Sejarah

Saat Ibu Kita Kartini Berguru pada Kiai Sholeh Darat

RA Kartini

BOYANESIA – Salam toghellem (saudara)....selamat merayakan Hari Kartini, peringatan setiap tanggal 21 April untuk mengenang dan menghormati perjuangan Pahlawan Nasional Raden Ayu Kartini (RA Kartini).

Sosok pendekar bangsa ini terekam dalam lagu berjudul Ibu Kita Kartini, sebuah lagu patriotik Indonesia yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman. Lagu ini sering dinyanyikan pada saat Hari Kartini dan sering menjadi inspirasi bagi kaum wanita di Indonesia dalam memperjuangkan emansipasi wanita.

Namun, siapa sangka, ternyata putri Indonesia yang harum namanya ini juga berguru kepada seorang ulama masyhur asal Semarang, yaitu Almarhum Kiai Soleh Darat (1820-1903). Bagaimana ceritanya? Inilah dia...!!!

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Seperti diceritakan dalam buku “99 Kiai Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan, Doa dan Hizib”, saat Kartini mempelajari ajalan Islam, Kiai Sholeh Darat memiliki agenda rutin mengisi ceramah keliling ke beberapa keluarga besar bangsawan di beberapa kabupaten di pantai utara Jawa.

Sampai suatu ketika, Kartini berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak. Saat itu, sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga. Kartini pun ikut mendengarkan pengajian bersama para Raden Ayu yang lain dari balik hijab atau tirai.

Saat Kiai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir al-Fatihah, Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kiai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan oleh sang ulama.

Ketertegunan Kartini tersebut dapat dimaklumi karena selama ini Kartini hanya mampu membaca al-Fatihah saja, tanpa pernah mengetahui makna firman Allah tersebut. Namun, setelah mendengarkan penjelasan Kiai Sholeh Darat, Kartini merasa tercerahkan.

Kiai Sholeh Darat mampu menerjemahkan sekaligus menafsirkan surat al-Fatihah secara gamblang menggunakan bahasa Jawa, sehingga mudah dipahami oleh Kartini yang saat itu masih awam terhadap ajaran agama Islam. Selepas pengajian, Kartini pun meminta tolong pamannya agar bersedia menemaninya untuk menemui Kiai Sholeh Darat.

Kartini kemudian berkata kepada Kiai Sholeh Dharat, “Saya merasa perlu menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Romo Kiai. Saya bersyukur yang sebesar-besar kepada Allah Swt atas keberanian Romo Kiai menerjemahkan surat al-Fatihah ke dalam bahasa Jawa, sehingga mudah dipahami dan dihayati oleh masyarakat awam, seperti saya. Kiai lain tidak berani berbuat seperti itu, sebab kata mereka Alqur’an tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa lain, atau bahasa Jawa.”

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Scribo Ergo Sum - Sampaikanlah walau satu berita

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE