Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andri Mastiyanto

Film Imperfect, Ketika Kita Tidak Perlu Sempurna

Info Terkini | 2021-06-12 23:16:48
Deskripsi : Timbangan itu hanya angka I Sumber Foto : Starvision

Imperfect sebuah film buatan dalam negeri yang pas banget dengan kondisi saat ini. Film ini tayang perdana di bulan Desember 2019.

Berbagai iklan di televisi, sosial media dan media komunikasi lainnya menyetting bahwa yang menarik itu harus putih, langsing dan berwajah mirip orang eropa atau korea selatan. Film Imperfect menyentil fenomena ini.

Kita pun acapkali mendengar sebutan / panggilan seseorang karena tidak sempurna fisik nya, misal Leman Ketek (Leman Monyet), Kadut ( Karto Gendut), Siwer (Si jereng dalam bahasa Jawa), dll

Film ini disutradarai oleh Ernest Prakasa dan diangkat dari novel karya Meira Anastasia. Imperfect bagaikan memotret kehidupan sehari-hari di era millenial dan generasi Y serta Alpha.

Ernest Prakasa membuat film drama yang kocak abis, dan itu berhasil. Film ini adalah drama komedi ini diangkat dari kisah Istrinya sendiri yang kemudian dibukukan.

Film ini amat kuat dari sisi dramanya, namun plot-plot komedi film ini pun lebih-sangat kuat dan membekas. Celotehan khas anak-anak milenial sering dimunculkan pada beberapa scene.

Imperfect menyadarkan kita, bahwa tidak perlu sempurna mendapatkan kebahagian. Terdapat beberapa alasan kenapa kamu harus nonton film Imperfect:

1. Berbeda Itu Nyata

Film ini menyentuh kita atas pesan Illahi "Manusia diciptakan berbeda-beda agar saling mengenal".

Dalam salah-satu scene, tergambarkan 3 orang gadis yang saling bercanda di gank yang sempit. Ada yang mikirnya lemot, ada yang semok tapi genit, ada juga yang rambutnya keriting dengan kulit eksotik.

Deskripsi : Beda itu Nyata I Sumber Foto : Film Imperfect

Karena perbedaan-perbedaan itu, mereka menjadi saling kenal. Perbedaan itu menjadi pemicu ketertarikan satu sama lain.

Coba bayangkan bila semua memiliki wajah yang mirip ! bisa-bisa ada yang sering salah megang, bisa jadi modusan.

Ternyata masih banyak orang hidup dengan standar orang lain, begitulah Ernest menggambarkan isu-isu pada film ini.

2. Bullying itu Melukai Hati Orang Lain

Dalam film digambarkan saat Rara (Jessica Mila) kerap dapat perlakuan yang menyakiti mentalnya baik di kantor, rumah, dan lingkungan sekitarnya gara-gara bentuk tubuhnya.

Rara dalam sebuah scene disebut ibu hamil, ikan paus, dan bullying lain mengenai obesitasnya.

Imperfect mengangkat isu yang sering dialami oleh generasi milenial / Y / Alpha dengan menampilkan sudut pandang dari orang yang mengalami body shaming.

Bullying/mencomooh/mengata-ngatai, body shaming (memperolok tubuh orang lain), hingga insecurity (merasa tidak aman) merupakan hal yang pernah kamu dengar dan rasakan.

Layak ditonton buat kamu yang sedang bagaimana bersikap dengan keunikanmu.

"Ketika Anda mengejek orang lain, coba cium dulu mulut Anda sendiri. Bisa jadi belum sikat gigi."

3. Terlihat Cantik / Tampan di Sosmed, membuat Mu Insicure

Imperfect bagaikan menampar yang ingin terlihat kece di sosmed. Ternyata walaupun Cantik Tetap Insecure (Tidak Aman).

Film Imperfect mengambil berbagai sudut pandang tentang imperfect (tidak sempurna). Fisik yang dianggap sempurna oleh orang lain, ternyata akan menimbulkan rasa insecure (merasa tidak aman) bagi yang dipuji.

Dalam beberapa scene adik perempauan dari Rara yang cantik jelita dan memiliki tubuh yang langsing masih merasa insecure.

Bisa dibilang adik Rara memiliki body goals wanita era milenial. Namun dirinya masih merasa gemuk karena terpengaruh komentar-komentar di timeline sosial media miliknya.

"Cantik itu belum tentu menarik."

Film ini mampu menyuguhkan dengan scene yang bisa diterima dan seperti nyata dialami anak-anak milenial.

Dalam kehidupan nyata banyak selebritis yang enggak pede dengan bentuk tubuhnya sehingga menjalani operasi plastik ke Thailand dan Korea.

Film ini cukup menyentil individu yang mengejar body goals yang sudah sangat dekat dengan masyarakat.

"Timbangan itu menunjukkan angka bukan nilai."

4. Hai Orang Tua, Carilah Panggilan Yang Baik

Banyak kejadian tanpa sadar dari keluarga tedekat melakukan bullying kepada anggota keluarga lain yang memiliki keunikan. Kejadian tersebut ditampilkan dalam beberapa scene.

Dalam beberapa adegan Ibu dari Rara berucap, "Ayo bangun udah kayak ikan paus terdampar",

Deskripsi : Ibu dari Rara menyetop Rara makan berlebihan I Sumber Foto : Film Imperfect

Juga ada celotehan "getaran tangga memberi tau siapa yang datang, ingat itu paha". Bahkan Ernest yang tampil dalam film juga menyebut ada "hutan rimba" di lengan Reza Rahardian.

Nama adalah doa, panggilan kepada keluarga kita yang jelek itu tentunya seperti meminta sesuatu yang jelek / buruk. Jangan juga memanggil keluarga kita dengan binatang.

5. Mencintai Ketidaksempurnaan itu Nggak Apa-Apa

Rara dalam film ini berubah dari cewek obesitas menjadi cewek yang memiliki tubuh sexy. Setiap Rara melangkah ada saja pria dan wanita yang melirik.

Tapi apakah Rara akhirnya bahagia dengan body goals nya ! ternyata tidak. Dia mendapatkan teman-teman palsu yang terlihat tertawa bersama saat didepan Rara tetapi dibelakangnya menusuknya.

Rara kehilangan teman-teman sejatinya. Bahkan dia ditinggalkan oleh teman dan pacarnya.

Deskripsi : Penggambaran Rara yang gemuk dan berkulit sawo matang I Sumber Foto : Film Imperfect

Namun diakhir cerita Rara menyadari bahwa mencintai ketidak sempurnaan itu nggak apa-apa.

Film ini menceritakan bagaimana isu seputar insecure dan body shaming dengan gaya ringan, penuh celotehan dan canda-tawa. Beberapa scene yang mungkin diceritakan Ernest melalui lawakan-lawakan yang pas dengan kondisi saat ini.

___________________________

Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto

Web [DISINI] , Blog [DISINI] , Twitter [DISINI] , Instagram [DISINI] Email : [email protected]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image