Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Efendi

Keunikan Tradisi Khataman Alquran di Pesisir

Agama | Sunday, 01 May 2022, 08:26 WIB
Khataman Alquran di Masjid Nadwatul Islam kampung pesisir Jl. Sukunan Paciran

Ramadan 1443 H telah di penghujung waktu akan berganti dengan hitungan jam, umat Islam siap ditinggal bulan yang penuh berkah dan ampunan dengan perasaan sedih dan duka. Semarak dan keceriahan Ramadan tahun ini memang beda dengan tahun-tahun sebelumnya karena pandemi Covid-19 telah melandai. Beragam kegiatan yang dilakukan oleh umat Islam Indonesia mulai dari penyambutan sampai di ujung penutup Ramadan.

Semarak kegiatan Ramadan terlihat di kampung Pesisir Desa Paciran, Lamongan. Kampung padat penduduk memang tidak pernah sepi dari berbagai kegiatan selama Ramadan berlangsung, seperti; salat tarawih berjamaah, pengajian setelah asar dan subuh, tadarus Alquran, berbagi takjil setiap hari di masjid dan musala, buka bersama, qiayamullail 9 malam terakhir, dan khataman Alquran.

Dengan fasilitas tempat ibadah yang memadai berupa masjid dan musala yang tersebar di 3 Rukun Warga (RW) dengan jumlah 13 Rukun Tetangga (RT). Terdapat tiga masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan, yaitu; At-Taqwa, Nadwatul Islam, dan Baitul Jannah. Selain itu terdapat delapan musala, di antaranya; Al-Jihad, Al-Ihlash, Darul Makwa, Ar-Rahmat, Al-Kautsar, Nurul Iman, Mifathul Huda, dan Darul Barakah.

Tradisi Khataman Alquran

Tadarus Alquran bersama di masjid dan musala selama bulan Ramadan telah menjadi tradisi masyarakat kampung pesisir Desa Paciran. Tadarus Alquran bersama biasanya dimulai setalah melaksanakan salat sunah tarawih dan witir, sekitar pukul 20.00 WIB dan diakhiri pukul 23.00 WIB dengan menggunakan pengeras suara (speker) atas.

Gema suara bacaan Alquran bersautan dari satu masjid/musala dengan masjid/musala lainnya merupakan suasana relegius yang sudah terbiasa. Warga kampung pesisir Desa Paciran merasa tidak terganggu dengan bacaan ayat-ayat yang dikumandangkan karena mendengarkan Alquran termasuk mendapatkan pahala.

Sebulan penuh warga kampung pesisir Desa Paciran menyelenggarkan tadarus Alquran, di penghujung akhir Ramadan diadakan agenda tetap khataman Alquran. Kegiatan dimulai setelah salat subuh sampai selesai 30 juz. Biasanya dilanjutkan seletah salat tarawih/witir di malam ke 28 atau 29 Ramadan hingga tamat (khatam) dan diakhiri pembacaan doa khatam Alquran oleh moden desa atau tokoh agama setempat.

Keunikan dalam tradisi khataman Alquran di kampung pesisir Desa Paciran adalah di juz 30 dibaca bersama-sama. Biasanya pada surat ke-93 (Ad-Duha) sampai dengan surat ke-114 (An-Nas), anak usia Sekolah Dasar (SD/MI) yang paling bersemangat di saat membaca surat-surat pendek dengan suara yang keras dan lantang.

Di sela-sela bacaan surat-surat pendek biasanya diselingi dengan bacaan kalimat tayyibah, seperti; “Laa ilaaha illallahu wallhu akbar”. Kemudian dilanjutkan membaca surat berikutnya sampai surat An-Nas dan diakhiri dengan membaca bersama-sama; ”Watammat kalimatu rabbika sidqan wa’adla laa bubaddila likalimaatih, wa huwas sami’ul alim”,

Atinya; “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Alquran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dialah yang maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Al-An’am: 115).

Suasana makan ambeng bersama di musala Ar-Rahmat kampung pesisir Desa Paciran

Makan Ambeng sebagai Penutup Khataman

Dermawan atau suka berinfaq merupakan salah satu ciri-ciri khas warga pesisir Desa Paciran, terutama pada saat bulan Ramadan sehingga kegiatan tadarus Alquran tidak pernah sepi dari beragam suguhan berupa makanan dan minuman. Suguhan makan malam khas pesisir biasaya berupa nasi ambeng (semacam nasi tumpeng).

Ambeng khas pesisir Desa Paciran, nasi dicampur dengan kuah lodeh yang kental dicampur dengan sayur dan sambel parutan kelapa, lauk ikan panggang atau goreng. Ambeng biasanya dimakan bersama dengan cara melingkari nampan (baki), satu nampan dimakan 8-10 orang tergantung ukuran nampan dan usia orang yang makan.

Babak akhir khataman Alquran yang paling seru, unik, dan babak yang ditunggu-tunggu, yaitu babak makan ambeng bersama seluruh jamaah yang hadir. Masing-masing musala dan masjid berbeda-beda jumlah ambeng-nya. Di musala biasanya 10 – 15 ambeng, sedangkan untuk skala masjid 15 – 20 ambeng. Hal ini disesuaikan dengan jumlah jamaah yang mengikuti kegiatan khataman Alquran.

Tradisi khataman Alquran di kampung pesisir Desa Paciran memang terlihat sederhana, tetapi tradisi ini unik dan khas. Sampai saat ini tradisi ini terjaga dengan baik di tengah derasnya serbuan budaya asing lewat handphone, smartphone, gatged, tab atau gawai dengan sambungan langsung internet.

Nilai dan semangat kebersamaan, serta interaksi sosial dalam tradisi tadarus Alquran tetap terjaga dengan baik dan masih lestari. Warga pesisir menerjemahkan komunikasi horizontal (hablum minan naas) terealisasi dengan baik antar warga. Hubungan sosial dengan saling menyapa dalam bingkai tadarus Alquran dan makan ambeng merupakan sarana untuk saling kenal dengan lainnya (lita’aarafu).

Semoga amal ibadah kita selama Ramadan diterima Allah SWT, dan berusaha agar tetap istiqamah untuk melanjutkan tradisi baik selama bulan Ramadan di luar bulan Ramadan. Akhirnya semoga Allah mempertemukan kembali Ramadan tahun depan, bulan yang istimewa di dalamnya penuh dengan barakah dan magfirah. Amin Yaa Rabbal ‘Alamin. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image