Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. Abu Fayadh Muhammad Faisal, M.Pd

Mengenal Dekat Kelompok-Kelompok Aliran Agama

Agama | Friday, 02 Jul 2021, 19:48 WIB

بس٠ا٠٠٠ا٠رح٠٠ا٠رح٠Ù

*Mengenal Dekat Kelompok-Kelompok Aliran dalam Agama yang Menyimpang*

Segala puji bagi Alloh Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasululloh, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:

Berikut pembahasan singkat kelompok-kelompok menyimpang yang banyak merujuk kepada Risalah Al-Manhaj al-Qowîim fît Ta`asî bir Rasûlil Karîm Shallallohu â alaihi wa Sallam dan Fiqhud Daâ wah ilallôh wa Nuâ ût ad-Dââ iyah yang di Tulis Syaikh Zaid bin Muhammad Al Madkhali -Rahimahulloh Ta'ala- dan kami berikan tambahan Referensi lainnya, semoga Alloh menghindarkan kita dari kelompok-kelompok tersebut, Aamin Ya Mujibas Sa'ilin ????????.

1. *Watsaniyyah (Paganisme)*

Kelompok ini adalah kelompok kaum musyrik yang mengarahkan ibadah kepada selain Alloh Subhanahu wa Taâ ala. Perbuatan yang dilakukan mereka adalah syirik yang merupakan dosa yang paling besar dan tidak diampuni Alloh Azza wa Jalla.

2. *Nasaro*

Kelompok ini meyakini trinitas (tiga tuhan serangkai; ada tuhan bapak, ibu, dan anak). Kelompok dan ajaran ini telah dinyatakan kafir oleh Alloh Azza wa jalla dalam firman-Nya,

٠٠٠٠د٠٠٠٠٠ر٠ا٠٠٠ذ٠٠٠٠٠٠ا٠٠٠ا إ٠٠٠٠ا٠٠٠٠٠٠ث٠ا٠٠ث٠ث٠٠٠اث٠ة٠٠٠٠٠ا ٠٠٠٠إ٠٠٠٠٠إ٠٠٠٠ا إ٠٠٠٠٠٠٠اح٠د٠٠٠إ٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠ت٠٠٠٠ا ع٠٠٠٠ا ٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠س٠٠٠٠٠ا٠٠٠ذ٠٠٠٠٠٠٠٠ر٠٠ا ٠٠٠٠٠٠٠٠ع٠ذ٠اب٠أ٠٠٠٠٠Ù

â Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Bahwa Alloh salah seorang dari yang tiga," padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.â (Qs. Al Maidah: 73)

3. *Hululiyyah*

Kelompok ini menyatakan bahwa â Alloh berada di segenap tempatâ , Mahatinggi Alloh dari pernyataan mereka ini.

4. *Ittihadiyyah*

Kelompok ini menyatakan kesatuan wujud, yakni tidak ada perbedaan antara Khaliq (pencipta) dengan makhluk. Bahkan tokoh mereka â semoga Alloh melaknatnya â menyatakan: anjing dan babi adalah tuhan kita, dan tuhan itu juga rahib yang ada di gereja.

5. *Jahmiyyah*

Kelompok ini mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Alloh Subhanahu wa taâ ala.

Mereka sama saja menolak nash-nash Al Qurâ an dan As Sunnah yang menyebutkan nama-nama dan sifat-sifat Alloh.

6. *Musyabbihah*

Kelompok ini menyerupakan mahkluk dengan Khaliq seperti kaum Nasrani. Mereka menetapkan untuk Alloh Al Khaliq dengan sifat-sifat makhluk yang lemah.

Alloh Taâ ala berfirman,

٠٠٠٠س٠٠٠٠٠ث٠٠٠٠٠ش٠٠٠ء٠٠٠٠٠٠٠ا٠س٠٠٠٠٠ع٠ا٠٠ب٠ص٠٠رÙ

â Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.â (Qs. Asy Syuuraa: 11)

Dalam ayat ini terdapat bantahan kepada kaum musyabbihah, sekaligus terdapat bantahan kepada kaum Jahmiyyah dan Muâ aththilah (yang meniadakan sifat-sifat Alloh Subhanahu wa Taâ ala).

7. *Qadariyyah*

Kelompok ini menolak qadar atau taqdir Alloh Azza wa Jalla. Mereka juga mengatakan bahwa â Allah tidak menciptakan kebaikan dan keburukanâ atau mengatakan bahwa â Alloh menciptakan kebaikan dan tidak menciptakan keburukanâ . Padahal beriman kepada qadar termasuk rukun iman yang enam.

8. *Jabriyyah*

Kelompok ini mengatakan bahwa hamba dipaksa dalam perbuatannya, seperti halnya pohon yang bergerak karena hembusan angin.

9. *Murjiâ ah/Irja'*

Kelompok ini banyak cabangnya.

Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa â maksiat tidaklah membahayakan keimanan sebagaimana ketaatan tidak bermanfaat jika di atas kekafiranâ .

Ada pula di antara mereka yang mengatakan â iman hanyalah pengetahuan di hati sajaâ .

Ada pula yang mengatakan bahwa â iman itu hanyalah ucapan di lisanâ .

Dan ada pula di antara mereka yang mengatakan bahwa â amal tidak termasuk bagian dari keimananâ .

10. *Muâ tazilah*

Kelompok ini mengatakan bahwa â Al Qurâ an adalah makhlukâ dan bahwa â pelaku maksiat (dosa besar) dari kalangan Ahli Tauhid akan kekal di neraka jika mereka mati dan tidak bertobatâ .

10. *Khawarij*

Kelompok ini mengkafirkan kaum muslimin yang melakukan dosa besar meskipun pelakunya masih di atas Tauhid, dan mereka juga menyatakan bahwa pelakunya akan kekal di neraka jika ia meninggal dunia di atas dosa itu.

11. *Syiâ ah (Rafidhah)*

Kelompok ini menyelisihi kaum muslimin dalam segala hal baik secara garis besar maupun secara rinci, baik dalam ushul (dasar) maupun furu (cabang).

12. *Shufiyyah (Sufi)*

Kelompok ini ada yang ekstrem dan ada yang tidak.

Yang ekstrem sampai menyatakan â wihdatul wujudâ (semua yang ada adalah tuhan). Mereka ini seperti para pengikut Ibnu Arabi, Ibnu Sabâ in, dan semisalnya.

Dalam ibadahnya mereka banyak mengadakan cara sendiri dalam mendekatkan diri kepada Alloh Azza wa Jalla tidak memperhatikan sunnah Rasululloh shallallohu alaihi wa sallam.

13. *Asyaâ irah, Kullabiyyah, dan Maturidiyyah*

Kelompok ini menyimpang dari manhaj Ahlissunnah wal jamaah dalam masalah asma wa shifat, membatasi sifat Alloh dalam jumlah tertentu, mentakwil sifat-sifat Alloh Azza wa Jalla. Demikian pula keliru dalam masalah iman, Kullabiyyah dan Maturidiyyah menyatakan bahwa iman tidak bertambah dan tidak berkurang. Sumber utama pengambil akidah mereka adalah ilmu kalam dan akal.

14. *Waqifah*

Kelompok ini mengatakan â kami tidak menyatakan Al Qurâ an sebagai makhluk atau bukan makhlukâ .

15. *Bathiniyyah*

Kelompok ini adalah kelompok Zindik munafik. Mereka tidak beriman kepada kebangkitan dan pembalasan.

16. *Qaramithah*

Kelompok ini cabang dari kelompok Bathiniyyah.

17. *Al â Almaniyyah (Sekularisme)*

Kelompok ini memisahkan antara agama dengan negara dan kehidupan sehari-hari.

18. *Masuniyyah (Freemasonry)*

Kelompok ini adalah kelompok yang terstruktur untuk merusak manusia demi kepentingan orang-orang Yahudi.

19. *Wujudiyyah*

Kelompok ini mengingkari tuhan sebagaimana mengingkari adanya kebangkitan.

20. *Babiyyah*

Kelompok ini adalah kelompok yang kafir atau mengingkari semua yang dibawa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

21. *Qadiyaniyyah (Ahmadiyyah)*

Kelompok ini mengikuti nabi palsu Mirza Gulam Ahmad.

22. *Qaumiyyah*

Kelompok ini tidak bisa membedakan antara iman dan kufur. Kelompok ini terlalu fanatik dengan bangsa sendiri, terkadang melupakan nasib bangsa lain dan tidak memperhatikan sisi agama.

23. *Raâ sumaliyyah (Kapitalisme)*

Kelompok ini menolak ajaran Islam dalam berekonomi dan tidak peduli terhadap ancaman Alloh Azza wa Jalla. Kelompok ini berusaha memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dalam usaha tanpa memperhatikan aturan agama.

24. *Isytirakiyyah (Sosialisme)*

Kelompok ini juga meninggalkan agama dalam berekonomi dan mengedepankan hawa nafsu. Kelompok ini menolak kepemilikan secara perorangan secara mutlak.

25. *Hadatsah*

Kelompok ini di antara sikapnya adalah mencela akidah Islam, menyamarkan kebenaran kepada manusia, dan melakukan ilhad (penyimpangan) dalam agama Allah.

26. *Ilhad (Atheisme)*

Kelompok ini tidak mempercayai adanya tuhan, dimana mereka sama saja menolak dalil baik dalil naqli (wahyu) maupun dalil aqli (akal).

27. *Liberaliyyah (Liberalisme)*

Kelompok ini menginginkan kebebasan dalam hidupnya, menolak adanya aturan baik aturan agama maupun aturan negara. Kelompok ini membuat masyarakat tidak bedanya dengan hewan.

28. *Taâ addudiyyah Diniyyah (Pluralisme)*

Kelompok ini membenarkan semua agama dan meninggalkan amar makruf dan nahi munkar.

29. *â Aqlaniyyah (rasionalisme)*

Kelompok ini hanya mengandalkan akal dalam mencapai maslahat dan meninggalkan agama, serta menyatakan bahwa akal adalah sumber pengetahuan, padahal akal manusia terbatas tidak menjangkau segalanya.

30. *Syuyuâ iyyah (komunisme)*

Kelompok ini adalah kelompok yang tidak meyakini ajaran agama.

31. *Dimaqrathiyyah (Demokrasi)*

Kelompok ini menyatakan bahwa kekuasaan di tangan rakyat, dimana dalam roda pemerintahan rakyatlah yang berkuasa, sehingga jika suatu larangan dalam agama atau pemerintahan tidak sejalan dengan kehendak rakyat, maka larangan itu bisa dicabut.

32. *Mutakallimin (Ahlul Kalam)*

Kelompok ini menetapkan akidah berdasarkan akal dan filsafat. Disebut Kalam karena isinya perdebatan dan pendapat. Kalam dan filsafat inilah yang membuat akidah kaum muslimin menjadi rusak dan munculnya berbagai kelompok menyimpang.

Kelompok ini berusaha mencari kebenaran termasuk masalah akidah hanya bersandar kepada akal dan pendapat tanpa wahyu, sehingga hasilnya zhann (persangkaan).

*Kelompok-Kelompok Sesat lainnya*

Di negeri kita Indonesia juga banyak bermunculan kelompok sesat, di antaranya: Ahmadiyyah, Lia Eden atau Salamullah, Al Qiyadah Al Islamiyah, Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Tarekat Tajul Khalwatiyah, Kerajaan Ubur-Ubur, Islam Jamaah/LDII, NII KW 9, Isa Bugis, Inkar Sunnah, Lembaga Kerasulan, dll Rujuk Info ini: *Data Ajaran Aliran Sesat yang telah difatwakan MUI* http://www.nahimunkar.org/data-ajaranaliran-sesat-yang-telah-difatwakan-mui/

*"10 Ciri Aliran Sesat Menurut MUI"*

MUI dalam rapat kerja nasional tahun 2007 menyebutkan 10 kriteria sebuah aliran keagamaan dianggap menyimpang atau sesat, yaitu:

1. Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun Islam.

2. Meyakini dan mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syarâ i .

3. Meyakini turunnya wahyu sesudah Alquran.

4. Mengingkari kebenaran Alquran.

5. Menafsirkan Alquran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir.

6. Mengingkari kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam.

7. Menghina, melecehkan, atau merendahkan nabi dan rasul.

8. Mengingkari Nabi Muhammad shallallohu alaihi wa sallam sebagai utusan terakhir.

9. Mengubah, menambah, dan mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan secara syar'i.

10. Mengafirkan sesama Muslim tanpa dalil syarâ i.

Rujuk info ini:

*10 Kriteria Aliran Sesat Menurut MUI*

http://www.nahimunkar.org/10-kriteria-aliran-sesat-menurut-mui/

Demikianlah pembahasan kelompok-kelompok sesat dan menyimpang agar kita dapat menjauhinya.

*Nasihat*

Alloh Taâ ala berfirman,

٠٠إ٠٠٠ت٠ط٠ع٠أ٠٠٠ث٠ر٠٠٠٠٠٠٠٠ا٠٠أ٠ر٠ض٠٠٠ض٠٠٠٠٠٠٠ع٠٠٠س٠ب٠٠٠٠ا٠٠٠٠٠٠إ٠٠٠٠٠ت٠٠ب٠ع٠٠٠٠إ٠٠٠٠ا ا٠ظ٠٠٠٠٠٠٠إ٠٠٠٠٠٠٠إ٠٠٠٠ا ٠٠خ٠ر٠ص٠٠٠Ù

â Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Alloh).â (Qs. Al Anâ aam: 116)

Dalam ayat ini, Alloh Taâ ala memberitahukan keadaan mayoritas manusia yang berada di atas kesesatan, dan mengingatkan agar tidak mengikuti kebanyakan manusia, karena yang mereka ikuti hanyalah persangkaan belaka.

Hal itu, karena agama mereka telah menyimpang, sebagaimana amal dan ilmu mereka pun ikut menyimpang.

Ayat di atas juga menunjukkan bahwa banyaknya orang yang melakukan sesuatu bukanlah menjadi tolok ukur terhadap suatu kebenaran, dan menunjukkan bahwa sedikitnya orang yang menempuh tidaklah menunjukkan tidak berada di atas kebenaran, oleh karenanya para pengikut kebenaran adalah orang yang paling sedikit jumlahnya, namun paling tinggi kedudukan dan pahalanya di sisi Alloh.

Dalam ayat ini juga terdapat bantahan terhadap beberapa pemikiran yang dibuat manusia, yang kemudian dianut oleh sebagian orang atas dasar ikut-ikutan, seperti liberalisme, sosialisme, komunisme, pluralisme, kapitalisme, sekularisme dan sebagainya.

*Ikuti Kebenaran dan Jangan Lihat Banyaknya Orang Yang Melakukan*

Syaikhuna Al Allamah Muhammad bin Shalih Ibnu Al-'Utsaimin Rahimahulloh Ta'ala berkata, â Kita tidak tertipu dengan kebanyakan manusia melakukannya, karena perbuatan manusia terkadang di atas kejahilan. Yang dijadikan patokan adalah ada dalil dalam syariat bukan karena dilakukan oleh pada umumnya manusia." (Al Qaulul Mufid 1/204)

"Kami tidaklah melihat kebenaran dengan banyaknya orang yang mengikuti, akan tetapi kami melihat kebenaran ketika sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah." (Asy Syarhul Mumti 4/379)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahulloh Ta'ala berkata, â Para ulama sepakat, bahwa apabila seseorang telah mengetahui kebenaran, maka tidak boleh baginya menyelisihinya karena mengikuti seseorang." (Majmu Fatawa 7/71)

Syaikhuna Al Allamah Abdul Aziz bin Abdullah Ibnu Baz Rahimahulloh Ta'ala berkata, "Hendaklah setiap muslim waspada tidak tertipu dengan jumlah yang banyak sambil menyatakan, "Orang-orang berdatangan kepadanya dan biasa terhadap hal itu, maka aku ikut bersama mereka." Ini adalah musibah yang besar yang membuat binasa kebanyakan orang-orang terdahulu. Engkau wahai orang yang berakal, hendaknya memperhatikan dirimu dan menghisabnya, berpegang dengan kebenaran meskipun ditinggalkan manusia. Demikian pula berhati-hati terhadap apa yang dilarang Alloh meskipun dikerjakan oleh manusia, karena kebenaran itu lebih berhak diikuti. Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

â Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.â (Qs. Al Anâ aam: 116)

"Dan kebanyakan manusia tidak beriman, meskipun engkau menginginkannya." (Qs. Yusuf: 103)

Sebagian kaum salaf berkata, "Jangan menjauhi kebenaran karena sedikitnya orang yang mengikuti, dan jangan tertipu dengan kebatilan meskipun orang yang binasa itu banyak." (Majmu Fatawa 12/411-416)

Abdullah bin Masâ ud Radhiyallohu anhu berkata, "Janganlah salah seorang di antara kamu menjadi imma'ah!"

Kawan-kawannya mengatakan "Apa itu Imma'ah wahai Abu Abdurrahman?"

Abdullah Bin Masud menjawab, "Yaitu orang yang mengatakan 'saya mengikuti orang-orang, jika mereka mendapatkan petunjuk, maka saya akan mendapatkan petunjuk, dan jika mereka sesat saya juga sesat'. Ingatlah! Hendaknya salah seorang di antara kalian menguatkan dirinya, yaitu ketika manusia kufur, namun dia tidak kufur." (Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al Kabir no. 8765)

*Jalan Keluar dari Penyimpangan*

ع٠٠٠أ٠ب٠٠٠٠ج٠٠٠ح٠ا٠٠ع٠ر٠ب٠اض٠ب٠٠٠س٠ار٠ة٠ر٠ض٠ا٠٠٠ع٠٠٠٠ا٠٠: ٠٠ع٠ظ٠٠٠ا ر٠س٠٠٠٠٠ا٠٠٠٠ص٠٠٠٠٠ا٠٠٠ع٠٠٠٠س٠٠٠٠٠٠ع٠ظ٠ة٠٠٠ج٠٠٠ت٠٠٠٠٠٠٠ا Ø§Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ø¨Ù Ø Ù Ù Ø°Ù Ø±Ù Ù Ù ØªÙ Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ø§ Ø§Ù Ù Ø¹Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ø Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ø§ : ٠٠ا Ø±Ù Ø³Ù Ù Ù Ù Ù Ø§Ù Ù Ù Ù Ø Ù Ù Ø£Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ø§ Ù Ù Ù Ù Ø¹Ù Ø¸Ù Ø©Ù Ù Ù Ù Ù Ø¯Ù Ù Ø¹Ù Ø Ù Ù Ø£Ù Ù Ù ØµÙ Ù Ù Ø§Ø Ù Ù Ø§Ù Ù : Ø£Ù Ù Ù ØµÙ Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ø¨Ù ØªÙ Ù Ù Ù Ù Ù Ø§Ù Ù Ù Ù Ø¹Ù Ø²Ù Ù Ù Ù Ø¬Ù Ù Ù Ù Ø Ù Ù Ø§Ù Ø³Ù Ù Ù Ù Ø¹Ù Ù Ù Ø§Ù Ø·Ù Ù Ø§Ø¹Ù Ø©Ù Ù Ù Ø¥Ù Ù Ù ØªÙ Ø£Ù Ù Ù Ù Ø±Ù Ø¹Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ø¹Ù Ø¨Ù Ø¯Ù Ø Ù Ù Ø¥Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ø¹Ù Ø´Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ø³Ù Ù Ù Ø±Ù Ù Ø§Ø®Ù ØªÙ Ù Ø§Ù Ù Ø§Ù Ù Ù Ø«Ù Ù Ù Ø±Ø§Ù . ٠٠ع٠٠٠٠٠٠٠٠٠ب٠س٠٠٠٠ت٠٠٠٠س٠٠٠٠ة٠ا٠٠خ٠٠٠٠٠اء٠ا٠ر٠٠اش٠د٠٠٠٠٠ا٠٠٠٠٠٠د٠٠٠٠٠٠٠٠ع٠ض٠٠٠ا ع٠٠٠٠٠٠٠ا Ø¨Ù Ø§Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ø§Ø¬Ù Ø°Ù Ø Ù Ù Ø¥Ù Ù Ù Ù Ø§Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ø­Ù Ø¯Ù Ø«Ù Ø§ØªÙ Ø§Ù Ù Ø£Ù Ù Ù Ù Ù Ø±Ù Ø Ù Ù Ø¥Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ù Ø¨Ù Ø¯Ù Ø¹Ù Ø©Ù Ø¶Ù Ù Ø§Ù Ù Ù Ø©Ù

Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariyah Radhiyallohu â anhu dia berkata, â Rasululloh Shallallohu 'alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran. Kami berkata, â Wahai Rasululloh, seakan-akan ini merupakan nasihat perpisahan, maka berilah kami wasiat.â Beliau bersabda, â Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Alloh Taâ ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena barang siapa yang hidup di antara kalian (sepeninggalku), maka ia akan menyaksikan banyak perselisihan. Oleh karena itu, hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bidâ ah adalah sesat.â (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dia (Tirmidzi) berkata, â Hasan shahihâ )

*Syarh/penjelasan*

Kalimat, â Rasululloh Shallallohu 'alaihi wa sallam memberikan kami nasehat (mauâ izhah)â .

Mauâ izhah artinya mengingatkan disertai targhib (dorongan) dan tarhib (ancaman). Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam dalam memberikan nasihat melihat waktu yang tepat dan tidak terlalu sering agar para sahabat tidak bosan. Dalam memberikan nasihat, Beliau juga tidak secara panjang lebar, dan kata-kata Beliau dalam nasihatnya menyentuh hati. Di samping itu, Beliau mengikuti Al Qurâ an dalam memberikan nasihat, yaitu menyertakan targhib dengan tarhib, sehingga tidak membuat putus asa manusia dan tidak membuat manusia berani melakukan maksat. Sebagian kaum salaf berkata,

إ٠٠٠ا٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠ا٠٠٠٠٠٠٠٠٠ا٠٠٠ذ٠٠٠٠ا ٠٠ؤ٠٠٠٠س٠ا٠٠٠٠اس٠٠٠٠٠ر٠ح٠٠٠ة٠ا٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠ا ٠٠ج٠ر٠٠ئ٠٠٠٠٠ع٠٠٠٠٠٠ع٠اص٠٠ا٠٠٠٠٠Ù

â Sesungguhnya orang yang betul-betul faqih adalah orang yang tidak membuat putus asa manusia dari rahmat Alloh dan tidak membuat mereka berani mengerjakan maksiat kepada Alloh.â

Sabda Beliau â bertakwa kepada Allohâ , maksudnya adalah bahwa mencari perlindungan dari azab Alloh dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini merupakan hak Alloh Azza wa Jalla. Dan tidak ada wasiat yang paling mulia dan paling lengkap melebihi wasiat untuk bertakwa kepada Alloh Azza wa Jalla (lihat juga surat An Nisaaâ : 131).

Sabda Beliau â tunduk dan patuh kepada pemimpin kalianâ maksudnya tunduk dan patuh kepada para pemimpin baik adil maupun zalim, yakni dengarkanlah apa yang mereka katakan dan jauhilah apa yang mereka larang, meskipun yang memimpin kalian seorang budak. Tentunya jika mereka tidak memerintahkan bermaksiat ataupun kemungkaran. jika ternyata memerintahkan bermaksiat dan kemungkaran, maka tidak boleh ditaati. Perintah menaati ulil amri disebutkan di surat An Nisaaâ ayat 59:

٠٠ا أ٠٠٠٠٠٠ا ا٠٠٠ذ٠٠٠٠آ٠٠٠٠٠ا أ٠ط٠٠ع٠٠ا ا٠٠٠٠٠٠٠٠أ٠ط٠٠ع٠٠ا ا٠ر٠٠س٠٠٠٠٠٠أ٠٠٠٠٠ا٠٠أ٠٠٠ر٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠٠إ٠٠٠ت٠٠٠از٠ع٠ت٠٠٠٠٠٠ش٠٠٠ء٠٠٠ر٠د٠٠٠٠٠إ٠٠٠٠ا٠٠٠٠٠٠٠٠ا٠ر٠٠س٠٠٠٠إ٠٠٠٠٠٠٠ت٠٠٠ت٠ؤ٠٠٠٠٠٠٠٠ب٠ا٠٠٠٠٠٠٠٠ا٠٠٠٠٠٠٠٠ا٠٠آخ٠ر٠ذ٠٠٠٠٠خ٠٠٠ر٠٠٠أ٠ح٠س٠٠٠ت٠أ٠٠٠٠٠٠ا

Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rasul-(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An Nisaaâ : 59)

Pada ayat tersebut, taat kepada ulil amri tidak diberi tambahan â taatilahâ sebagaimana ketika memerintahkan taat kepada Alloh dan Rasul-Nya, hal itu karena taat kepada ulil amri tidak mutlak.

Ibnu Rajab Al Hanbaliy berkata, â Adapun mendengar dan taat kepada pemerintah kaum muslimin, maka di dalamnya terdapat kebahagiaan di dunia. Dengannya, maslahat kehidupan hamba menjadi tertib, dan dengannya pula mereka bisa menampakkan agama mereka dan menaati Tuhan mereka.â

Sabda Beliau, â Karena barang siapa yang hidup di antara kalian (sepeninggalku), maka ia akan menyaksikan banyak perselisihan. Oleh karena itu, hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjukâ yakni siapa saja yang diberi umur panjang, maka ia akan melihat banyak perselisihan baik dalam masalah akidah, ibadah, manhaj (jalan hidup), dsb. yang membuat seseorang kebingungan untuk memilih mana jalan yang harus ia ikuti, terlebih karena masing-masing golongan yang ada seakan-akan di atas kebenaran, bahkan berdalil meskipun sebenarnya salah dalam berdalil.

Imam Syathibiy Rahimahulloh berkata, â Oleh karena itu, wajib bagi orang yang memperhatikan dalil syarâ i untuk melihat apa yang difahami generasi terdahulu, dan apa yang mereka kerjakan, karena hal itu lebih membuatnya dekat dengan kebenaran.â (Al Muwafaqat 3/77)

Ternyata apa yang Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam sampaikan memang benar, yakni benar-benar terjadi perselisihan yang banyak di zaman para sahabat, terlebih di zaman setelahnya dst. Namun demikian, Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam tidak membiarkan begitu saja umatnya kebingungan, bahkan Beliau memberikan jalan keluar saat kita menghadapi kondisi tersebut, yaitu dengan berpegang dengan sunnah (jalan yang ditempuh) Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam saat menyaksikan keadaan yang beraneka ragam tersebut; meskipun menyelisihi kebanyakan orang. Tidak sebatas itu, Beliau juga menyuruh kita mengikuti para khalifah (pengganti) Beliau shallallohu 'alaihi wa sallam yang rasyidin (mendapat petunjuk), yang tidak lain adalah para sahabat Beliau, terutama khalifah yang empat; Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali radhiyallohu 'anhum. Hal itu, karena bisa saja di antara golongan-golongan itu berdalih dengan ayat atau hadits Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam, namun dalam memahaminya tidak seperti yang dipahami Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, sehingga Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam menambahkan dengan sunnah (jalan yang ditempuh atau pemahaman) para sahabat, yakni apakah para sahabat memahami seperti itu ketika mendengar ayat atau hadits dari Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam, terutama pada ayat atau hadits-hadits yang membutuhkan penjelasan tambahan karena masih samar. Oleh karena itu Al Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam mukaddimah kitab tafsirnya:

â Apabila ada seseorang yang bertanya, â Apa cara terbaik dalam menafsirkan (Al Qurâ an)?â Jawab, â Sesungguhnya cara terbaik dalam hal ini adalah menafsirkan Al Qurâ an dengan (penjelasan) Al Quran, yang masih belum jelas di ayat ini mungkin dijelaskan di ayat lain. Jika kamu tidak menemukan (penjelasan di ayat lain), maka dengan melihat As Sunnah, karena ia adalah pensyarah Al Qurâ an dan penjelasnya dst.â Kemudian Ibnu Katsir melanjutkan, â Jika kita tidak menemukan (penjelasannya) dalam Al Qurâ an dan As Sunnah, maka kita melihat pendapat para sahabat, karena mereka lebih tahu tentang hal itu dst.â Ibnu Katsir berkata lagi, â Jika kamu tidak menemukan dalam Al Qurâ an, As Sunnah juga dari para sahabat, maka dalam hal ini para imam melihat pendapat para taabiâ iin dst.â

Dengan cara seperti ini, yakni merujuk kepada Al Qurâ an dan As Sunnah dengan pemahaman generasi pertama Islam (As Salafush Shaalih/Salaful Ummah), kita dapat selamat dari perselisihan. Dan oleh karena itu, seseorang harus memahami Manhaj (cara beragama) generasi terdahulu yang merupakan Manhaj Ahlussunnah wal jamaâ ah.

Pada hadits di atas juga kita diperintahkan menjauhi bidâ ah, yakni mengada-ada dalam agama yang dibawa Nabi Shallallohu 'alaihi wa sallam. Hadits ini merupakan dalil terlarangnya berbuat bidâ ah. Oleh karena itu, jika seorang yang berbuat bidâ ah berkata, « Bukankah tidak ada larangannya saya mengerjakan ibadah ini ? » Maka jawablah dengan hadits ini, yakni Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam melarang semua bidâ ah dalam agama. Karena jika disebutkan satu persatu tidak mungkin, disebabkan banyaknya jumlah bidâ ah.

Hadits di atas juga menerangkan bahwa bidâ ah dalam agama semuanya sesat, tidak ada yang hasanah (baik). Semoga bermanfaat, Barokallohu fiikum.

Wallahu aâ lam wa shallallohu â alaa Nabiyyina Muhammad wa â alaa alihi wa shahbihi wa sallam.

â ???? Oleh:

*Dr. Abu Yahya Marwan Hadidi, S.Pd, I, M.Pd, I* bin *Musa*

(Penulis Buku Menyemai Adab Menuai Berkah 14 Adab sehari-hari Seorang Muslim, Terbitan: Pro U Media, Yogyakarta, Team Dosen KULIAH ISLAM ALMA'WA, Jakarta)

Diedit Oleh:

*Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani, S.Pd, M.MPd, M.Pd, I* bin *Dr. H. Subo Sukamto Abu Ramadhan, M.Sc* bin *Mbah Robikun* -Rahimahulloh Ta'ala-

(Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat, Praktisi dan Pengamat PAUDNI/Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Aktivis Pendidikan dan Kemanusiaan)

*Marajiâ /Referensi*: Al Ajwibah Al Atsariyyah, Maktabah Syamilah versi 3.45, Hidayatul Insan bi Tafsiril Qurâ an (Marwan bin Musa), Membedah Firqah Sesat (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah), Aliran dan Paham Sesat di Indonesia (Abu Sa'id Ibrahim Hartono Ahmad Jaiz), Untaian Mutiara Hadits (Marwan bin Musa), dll.

*Silahkan di Share info ini seluas-luasnya, Syukron*

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image