Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Caroline Sugiarti

Privilege: Lotre Kehidupan

Gaya Hidup | Tuesday, 11 May 2021, 13:12 WIB
Illustrasi pengaruh privilege dalam kehidupan (Foto: eBaum's World)

Seluruh dunia ini sangat besar, mengagumkan, mengagumkan, dan sempurna. Aku sudah berusaha habis-habisan agar tidak tertinggal terlalu jauh. Mencari dari segala arah, sekiranya apa sesuatu yang bisa kuberi tidak menjadi terlalu buruk diantara yang rupawan, tidak menjadi sepele yang mengagumkan.

Rasanya selalu ada yang lebih mampu, entah sejak kapan aku direbut, dan terjaga di saat oranglain sedang lelap-lelapnya. Mempertanyakan dan membayangkan berbagai kemungkinan yang tak masuk akal yang muncul di dalam kepala.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Privilege atau yang diserap dalam Bahasa Indonesia 'privilese' yaitu hak istimewa. Keistimewaan keuntungan yang membuat seseorang mempunyai kesempatan lebih dibandingkan dengan oranglain. Keuntungan ini biasanya didapatkan dari status sosial, politik, ekonomi atau lainnya.

Aku tumbuh dewasa dengan melihat orang-orang di sekitarku memiliki hak istimewa yang lebih, melihat mereka hidup dengan lebih mudah. Privilege, sebuah istilah yang selalu menjaga dengan perbedaan nasib, seseorang dan ketidakadilan sosial.

Celetukan yang sering terdengar seperti

Wih udah jadi CEO aja diumur 20, emang privilege jadi anak konglomerat ga main-main ya!

Ya wajarlah dia bertingkah gapernah urusin SIM, pajak, terus kendaran yang dia pake juga bodong. Dia privilege banget tau! Pamannya Dirjen Kapolda.

Hidup itu kejam? Tidak. Seseorang pernah menyatakan bahwa hidup sejatinya acuh tak acuh, kita saja yang sering mempersonifikasi kehidupan, seakan ia memiliki perasaan dan berpihak kepada sekelompok orang atau individu tertentu. Kehidupan ini seperti kuali raksasa dan kita manusia hanya sebagai roda gigi yang kecil dan tak terhingga.

Argumen yang sering terdengar adalah tentang Stave Jobs dan Bill Gates yang berhasil karena hak istimewa, mereka terlahir dari keluarga berada dan tumbuh di lingkungan yang mendukung secara finansial, sosial dan akademis. Argumen-argumen tersebut memang benar dan dunia serta tolak ukur yang realistis. Namun hal ini juga ternyata dapat membuat kita terjebak dalam sebuah sesat pikir.

Mental Pecundang (Loser Mentality)

Ketika kita hanya terpaku pada privilege yang dimiliki orang lain, tanpa sadar kita mendistorsi realitas yang membuat kita tidak melihat pada diri sendiri dan merasa diri lebih rendah serta menghindari faktor-faktor lain yang andil dalam sebuah pencapaian. Hal ini mengantarkan kita pada mentalitas pecundang, pikiran bahwa orang lain menang karena hak istimewa dan kita akan kalah jika tidak mempunyai hak istimewa.

Sehingga pada akhirnya kita jadi menyangkal kerja keras, kegigihan, keuletan dan nilai lain karena terlalu malas atau tidak ingin mengakui bahwa ada orang lain yang lebih baik.

Ketabahan merupakan hal yang baik (Grit is Great)

Kehidupan diibaratkan sebuah video game dengan setting hard, bagi mereka yang tidak memiliki privilege. Sementara bagi yang memiliki keistimewaan kehidupan sebuah video game dengan gameshark. Namun, sebenarnya selalu ada makna dibalik yang kita miliki. Seseorang yang terlahir tidak memiliki privilege biasanya memiliki daya juang yang tinggi, hal ini lebih penting dari sekedar privilege mengingat dalam kehidupan ini sangat abstrak dan tidak dapat ditebak.

Kepalan Hidup (Calluses of Life)

Bagi para praktisi bela diri, pengkondisian fisik dilakukan untuk meningkatkan bagian tubuh. Tangan dan kaki sengaja dihantam hingga memar, lalu sembuh dan semakin tangguh. Sama halnya dengan seseorang yang tidak memiliki hak istimewa, kehidupan sulit yang menempa dipersiapkan agar lebih mampu dalam menghadapi segala masalah yang mendera. Inilah yang sering kita lihat sebagai seseorang yang tidak memiliki hak istimewa, yaitu kesiapan hati dan pikiran untuk mengarungi keganasan hidup.

Melihat Kebelakang (Hindsight)

Ketika sudah mengalami kesulitan hidup, pasti ada titik dimana kita akan mengenang kembali segala hal yang sudah pernah dilewati dan berpikir

Ternyata aku bisa melewatinya, segala kepedihan dan kehidupan sulit yang ku lalui membawa ku pada hariini sebagai sosok yang tangguh.

Setelah itu kita baru menyadari dan bersyukur dengan apa yang telah dilewati, akan ada perasaan bangga dan sedikit terhibur karena terlahir tidak memiliki hak istimewa.

Aku menyadari hal ini, perlahan rasa kesal mengutuk kehidupan yang tak adil, perlahan aku mulai menyadari bahwa yang terpenting bukan perkara bagaimana sesuatu dimulai, tetapi bagaimana sesuatu akan berakhir. Sebagai roda gigi hidup aku hanya perlu bergerak dan berfungsi dengan sebaik-baiknya, seikhlas-ikhlasnya.

Having a privilege is a good startingg point, but it doesn't determine you get good place at the end. (CS)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image