Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Iqbal Maulana MH

Perlukah Berpikir Kreatif? dalam Kacamata Mahasiswa

Eduaksi | Wednesday, 14 Jul 2021, 14:45 WIB

Pendidikan adalah sebuah kegiatan yang menjadi faktor utama dalam pembentukan karakter positif, meningkatkan kecerdasan emosional, menumbuhkan jiwa manusia menjadi pribadi yang kreatif, inovatif dan mampu memberikan inspirasi bagi manusia yang lainnya (memberikan manfaat bagi banyak orang).

Manusia yang berpikir kreatif adalah manusia yang selalu ingin belajar dan mencoba hal baru, menemukan penemuan-penemuan yang belum pernah ada dalam kehidupan saat ini. Kita tahu bahwa, berpikir kreatif adalah suatu seni yang tidak banyak dimiliki oleh orang biasa. Meskipun ide atau sumber ide bertebaran di dekatnya, bagi orang yang tidak memiliki kreativitas ide dan gagasan tersebut tidak akan menghasilkan suatu produk atau penemuan yang dapat bermanfaat bagi khalayak ramai. Oleh sebab itu maka, memiliki kebiasaan berpikir kreatif amatlah perlu dikembangkan bagi mereka yang ingin menebar kebermanfaatan dan mengungkapkan fakta atau kebenaran atas satu hal yang telah diciptakan oleh tuhan semesta alam Allah SWT.

Sebelum menelisik lebih dalam tentang berpikir kreatif, alangkah baiknya kita mencari tahu tentang makna di balik kalimat tersebut. Kita bisa cari di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam KBBI online edisi V, berpikir adalah kegiatan menelaah dengan akal sehat, mempertimbangkan dan memutuskan satu hal untuk mencapai suatu keputusan yang terbaik. Jadi singkatnya, berpikir adalah proses yang dilakukan oleh setiap manusia dalam memutuskan satu kejadian atau ide atau gagasan yang dapat mengakibatkan hal positif dan menemukan solusi terbaik atas satu permasalahan.

Kreatif menurut KBBI edisi V memiliki arti bahwa seseorang yang memiliki daya cipta atau singkat orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan produk yang dapat berguna bagi manusia. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan produk baru yang belum ada sebelumnya, atau mengembangkan satu produk dari produk yang telah ada, namun dengan memberikan tambahan inovasi-inovasi baru dalam produk tersebut. Biasanya orang tersebut akan menggunakan metode 'ATM' Amati Tiru dan Modifikasi.

Setelah kita mengetahui tentang kedua makna tersebut, barulah kita akan tersadar bahwa kemampuan berpikir kreatif itu bukanlah hal yang sulit dilakukan bagi mereka yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk membuat atau menciptakan atau mengembangkan satu produk dalam bidang yang ia minati. Kita dapat ambil contoh, seorang ilmuwan yang ahli dalam bidang ilmu fisika, seperti Albert Einstein seorang penemu lampu misalnya, dia memulai dengan percobaan yang tidak cukup satu atau dua kali, tetapi dia mencoba hingga seribu kali, setelah banyak cara yang ia lakukan, memikirkan dan berpikir kreatif agar mampu menciptakan lampu pijar. Penemuan tersebut sampai sekarang dapat kita rasakan manfaatnya, dan itu semua berkat hasil berpikir kreatif ilmuwan Albert Einstein.

Pertanyaan kedua, perlukah kita berpikir kreatif?. Pertanyaan yang singkat namun memiliki banyak argumen baik positif maupun negatif. Semua tergantung siapa dan seberapa tinggi pendidikannya. Orang yang berpendidikan rendah akan memberikan tanggapan bahwa berpikir kreatif tidaklah diperlukan yang diperlukan adalah kerja keras. Menurut mereka kerja keras akan lebih menghasilkan pundi-pundi rupiah ketimbang memikirkan hal yang belum jelas tujuan dan manfaatnya. Berbeda 180 derajat dengan orang yang memiliki pendidikan tinggi. Ia akan mengatakan bahwa berpikir kreatif adalah modal utama untuk meraih kesuksesan dalam berbisnis, memperluas jaringan dan menarik banyak konsumen.

Contohnya adalah ketika ada seseorang yang berjualan kosmetik dengan harga yang cukup mahal dan memiliki manfaat yang signifikan. Bagi seseorang yang berpikir kreatif, maka ia akan membuat dan menciptakan formula untuk menghasilkan kosmetik dengan manfaat yang sama namun memiliki harga jual yang lebih murah. Untuk apa? Yang jelas untuk menarik konsumen dan menjadikan produknya laris di pasaran. Dengan begitu ia akan memperoleh banyak keuntungan dari hasil penjualan tersebut. Untung sedikit konsumen banyak lebih baik, ketimbang untung banyak namun konsumen sedikit atau jarang, itu adalah rumusan ekonomi marketing.

Pertanyaan ketiga, Bagaimana cara kita menghadapi kesulitan dalam menemukan ide atau gagasan baru? Apabila kita mengalami hal tersebut, maka yang perku kita lakukan adalah belajar dari sumber-sumber yang ada di sekeliling kita, berdasarkan pengalaman kita, hasil riset orang lain atau melalui tadabur alam dengan menggunakan panca indra yang telah Allah SWT titipkan kepada kita. Ketika kita telah melakukan hal tersebut dengan sungguh-sungguh, maka yakinlah solusi dan jalan keluar akan segera ditemukan. Kuncinya adalah yakin, usaha dan berdoa.

Ada pepatah Arab di dalam mahfuzat yang berbunyi “مَنْ جَدَّ وَجَدَ” yang artinya “Barang siapa yang bersungguh-sungguh dapatlah ia”. Kemudian satu hal lagi kata mutiara yang menyebutkan bahwa, “Berusaha tanpa diiringi dengan doa adalah satu kesombongan. Berdoa tanpa usaha adalah satu kebohongan. Oleh karena itu, lakukanlah keduanya dengan bersamaan, maka hidupmu akan berhasil”.

Terkahir penulis akan berpesan bahwa kunci keberhasilan itu adalah dengan DUIT. Apa maksudnya? Maksudnya adalah setiap ingin mencapai keberhasilan dan kemudahan dalam segala hal maka, yang perlu dilakukan adalah dengan Doa, Usaha, Ikhtiar, dan Tawakal. Dan itu semua dilakukan dengan cara berpikir kreatif disertai dengan usaha dan doa yang secara terus menerus dilakukan, Setelah itu, baru semuanya diserahkan kepada Sang Khalik, pemegang kekuasaan dunia dan akhirat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image