Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amirudin Nur Wahid

Memajukan Bank Syariah dengan Cara Milenial

Bisnis | Tuesday, 25 May 2021, 13:54 WIB

Bank Syariah Indonesia diibaratkan seperti burung yang baru menetas hanya saja tinggal mengepakkan sayap. Setelah menetas dari merger dan memiliki aset bank sekitar Rp240 triliun pada Desember 2020, aset ini tentu sangat besar hingga mengantarkan Bank Syariah Indonesia menjadi peringkat ketujuh dengan aset kapitalisasi terbesar. Kepakkan sayap ini harus dapat memikat orang banyak sehingga dapat mencapai tujuan Indonesia sebagai pusat keuangan syariah di dunia salah satunya dengan pendidikan, Ya benar! dengan pendidikan, bagaimana hubungannya?

Pendidikan dalam artian ini adalah para penimba ilmu, seperti pelajar mulai dari tingkat dasar hingga mahasiswa, seperti SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK. Pondok Pesantren, dan perguruan tinggi. Sebut saja beli satu dapat dua, ketika ingin mengenalkan diri pada pemuda terutama milenial apalagi seorang pelajar harus dengan cara-cara milenial. Cara-cara berkenalan ini tidak hanya dapat mengenalkan produk-produk perbankan syariah pada kawula muda pun melaksakan tujuan dari pendidikan agar dapat membawa hawa positif dengan lebih baik serta mendapat sambutan yang baik.

Pendidikan atau wajib belajar merupakan kewajiban bagi warga negara Indonesia merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Pasal 1. Lalu bagaimana memajukan perbankan syariah dan pendidikan di Indonesia?

Penulis mengelompokkan pada usia dan minat pada suatu hal, pertama pada tingkat dasar hingga atas (SD sampai SMA). Kelompok ini berusia sekitar masih di bawah umur dan belum mempunyai Kartu Tanda Penduduk, walaupun demikian bukan berarti tidak bisa menjadi nasabah bank. Kedua, pada kelompok mahasiswa atau pada usia 17 tahun ke atas, kelompok ini dapat lebih leluasa untuk menikmati produk perbankan terutama syariah. Banyak celah yang dapat dimanfaatkan perbankan syariah untuk menggaet dua kelompok tersebut, seperti tren pemuda hijrah dan mahasiswa yang terkenal dengan sikap hematnya serta masih sangat menggebu-gebu dalam menikmati usia mudanya dan suka bersosialiasi pada orang lain. Sebenarnya masih ada kelompok dengan umur 21 tahun keatas yang mana dapat lebih banyak menikmati produk perbankan syariah terutama di Bank Syariah Indonesia (BSI).

Pada tingkat pelajar dasar dapat dilakukan dengan berbagai cara, menyelenggarakan berbagai event yang dapat menyosialisasikan produk perbankan syariah, tentunya bank syariah harus dapat melihat momen yang tepat dalam menyelenggarakan suatu event. Pelajar di tingkat dasar ini pada sekolah yang memiliki latar belakang agama Islam seringkali mengadakan acara manasik haji atau uji coba haji, hal ini harus dimanfaatkan bank syariah karena bank syariah, seperti Bank Syariah Indonesia (BSI) memiliki produk tabungan haji untuk usia di bawah 17 tahun, yaitu BSI Tabungan Haji Muda. Selain itu masih banyak produk BSI yang cocok untuk para pelajar dibawah umur 17 tahun, seperti BSI Tabungan Simpanan Pelajar Indonesia. Bentuk syarat dan prasyarat ini bukan berarti BSI membatasi produknya hanya pada umur-umur tertentu melainkan menyesuaikan hukum yang ada, seperti pada usia di bawah umur tentunya tidak bisa menikmati produk BSI Griya Simuda karena belum cukup mampu secara hukum. Hal ini harus dipandang bahwa BSI menerapkan sistem keuangan inklusif sebab semua kalangan dapat menikmati produk-produk perbankan sesuai dengan kebutuhan dan keperluan.

Ada sesuatu yang unik pada gerakan pemuda di Indonesia terutama muslim, yaitu gerakan hijrah yang menyasar baik pelajar maupun mahasiswa. Gerakan ini menjadi social movement yang bukan hanya mengubah dari sisi moralitas pemuda melainkan juga menumbuhkan tren baru, seperti fashion muslim dan muslimah, tutur kata, nah bukan tidak mungkin suatu nanti ada tren menggunakan produk perbankan syariah? Perbankan syariah pun dapat menggunakan cara-cara seperti tren hijrah masuk ke pemuda, yaitu melalui mobilisasi teknologi. Pemuda hijrah yang mayoritas merupakan generasi Z dan milenial itu menurut Kupperschmidt (2000) Generasi ini lebih banyak berhubungan dengan dunia maya, sebab generasi ini lahir beriringan dengan berkembangnya teknologi.

BSI sebagai contoh sudah menarik hati para pemuda milenial dengan cara milenial juga, seperti adanya mini series Harmoni Cinta dan Griya Ajar Cinta. Bagaimana lebih memopulerkan series tersebut? Apalagi agar dapat menjadi tontonan pemuda hijrah ataupun pemuda lainnya? Dengan cara meriew ulang atau sekadar bekerjama sama dengan youtuber untuk menonton agar memberikan ulasan atau penilaian, melalui kerjamasa ini tidak harus secara langsung youtuber ikut mempromosikan produk perbankan. Namun agar dapat membuat viewers youtuber tertarik untuk menonton mini series tersebut. Awal dari ketertarikan inilah akan membuka pintu masuk untuk lebih mengenal apa itu bank syariah.

Memajukan perbankan syariah dalam pencocokan produk perbankan syariah harus sesuai dengan minat dan ketertarikan calon nasabah. Misal pada pemuda hijrah akan sangat cocok bila diberi penawaran produk Tabungan Haji Muda atau Tabungan Haji, sayangnya dalam produk Bank Syariah Indonesia belum ada produk Tabungan Kurban padahal ini sangat cocok dengan jiwa pemuda tipe ini. Namun, bagaimana bank syariah dapat dengan tepat menyasar pemuda hijrah? Sama dengan kasus masuknya tren hijrah salah satunya melalui public figure, maka bank syariah pun juga dapat menggunkan cara ini, yaitu bekerjama dengan public figure yang menjadi panutan pemuda hijrah ini.

Pencocokan ini sangat penting, sebab yang dicari oleh calon nasabah, yaitu kenyaman dan keuntungan. Nyaman dengan layanan yang diberikan serta untung karena sesuai dengan kenyaman dan tujuan menjadi nasabah. Pada mahasiswa akan dengan tepat bila kenalkan dengan produk-produk perbankan yang sesuai dengan kenyaman mahasiswa yang irit, seperti BSI Easy Wadiah yang tanpa ada biaya administrasi, tetapi ada tabungan jenis lain yang ditawarkan, yaitu BSI Tabungan Mahasiswa. Sama halnya dengan di atas, bagaimana bank syariah dapat menyasar mahasiwa?

Melalui workhsop, seminar, atau kajian-kajian dalam ranah akademik sudah biasa, walaupun demikian cara ini belum usang bahkan dapat diinovasikan lebih lanjut. Walapun demikian ada cara yang lebih efektif, yaitu pemberian beasiswa, lalu apa keefektifannya? Pemberian beasiswa ini bukan hanya sekadar memberi kemudahan akan akses pendidikan pun juga para penerima beasiswa ini menjadi ujung tombak pengenalan produk perbankan syariah. Misal pihak bank syariah membentuk kumpulan atau komunitas mahasiswa penerima beasiswa dari bank syariah untuk ikut berpartisipasi mengenalkan produk perbankan syariah dengan cara baik terjun langsung ke masyarakat maupun secara media sosial.

Beberapa aksi di atas dapat menggaet minat dan ketertarikan para pemuda yang masih awam mengenai perbankan syariah. Apabila mahasiswa dapat menjadi ujung tombak dari pengenalan produk perbankan syariah akan sangat lebih signifikan sebab langsung terjun ke masyarakat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image