrat? Untuk lebih jelasnya, bagaimana kalau kita melihat dan membaca track record dari AOC!
AOC lahir pada tanggal 13 Oktober 1989 di New York City, New York, Amerika Serikat, dari pasangan imigran Puerto-Rico, Blanca Ocasio-Cortez (née Cortez) dan Sergio Ocasio-Roman. AOC adalah alumni Universitas Boston jurusan ekonomi dan hubungan internasional. Sewaktu kuliah, AOC sempat bekerja sebagai relawan mantan senator Ted Kennedy untuk isu-isu imigrasi dan hubungan internasional.
Setelah lulus kuliah dengan predikat cum laude, AOC kembali ke New York City dan bekerja sebagai bartender. Semenjak diterpa krisis pada tahun 2008, kondisi perekonomian AS tidak pernah pulih seperti masa-masa sebelum krisis. Bahkan, seorang AOC dengan lulusan terbaik pun tidak mendapatkan pekerjaan yang layak pada saat itu.
Dengan menjadi bartender, kesadaran politik AOC lahir dan begitu mencuat, karena merasakan langsung kehidupan buruh, sebuah kelas yang harus menjual tenaga kerjanya kepada majikan atau kelas kapitalis demi kelangsungan hidup. Dengan menjadi buruh upahan, AOC mengerti betul betapa rentan kehidupannya karena setiap saat bisa kehilangan pekerjaan. Seperti kebanyakan buruh di AS, ia menyadari satu hal penting dari hidup memburuh: tidak boleh sakit. Sakit berarti Anda tidak bisa kerja, dan jika tak kerja maka Anda tak bisa mendapatkan upah, dan tentu saja tidak akan mendapatkan pengobatan yang memadai.
Seperti yang diakuinya, AOC tidak memiliki asuransi kesehatan, sementara di AS tidak ada sistem jaminan kesehatan bagi semua. Dengan sistem kesehatan yang sangat kapitalistik, maka hanya mereka yang berduit yang bisa memiliki asuransi kesehatan. Belum lagi, sebagai mantan mahasiswa (bersama dengan 42 juta mahasiswa AS lainnya), AOC masih harus membayar utang pinjaman mahasiswa (student loan) sebesar $37,000 (lebih dari Rp500 juta) dan kalau dibayar secara cicilan maka jumlahnya bisa berlipat ganda. Jika ia terus bekerja sebagai bartender, diperkirakan AOC baru bisa melunasi utangnya ini sekitar 10-30 tahun!
Inilah yang membuat AOC bertarung sebagai anggota Kongres dari Partai Demokrat, dari fraksi Demokratik Sosialis. AOC sendiri adalah anggota dari organisasi Democratic Socialist of America (DSA). Dalam pertarungan untuk perebutan kursi anggota Kongres tersebut, AOC benar-benar melakukan sesuatu yang sama sekali baru dalam tradisi politik AS, yakni tidak menerima uang dari korporasi, melainkan hanya menerima sumbangan dana dari masyarakat—itu pun tidak boleh melebihi $5.000,00 bagi setiap penyumbang. Slogannya di masa kampanye adalah “rakyat/people vs uang/money. Kita punya rakyat, mereka punya uang.”
Terobosan gerakan politik AOC ini sangat mengejutkan, meski bukan yang pertama kali. Mahalnya ongkos politik di US yang masih diselimuti Money Politics, membuat AOC memutar akal dan pikiran guna mengkosolidasikan dukungan rakyat di New York. Alhasil, AOC bisa memenangkan pemilihan internal Partai Demokrat kala itu. Apalagi lawannya adalah petahana Joseph (Joe) Crowley, orang keempat terkuat di Partai Demokrat, dan digadang-gadang sebagai suksesor juru bicara (jubir) partai Nancy Pelosi, dan sudah 20 tahun menjadi anggota Kongres. Lembaga-lembaga survey selalu menempatkan AOC di belakang Crowley, dan media-media arus utama memandangnya sebelah mata. Tak dinyana, AOC memenangkan pemilihan internal tersebut dan kemudian terpilih sebagai anggota Kongres pada 2018!
Ketika dilantik sebagai anggota Kongres pada Januari 2019, hal pertama yang dilakukan AOC adalah bergabung bersama-sama para aktivis dari Sunrise Movement, sebuah gerakan anak muda yang memperjuangkan kelestarian lingkungan hidup untuk berdemonstrasi di depan ruangan kantor jubir Partai Demokrat Nancy Pelosi. Tak pernah ada anggota Kongres yang melakukan tindakan serupa, sehingga aksi AOC kontan memicu kontroversi.
Tapi itu baru langkah awal. Setelah menjadi figur publik yang sangat populer, AOC terus aktif bergabung bersama gerakan rakyat lainnya, baik di level nasional, misalnya memperjuangkan hak kesehatan universal, penghapusan utang mahasiswa, memperjuangkan kelestarian lingkungan, hingga isu-isu imigrasi. Secara strategis, di level ini, AOC bersama-sama dengan aktivis Justice Democrat, mendirikan Movement School, sebuah lembaga yang bertujuan untuk mencetak aktivis-aktivis politik untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan kelas pekerja di komunitasnya. Tujuan akhirnya adalah agar para aktivis ini mampu memenangkan pertarungan dalam perebutan kekuasaan politik di seluruh level, sehingga dengan demikian mampu mewujudkan energi aktivismenya ke dalam kekuasaan politik.
Di level basis konstituennya, komitmen AOC juga sangat besar. Di sini ia mendirikan dua kantor untuk konstituennya di daerah Bronx dan Queens, New York City, yang secara khusus menampung dan melayani segala keluhan konstituennya, mengadakan kegiatan-kegiatan seminar, diskusi, advokasi kebijakan, kegiatan sosial-budaya untuk memperkuat solidaritas, hingga pertemuan akbar, secara reguler. Di masa pandemi COVID-19 ini, AOC adalah anggota Kongres yang paling aktif mengadakan kegiatan sosial. Bersama para relawannya, ia aktif mengetok pintu apartemen-apartemen dan rumah-rumah mereka yang sangat membutuhkan bantuan, seperti sembako, masker, dsb.
Hal lain yang menarik dari AOC adalah ia sadar bahwa popularitas dan posisi politik yang sangat berpengaruh yang dimilikinya saat ini bukanlah hasil dari prestasi dan terobosan personalnya semata. Di belakangnya ada organisasi politik yang memberikan dukungan sangat besar dan krusial, mulai dari organisasi Justice Democrats yang menjadi kendaraan politiknya dalam pertarungan formal sebagai anggota Kongres, dan kemudian organisasi Democratic Socialist of America (DSA), sebuah organisasi politik dimana ia menjadi anggotanya. Tanpa dukungan organisasi-organisasi ini, bisa jadi AOC tidak akan pernah ada dalam semesta perpolitikan AS.
Dengan kesadaran ini, AOC lantas bertindak sebagai juru bicara DSA yang paling efektif secara politik. Dalam waktu singkat, program-program DSA seperti Green New Deal dan Medicare for All kini telah menjadi wacana publik yang populer berkat kampanye tak kenal lelah dari AOC. Pengaruh politik AOC atas popularitas program Green New Deal, misalnya, secara jujur diakui oleh para pejuang lingkungan baik dari kalangan aktivis maupun intelektual yang telah bertahun-tahun mengampanyekan isu ini.
Secara organisasional, dampak dari popularitas dan efektivitas kampanye AOC ini tampak pada makin membesarnya jumlah keanggotaan DSA terutama dari kalangan generasi muda. Organisasi yang sebelumnya identik dengan segelintir kalangan tua sosialis penganut jalur parlementarian itu, kini telah berkembang menjadi organisasi sosialis terbesar di AS sejak Perang Dunia II. DSA kini memiliki cabang di 49 negara bagian AS. Jumlah anggotanya melonjak drastis dari sekitar 8.000 orang pada 2016 ke 50.000 orang pada 2018. Bisa kita simpulkan bahwa tanpa kehadiran figur anggota semacam AOC, sulit sekali membayangkan DSA akan berkembang sedemikian pesat dalam waktu sedemikian singkat.
Dari awal perjalanan karier politiknya secara singkat tadi, bagaimana pemikiran kalian mengenai AOC? Ini baru sebagian kecil partikel kegiatan politiknya, belum lagi kemarahan AOC atas serangan verbal seksisme anggota parlemen Republik sampai ikut demonstrasi menentang penjajahan Israel di tanah Palestina.
Meski, dalam politik, segala macam perubahan bisa terjadi dalam waktu sepersekian detik, tetapi kita bisa katakan, bahwasanya, hanya AOC lah saat ini yang benar-benar menjadi representasi ideal dari harapan politik untuk memperjuangan keadilan, kesetaraan, kesejahteraan buruh, kesehatan, perubahan iklim, perempuan dan anak-anak, serta alam dan lingkungan hidup.
*sebagian besar materi ini saya ambil dari https://indoprogress.com/2020/05/belajar-dari-alexandria-ocasio-cortez/
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.