Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Ramadhan dan Mudik, Sarana Pengembangan Ahklak Bangsa

Gaya Hidup | Thursday, 05 May 2022, 09:22 WIB

Ragam kejadian dalam kehidupan manusia, seyogianya adalah lapis demi lapis pembelajaran hidup. Seorang pribadi yang bijak, sejatinya adalah pribadi yang menghayati setiap momentum dalam kehidupannya sebagai upaya untuk membangun sisa hidupnya menjadi lebih baik.

Mengapa? Karena hidup adalah menghitung umur sisa dari jatah yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka bagaimana seseorang sebaiknya benar-benar berhitung terkait sisa umurnya tersebut, untuk terus dievaluasi dan diperbaiki.

Salah satu hal yang perlu terus diperbaiki, adalahlah akhlak. Mengapa, karena inilah satu hal yang seringkali luput diperhatikan, dan berulangkali jatuh pada level minus. Kompleksitas dan kompetisi kehidupan duaniawi, seringkali menjadi penyebab terlupakan akhlak dalam perilaku keseharian. Aksi sikut menyikut, tipu menipu, bohong membohongi, luka melukai adalah jamak dalam deru gerigi mesin pekerjaan dan kompetisi mahkota duniawi yang menyilaukan. Maka jelasnya hadirnya Ramadhan telah menjadi embun penyejuk yang sejatinya dioptimalkan oleh setiap orang yang beriman untuk meraih derajat takwa serta akhlakul karimah yang baik. Ribuan hikmah Ramadhan adalah bentuk kasih sayang Allah Subhanahu wa ta’ala terhadap hambanya yang selalu berlumur kesalahan dan dosa, untuk melihat obor pemandu langkah menuju pada pensucian jiwa.

Khusus di Indonesia, ada lagi tambahan aktivitas yang perlu difungsikan secara optimalk untuk membangun akhlak mulia yaitu aktivitas mudik atau pulang kembali ke pangkuan keluarga. Isu akhlak adalah isu besar yang tidak boleh dikesampingkan begitu saja. Upaya menyempurnakan akhlak, merupakan salah satu sebab utama diutusnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada umat manusia.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk mengajak manusia agar beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja dan memperbaiki akhlak manusia. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” [3] HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273 (Shahiihul Adabil Mufrad no. 207), Ahmad (II/381), dan al-Hakim (II/613), dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 45) dalam Makalah Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas.

Mudik, adalah salah satu momentum terbaik (diantara banyak yang lainnya) untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak. Inilah saat dimana seseorang bertemu kembali dengan orang tua, adik kakak serta keluaga besarnya. Bersama lagi dengan anggota keluarga, akan membuka kembali horizon waktu ketika mereka masih kecil dan diasuh oleh orang tuanya. Masa kecil merupakan masa penanaman moral, etika, sopan santun dan akhlak yang baik. Islam mengajarkan bahwa senyum kepada saudara adalah juga merupakan bentuk akhlak yang baik dan mampu menyenangkan orang lain.

Mudik, adalah momentum bertemu kembali dengan sosok-sosok yang sangat pantas mendapatkan senyum dan perlakukan terbaik dari kita. Inilah ruang waktu yang Allah Subhanahu wa ta’ala anugerahkan kepada kita untuk meningkatkan kualitas hablumminannas. Sehingga, melalui perjalanan dimensi longitudinal lorong waktu, seyogianya individu kembali mengingat perjalanan hidupnya, di rumah masa kecilnya, sekaligus memantapkan ajaran norma, etika dan akhlak yang telah ditempa dalam ruang tersebut.

Ketika, momentum mudik mampu dimanfaatkan oleh setiap individu dan keluarga Indonesia, untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka serta meningkatkan kualitas amalnya, maka bayangkan dampaknya bagi bangsa dan negara. Indonesia akan memiliki gelombang baru generasi berakhalakul karimah positif, yang jelas ini merupakan kapital sosial bangsa yang luar biasa. Setiap kisah perjalanan individu, dapat mengandung pembelajaran yang baik bagi pemiliknya, namun mudik memiliki kekuatan kolektivitas dan kohesivitas yang seharusnya jangan dilewatkan begitu saja. Arus ini, dapat menjadi titik berangkat yang baik bagi konstruksi perubahan perilaku yang massif.

Murid berakhlak baik, sesuai tuntunan agama pada gurunya, anak pada orang tuanya, karyawan kepada atasannya dan rakyat pada pimpinannya. Energi mudik ini, kemudian diharapkan menjadi gelombang berenergi tinggi untuk menghasilkan kinerja tinggi berbasis koridor syariat yang berpotensi menghasilkan berkah terbaik bagi bangsa dan negara.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image