Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image publik histori_indonesia

61 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia - Kuba

Politik | 2021-05-15 07:15:47
sumber: laman Kedubes Kuba Jakarta

Hubungan dipomatik antara Republik Indonesia dengan Republik Kuba resmi dibuka pada tanggal 22 Januari 1960. Presiden Sukarno berkunjung ke Kuba pada tanggal 9-14 Mei 1960 guna memenuhi undangan Presiden Kuba Osvaldo Dorticos dan Perdana Menteri Kuba Fidel Castro Ruz. Sebagai salah satu tanda menghargai Republik Indonesia yang telah mengakui Kuba sebagai sahabat pentingnya. Pemerintah Kuba pada tahun 1960 memberikan nama bagi tiga sekolah Dasar di wilayah yang berbeda dengan nama Escuela Primaria Republica de Indonesia, yakni di Guanajay, Municipio Marti dan Municipio Jaguey Grande. Kunjungan Presiden Sukarno di Havana merupakan kunjungan kepala Negara asing pertama setelah Revolusi Kuba tahun 1959 sehingga mengkokohkan secara de facto Revolusi Kuba. Sebelum Presiden Sukarno ke Kuba, Che Guevara lebih dulu berkunjung ke Indonesia tahun 1959. Che sempat berwisata ke Candi Borobudur.dan melakukan hobinya dibidang photografi.

Tidak hanya pihak pemerintah saja yang saling berkunjung dan melakukan pertukaran kegiatan. Beberapa tahun ini semenjak berdirinya Pusat Pemuda FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation, Youth Center) di Bandung aktifitas kedua Negara ini semakin intensif antara lain: pada tanggal 29 Maret 2018. Pemuda Relawan FEALAC Youth Center berkunjung ke Kedutaan Besar Kuba di Jakarta, diterima langsung oleh Duta Besar Republik Kuba H.E Nirsia Castro Guevara dalam jamuan makan siang tersebut membicarakan kolaborasi antar pemuda salah satunya pembelajaran bahasa Spanyol dan Screening film tentang Jose Marti, pemuda Bandung memberikan souvenir angklung dan Ibu Duta Besar memberikan Photo Pemimpin Besar Revolusi, Fidel Castro dan pada tanggal 19 Mei 2018 Duta Besar H.E Nirsia Castro Guevara melakukan kunjunganj balasan ke Pusat Pemuda FELAC di Bandung Creative Hub. Selain menonton screening film Jose Marti, Ibu Duta Besar juga meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan pemuda dan mahasiswa Bandung.

Hubungan Bilateral Indonesia dengan Kuba semakin menguat dan menunjukan perkembangan yang positif. Pemerintah Kuba masih berkomitmen untuk mendukung Indonesia terkait keutuhan NKRI dan kemerdekaan Palestina. Demikian pula Indonesia senantiasa mendukung dicabutnya embargo ekonomi AS atas Kuba. Kunjungan Sosial budaya, telah ditanda tangani dua perjanjian kerja sama pada saat Menlu Kuba ke Indonesia pada tanggal 24 Mei 2013, yaitu Persetujuan Kerja sama Kebudayaan RI-Kuba dan Nota Kesepahaman di bidang Olah Raga RI-Kuba.Sementara itu telah terjalin kerja sama antara PB Pertina dan Cubadeportes di cabang olahraga tinju, dimana PB Pertina memanfaatkan jasa pelatih dari Kuba untuk melatih atlet tinju Indonesia yang berlaga di SEA Games 2013 di Myanmar. Kerjasama budaya antar kedua negara juga ditandai dengan diselenggarakannya Malam Budaya Indonesia di Villa Clara dan Havana, pada bulan Mei dan Juni 2013, serta penyerahan angklung sumbangan dari mantan ketua MPR, Alm. Taufiq Kiemas ke Sekolah Republik Indonesia dan beberapa sekolah di Kuba yang diserahkan oleh Sekjen MPR-RI. Jauh sebelum Bung Karno dan Pemuda relawan FEALAC berinteraksi dengan Pemerintah Kuba, Indonesia pernah mengutus beberapa delegasinya pada Konperensi Internasional Havana 1947. Walaupun Republik Indonesia belum mendapat pengakuan secara de jure tetapi sudah mulai banyak negara-negara lain yang ingin mengadakan hubungan dengan kita. Konferensi Internasional mengenai perdagangan dan sosial di Havana Kuba juga telah meminta agar RI mengirimkan wakil-wakilnya kesana. Berangkatlah utusan-utusan kita yang terdiri dari: Dr AK Gani (Ketua). Mr. AA Maramis, Ir.Laoh dan Prof. Sunaryo Kolopaking ke Konferensi Havana yang diadakan pada bulan Nopember 1947 itu. Sebenarnya pihak Belanda merasa tidak senang dengan semakin eratnya Indonesia dengan dunia luar. Sebab kemungkinan itu akan menjelma menjadi hubungan ekonomi tetap dan itu berarti akan memperkuat kedudukan Republik Indonesia di dalam dan di luar negeri. Dalam momentum enam puluh tahun (60) tahun ini semoga kedua pemerintah semakin erat membina hubungan diplomatic ataupun bilateralnya seperti dalam FEALAC dan menjaga perdamaian dunia sesuai semangat Dasa Sila Bandung tahun 55.

"Eman Hermawan, Mahasiswa Pascasarjana Sejarah UIN, FEALAC Warriors

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image