Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Moch. Hsyam,S.Ag.,S.Pd

Energi Sugesti Positif

Agama | Sunday, 18 Jul 2021, 22:04 WIB

Beragam cara dilakukan oleh pemerintah untuk meredam lonjakan penyebaran covid-19 yang terjadi saat ini. Diantaranya dengan menegakkan penerapan protokol kesehatan, menggiatkan vaksinasi dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat di Jawa-Bali.

Ada hal lain sesungguhnya yang bisa dilakukan untuk menekan penyebaran covid-19, yaitu dengan gerakan menebarkan energi sugesti positif. Tujuannya, untuk memberikan ketenangan, dan kebahagiaan sebagai obat bagi pasien covid dan menguatkan imun masyarakat pada umumnya. "Jangan pernah katakan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat diobati, sesungguhnya sugesti kalian merupakan obat bagi pasien." (Ibnu Sina).

Ada kisah (riset) menarik yang dilakukan oleh Ibnu Sina (pakar kedokteran Islam) terkait pengaruh sugesti positif terhadap kesembuhan. “Suatu ketika, Ibnu Sina mengobati pangeran muda dari Gurgan daerah Laut Kaspia. Banyak tabib (dokter) yang sudah mencoba menyembuhkan sang pangeran. Namun, semuanya gagal mengobatinya.

Kemudian datanglah Ibnu Sina yang mencoba memeriksa denyut nadinya. Ia menggunakan metode yang sangat berbeda dengan tabib-tabib lainnya. Sambil memegang denyut nadi pangeran, Ibnu Sina memintanya menyebutkan nama-nama orang yang ada di kerajaan itu.

Ketika sang pangeran menyebut nama seorang perempuan lengkap dengan alamatnya, Ibnu Sina mendapati denyut nadi sang pangeran berdetak lebih kencang. Setelah itu, alih-alih memberi obat, justru Ibnu Sina meminta pangeran agar menikahi gadis yang ia sebut namanya tersebut. Ia ingin membuat hati pangeran bahagia dan jiwanya lebih tenang. Dan benarlah, setelah itu pangeran sembuh karena jiwanya jauh kebih bahagia.” Atas teori tersebut Ibnu Sina mengatakan, “Suatu penyakit tidak hanya datang karena lemahnya fisik, melainkan adanya keterkaitan jiwa.”

Kisah atau riset Ibnu Sina diatas, tidak hanya bisa dijadikan panduan untuk mengobati pasien covid saja, akan tetapi, bisa juga menjadi amunisi untuk melawan pandemi covid-19 secara keseluruhan. Untuk itu, mari kita bergerak bersama-sama untuk memenuhi bangsa ini dengan menebarkan energi sugesti positif agar pandemi covid ini dengan cepat bisa kita kalahkan.

Contoh sugesti positif di masa pandemi antara lain, dengan mamatuhi protokol kesehatan pandemi ini akan berakhir, apapun yang menimpa kita itu takdir yang terbaik untuk kita agar kita bisa menjadi lebih baik, dan dibalik kesulitan ada kemudahan yang akan kita dapatkan.

Sugesti positif berpengaruh besar untuk kesembuhan pasien covid-19 dan menguatkan imun tubuh untuk mereka yang tidak terpapar. Sebab, tubuh kita memiliki sebuah sistem untuk menangkal sebuah penyakit dan sesuatu yang asing yang berusaha masuk ke dalam tubuh. Pikiran yang ada di dalam otak kita merupakan pengendalinya.

Menurut Wikipedia, sugesti merupakan proses psikologis yang melibatkan bimbingan perasaan, pikiran, atau perilaku. Sugesti tak hanya dilakukan oleh seseorang pada orang lain (hetero sugesti), tapi juga dapat kita lakukan pada diri sendiri (auto sugesti).

Untuk itu, ada dua hal yang harus dilakukan untuk menebarkan sugesti positif ini. Pertama, para pejabat, ustaz, dokter dan mayoritas masyarakat harus menebarkan sugesti positif ditengah-tengah masyarakat. Itu karena seseorang akan mudah tersugesti apabila suatu hal dikemukakan oleh orang-orang yang berpengaruh dan oleh mayoritas masyarakat.

Kedua, setiap individu harus mensugesti dirinya sendiri atau memotivasi diri untuk bisa mengalahkan covid-19 karena ini merupakan kunci utama untuk menguatkan imun tubuh. Vaksinasi tidak memiliki banyak manfaat jika mental kita lemah dan stres. Wallahu’alam***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image