Curhat Sahabat
Sastra | 2022-04-19 20:09:25"Sobat, tahukah kau aku sedang berduka?"
"Duka?"
"Ya, Sobat. Duka, lara, nestapa. Tak ada sapa apalagi canda. Diam seribu bahasa."
"Mungkinkah dia tak merasa ada luka menganga. Atau rasa yang tak terasa, atau malah sengaja tak merasa?"
"Entahlah, Sobat. Kurasa dia sengaja tak merasa."
"Kalau begitu, paksa dia untuk merasa."
"Sudah kucoba dengan bicara dan berbagai cara, Sobat. Tapi hanya diam yang kuterima."
"Tanya padanya, apa yang harus kau perbuat agar dia mau bicara."
"Aku lelah, Sobat. Hampir menyerah. Dia tak juga berubah."
"Mungkin dia menunggu beruban baru akan berubah."
"Sudah, Sobat. Dia sudah beruban. Tapi belum juga berubah."
"Ha...ha...ha...!"
"Jangan kau tertawakan dukaku, Sobat!"
"Aku tak tertawakan dukamu. Aku tertawakan uban-uban yang susah payah bertebaran di kepala priamu tapi tak digubris hadirnya."
"Entahlah, Sobat. Aku tak tahu, kapan badai ini kan berlalu."
"Kutemani kau dalam senandung sepi bersama secangkir kopi."
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
