Apakah Ramadan Sudah Membersihkan Hati Kita?
Agama | 2022-05-01 05:07:44Umat Islam berpuasa wajib pada bulan Ramadan. kecuali bagi yang memiliki kendala tertentu. Puasa yang dilaksakan bukan hanya menahan lapat dan dahaga saja. Akan tetapi, juga menahan segala perilaku yang dapat menurunkan kualitas puasa. Misalnya masalah hati. Maksudnya, dalam berpuasa hati harus menjadi fokus utama. Apa yang ada di hati memang biasanya tidak kelihatan dan susah ditebak. Akan tetapi dapat diketahui ketika seseorang berutur atau bertingkah laku. Karena kedua hal tersebut merupakan implementasi dari suara hati.
Dalam bulan Ramadan hati kita terlatih. Hati terlatih untuk terhindar dari hal yang buruk. Baik dalam hubungan kita kepada Allah maupun hubungan kita kepada sesama manusia. Hati yang terjaga dalam memandang kasih sayang Allah akan menjdikan kasih sayang Allah semakin bertambah kepada kita. Demikian pula sebaliknya. Dalam hubungan manusia dengan sesamanya, hati menjadi sangat urgen sikap dan tindakan kita terhadap orang lain juga dipengaruhi oleh hati. misalnya saja, sikap tidak sombong, tidak iti, tidak dengki kepada orang lain, adalah sikap yang lahir dari hati.
Al Hakim dan beberapa muhaddits yang lain meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwasanya Nabi Shalllallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لَيْسَ الصِّيَامَ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ، وَجَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa itu bukan hanya dari makan dan minum, namun puasa itu juga dari laghwun (hal yang tidak bermanfaat) dan rafats (semua perbuatan yang buruk). Jika ada orang yang mencelamu atau berbuat suatu kebodohan kepadamu, maka katakanlah: saya sedang berpuasa“[1. Al Mustadrak, 1/595, no. 1570]
Berdasarkan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa jika kita sedang berpuasa maka hal yang dilakukan adalah semata kebaikan saja, termasuk menjaga hati. Suasana hati akan terus kita jaga agar cerminan puasa ini bisa nampak berupa terciptaca tata kelola hati yang baik. Tata kelola hati yang baik menunjukkan salah satu kecerdasan seseorang dalam momentum berpuasa. Jadi berpuasa dapat mendukung pengelolaan hati yang baik, berupa menciptakan sikap menghargai orang lain, mengakui keberdaaan orang lain, tidak memikirkan semata kekurangan orang lain, terhindar dari sikap iri, dengki, sombong, dll.
Mengelola hati dapat menenangkan jiwa
Tata kelola hati yang baik dapat menciptakan jiwa yang tenang. sikap legowo dengan keadaan diri dan keadaan orang lain akan melapangkan jiwa raga. Jiwa raga yang lapang memungkinkan seseorang dapat memandang hidup secara positif . Implementasi selanjutnya adalah seeorang dapat beraksi secara positif pula. seseorang yang gagal dalam tata kelola hati akan merasakan kegelisahan, ketakutan dan kecurigaan. Hal ini sangat mudah diidentifikasi. Misalnya saja melalui sikapnya, tuturannya, bahkan dalam postingan-postingan pada media on line. Jadi kecerdasan seseorang dalam tata kelola hati dapat diketahui ketika seseorang bersikap, meremehkan orang, tidak santun, pesimis, dll. Demikian pula ketika seseorang berkata-kata, berucap, berbicara, apakah disampaikan secara tenang, ataukan menggebu-gebu penuh emosi, dll. Penggunaan media sosial dapat menjadi salah satu alat identifikasi tata kelola hati seseorang, misalnya ketika menposting sesuatu. Secara umum segala yang diposting adalah sesuai apa yang dipikirkan atau dirasakan. Dengan membaca postingan itu pembaca atau netter akan mengetahui rasa yang tersembunyi di hati pengunggahnya.
Sekaitan dengan hal di atas, masih dalam suasana Ramadan, diharapkan puasa kita dalam bukan ini dapat menjadi filter diri dalam membersihkan hati. Hati yang bersih akan senantiasa dekat dengan kebaikan, dan terus menyehatkan jiwa. Demikian pula sebaliknya, hati yang kotor, tak terjaga akan menjadi beban jiwa sehingga menjadikan jiwa tidak sehat. Olehnya itu, sangat penting bagi seseorang dalam menjaga hati melalui manajemen hati yang baik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.