Berutang Hendaknya dengan Niat Baik
Eduaksi | 2021-07-01 21:53:01Sekarang ini dengan gaya hidup yang serba wah, terkadang menutup mata untuk tidak malu berhutang. Seakan hutang sudah menjadi gaya hidup, apalagi bagi mereka yang dipermudah dengan kartu kredit. Tinggal gesek, barang pun jadi hak milik. Berhutang bukannya tidak boleh dalam Islam, namun tentunya perlu diperhitungkan baik-baik supaya hutangnya adalah untuk hal-hal yang diperbolehkan.
Jika seseorang berhutang dengan tujuan tidak baik, maka dia telah zhalim dan melakukan dosa. Diantara tujuan berhutang tidak baik adalah
1.Berhutang untuk menutupi hutang yang tidak terbayar atau gali lubang untuk tutup lubang
2.Berhutang untuk sekedar bersenang-senang.
3.Terkadang ada modus berhutang dengan akan tetapi niatnya adalah meminta. Hal ini karena biasanya jika meminta tidak diberi, maka digunakan istilah hutang agar mau memberi. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu âanhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu âalaihi wa sallam telah bersabda :
Artinya : âBarangsiapa yang mengambil harta orang (berhutang) dengan tujuan untuk membayarnya (mengembalikannya), maka Allah Subhanahu wa Taâala akan tunaikan untuknya. Dan barangsiapa mengambilnya untuk menghabiskannya, maka Allah Subhanahu wa Taâala akan membinasakannyaâ (Shahih Bukhari, kitab Al-Istiqradh, no. 2387)
Dengan memperhatikan redaksi hadist diatas kita sebaikan sebagai seorang muslim benar-benar mempunyai komitmen yang kuat jika berhutang untuk melunasinya, bukan hanya sekedar manis dimulut supaya ada yang meminjamkan.
Kita harus yakin bahwa jika kita berhutang dengan niat dan azam untuk menunaikannya, maka Allah pun akan memudahkan bagi kita untuk melunasinya. Dan sebaliknya jika kita berhutang kepada seseorang dengan niat yang tidak baik, maka Allah Subhanahu wa Taâala akan membinasakan hidup kita dengan hutang tersebut.
Tentunya masalah hutang piutang ini akan menjadi perkara yang rumit diakhirat jika belum terlunasi didunia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.