Politik Identitas di Indonesia
Politik | 2022-04-20 17:24:19Politik Identitas dicetuskan oleh feminis kulit hitam yaitu Barbara Smith dan Combahee River Collective pada tahun 1974. Bermula dari kebutuhan untuk membentuk kembali aksi-aksi yang selama ini mengutamakan kesamaan yang monoton daripada nilai strategis perbedaan. Politik Identitas terdiri dari dua kata yaitu Politik dan Identitas. Secara etimologi, politik berasal dari bahasa Yunani yaitu politeia yang artinya negara atau kota. Kemudian identitas berasal dari kata identity yang artinya sebuah tanda, ciri atau jati diri yang melekat pada suatu individu atau kelompok.
Politik Identitas diyakini sebagai politik paling mendalam yang berpotensi radikal karena datang langsung oleh identitas diri sendiri, sebagai lawan dari upaya mengakhiri penindasan orang lain. Politik Identitas di Indonesia mendominasi kearah pada politik Islam. Perkembangan politik Islam di Indonesia seringkali dijadikan senjata politik di saat pemilu. Contohnya adalah pada saat pemilihan Gubernur Jakarta 2017 yang menjadi peran utamanya adalah Politik Identitas itu sendiri. Beberapa anggota komunitas Muslim memobilisasi massa dalam jumlah besar melawan mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.
Pemaknaan politik identitas antara Kemala dengan Agnes Heller dan Donald L Morowitz sanagat berbeda. Kemala melangkah lebih jauh dalam melihat politik identitas yang terjadi pada tataran praktis. Yang biasanya digunakan sebagai alat untuk menggalang politik untuk kepentingan ekonomi dan politik. Gerakan politik identitas pada dasarnya membangun kembali narasi besar yang prinsipnya mereka tolak dang membangun suatu teori yang berdasarkan faktor-faktor biologis sebagai penyusun perbedaan mendasar sebagai realitas kehidupannya. Kelemahan dari politik identitas adalah upaya untuk menciptakan kelompok khusus.
Ada nilai minus pasti ada nilai plus, hal positif yang dapat diambil dari Politik Identitas adalah upaya untuk tetap melestarikan nilai budaya yang menjadi ciri khas kelompok yang bersangkutan, sehingga penguatan akan budaya tidak akan luntur dan hilang. Penguatan identitas tersebut akan muncul jika identitas yang dikonsepkan untuk jadi wadahnya dirasa tidak dapat mewakili atau menyatukan kelompok-kelompok tersebut. Bahkan, kekuatan kelompok tersebut menimbulkan ketegangan antar kelompok untuk mendapatkan dominasi dari sebuah konsep yang akan dibangun.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.