Pro dan Kontra Mendengarkan Musik Dapat Menstimulus Otak Bekerja Dengan Baik?
Info Terkini | 2021-05-28 14:06:15Apakah kamu pernah belajar sambil dengerin musik? Atau emang selama kamu belajar kamu selalu dengerin musik? Belajar sambil dengerin musik memang mengasyikan, ya. Tetapi, apakah belajar sambil mendengarkan musik dapat menstimulus otak bekerja dengan baik?
Musik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Tanpa musik pasti akan sepi dan hampa. Selain dapat menenangkan pikiran, musik juga dapat membangkitkan suasana hati. Pada sebagian orang pun berpendapat bahwa musik adalah salah satu sarana yang tepat saat belajar karena dapat merubah suasana belajar yang tidak membosankan. Namun ada juga sebagian orang yang berpendapat bahwa mendengarkan musik dapat mengganggu konsentrasi saat belajar dan bukan menjadi sarana yang tepat saat belajar.
Lalu, apa sih musik itu? Musik merupakan bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera individu. Kebanyakan orang merasakan tenang atau damai saat mendengarkan musik. Berdasarkan penelitian, musik mempunyai efek stimulus terhadap pendengarnya sehingga pendengar dapat lebih bergairah dan bersemangat dalam melakukan pekerjaannya.
Seringkali musik yang dapat membantu kerja otak adalah musik klasik. Sebaliknya, hip-hop merupakan musik yang dapat mengganggu konsentrasi dalam bekerja dikarenakan temponya yang cepat serta beatnya yang menghentak. Pada dasarnya apapun genrenya, selama ada aspek musical yang secara kuat menarik perhatian, maka dapat membantu maupun mengganggu konsentrasi.
Dampak positif dari mendengarkan musik adalah dapat membuat mood untuk belajar lebih baik, mengurangi stress pada proses pembelajaran. Mendengarkan musik juga merupakan salah satu metode efektif untuk membuat proses pembelajaran lebih enjoy dan menikmati proses pembelajaran.
" Saya Pro dengan pernyataan bahwa mendengrakan musik dapat menstimulus otak bekerja dengan baik. karena, saat mendengarkan musik membuat saya merasa lebih baik dan bahagia. Menurut saya juga mendengarkan musik dapat membawa pengaruh yang positif bagi otak. Karena, saya merasa lebih konsentrasi dan enjoy saat belajar dengan mendengarkan musik. " Ucap salah satu mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pradita Anindya, saat di wawancara pada Senin (24/05/21)
Pradita menegaskan bahwa genre dan volume musik dapat mempengaruhi konsentrasi belajar seseorang. Pradita menyarankan genre yang Pop pada saat mendengarkan musik sambil belajar. Karena akan membuat suasana pada saat belajar menjadi lebih rileks.
" Saya berada di pihak kontra. Saya tidak bisa mendengarkan musik sambil belajar dikarenakan faktor volume musik. Karena, saya merasa terganggu dan menjadi kurang fokus. Belajar sambil mendengarkan musik kurang menjadi sarana yang tepat saat belajar bagi saya. " Tutur salah satu mahasiswi Universitas Bhayangkara, Muhammad Yusuf fito, saat di wawancara pada Senin (24/05/21)
Yusuf menegaskan bahwa besarnya volume musik juga dapat mengganggu pendengaran. Yusuf menyarankan mendengarkan musik jangan terlalu sering menggunakan headset karena jika terlalu sering akan menggangu alat pendengaran dan membuat rusak alat pendengaran itu.
Setiap genre musik punya karakternya tersendiri. Meskipun setiap musik di dalam suatu genre memiliki variasi karakternya masing-masing, namun tentunya ada karakter umum yang dimiliki oleh musik dalam suatu genre. Semakin tinggi intensitas suatu musik, semakin tinggi pula potensinya untuk mengganggu berlangsungnya proses belajar.
Musik memang dapat mempengaruhi gelombang otak dan neurofisiologis tubuh manusia yang kalo dipakai dalam proses belajar memberikan hasil yang positif. Bisa lebih meningkatkan konsentrasi, menguatkan ingatan materi pelajaran, membuat suasana lebih rileks dan gembira, dan akhirnya dapat mempengaruhi kinerja untuk mendapatkan nilai tes yang lebih tinggi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.