Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Diva Mu'zizat

Berfilsafat Di Era Media Sosial

Olahraga | Friday, 28 May 2021, 15:52 WIB
Berfilsafat-di-era-mediasosial@diva

Semakin hari teknologi semakin berkembang, begitu juga dengan ilmu pengetahuan karena banyak inovasi baru yang tidak terpikirkan sebelumnya dan kini sudah ada. Begitu juga pada media komunikasi dan informasi yang kini sudah berkembang sangat pesat. Apalagi kita sebagai generasi milenial yang setiap hari menggunakan media sosial untuk mencari informasi bahkan berekspresi di media sosial. Hidup menjadi lebih praktis dan serba cepat. Apalagi pada masa pandemi saat ini kita bisa belajar dari rumah kita masing-masing. Selain itu kita juga dapat memesan makanan, berbelanja, semua bisa dilakukan dengan tangan melalui aktivitas virtual. Bahkan di antara beberapa orang dalam kondisi diam itu kita juga lebih menyukai interaksi virtual dari pada dengan berinteraksi langsung. Sering kali saya melihat beberapa anak muda di sebuah tempat sedang bersenda gurau sambil minum kopi. Mereka berdekatan akan tetapi tidak bercengkrama akan tetapi masing-masing asyik dengan smartphone nya sendiri dan ini adalah bagian dari dampak negatif menggunakan teknologi secara berlebihan.

Dampak negatif yang juga sering saya temui adalah situasi perang terbuka di sosial media. Mereka beradu argumen bahkan saling menghujat karena berbeda pandangan, merundung, menyebarkan berita bohong atau hoax, memfitnah. Fenomena ini sering kita jumpai di arena sosial media seperti Twitter, Facebook, Youtube dan Instagram. Selain itu, kita setiap hari dibanjiri informasi melalui berbagai media sosial. Tentu informasi yang kita dapatkan tidak selalu benar, bahkan besar kemungkinan informasi itu bohong atau hoax. Hal ini tentu saja dapat menjadi petaka, apalagi hoax dengan membawa unsur SARA(suku, ras, agama) yang diviralkan melalui media sosial yang bisa memprovokasi masyarakat dan memicu kerusuhan. Fenomena seperti ini sering terjadi di negeri kita mudahnya masyarakat terprovokasi melalui informasi hoax karena memang mereka tidak menyaring informasi itu dengan logika berpikir yang jernih.

Disinilah peran penting filsafat agar saya bisa menggunakan logika berpikir secara benar. Logika dalam bahasa Yunani adalah ”logos” yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Berpikir dengan menggunakan logika dapat kita temui ketika kita belajar filsafat, bahkan di bangku perkuliahan pasti ada mata kuliah filsafat yang bertujuan agar mahasiswa mampu berpikir secara jernih dan rasional. Filsafat yang berasal dari kata "philo" dan "shopia" yang berarti cinta kebijaksanaan. Yang kita lihat dari arti filsafat tersebut kita mampu mengurangi kesalahan berpikir kita sehinggalebih mendekati pemikiran yang benar.

Logika berpikir sangat berguna, mengajarkan kita untuk berpikir jernih apa pun yang di pikirkan kita jika menggunakan logika akan mengarahkan kejernihan dalam berpikir. Sehingga ketika kita berdebat entah di sosial media atau di kehidupan nyata kita dapat membangun argumentasi yang rasional dan masuk akal. Tentu yang di bangun adalah perdebatan positif yang memiliki hikmah bagi netizen, bukan argumen yang menjerumuskan orang dan membangun narasi hoax. Selain itu logika juga berguna untuk mendeteksi informasi hoax atau bohong, apakah informasi tersebut sesuai dengan hukum logika atau tidak, jangan-jangan informasi tersebut menjerumuskan kita.

Filsafat hadir sebagai metodologi berpikir untuk mengurangi persoalan kehidupan agar tak tersesat lagi di zaman saling fitnah dan membenci. Berfilsafat yang dimaksud bukan membahas pemikiran pemikiran filsuf yang rumit. Tetapi, kita belajar untuk berpikir untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam membuat keputusan maupun bertindak agar menghasilkan hikmah kebijaksanaan. Sehingga kita dapat menggunakan teknologi terutama media sosial dengan bijak.

Muhammad Diva Mu'zizat

Mahasiswa Kesejahteraan Sosial, FISIP UMJ.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image