Gosokan Semangat Bertahan Hidup
Info Terkini | 2021-05-10 00:59:44Abu gosok merupakan limbah pembakaran yang berasal dari sekam padi. Umumnya orang zaman dulu memanfaatkan abu gosok untuk membersihkan alat rumah tangga seperti panci atau dijadikan sebagai pupuk tanaman.
Pada zaman yang modern ini, penjual abu gosok pun sudah mulai jarang ditemui. Keberadaannya hanya terlihat sesekali, tak jarang dari mereka yang menjualnya rata-rata orang tua yang sudah lanjut usia (Lansia).
Seperti Kakek Sudirman atau yang biasa dikenal dengan sebutan Kong Diman merupakan salah satu lansia yang masih berjualan abu gosok sampai saat ini. Kini usianya memasuki 84 tahun. Ketekunannya dalam mencari nafkah tak membuatnya lelah untuk terus berjualan. Tak disangka, pria kelahiran Solo, April 1937 ini sudah berjualan abu gosok selama 20 tahun.
"Engkong zaman dulu nyari beling, nyari kerjaan susah, jadi jualan abu gosok sampai sekarang", ucapnya Jumat 7/5/21.
Dengan tangan rentannya, Kong Diman membuat abu dengan cara membakar sekumpulan sekam padi selama dua malam. Nantinya, sekam yang berwarna abu-abu dikumpulkan untuk kemudian dijual.
"Pesaknya (sekam padi) dikasih gratis sama orang, awalnya bayar tapi sekarang gratis, yang ngasih cuma minta dibayar dengan doa", ucapnya sambil memandang tumpukan pesak.
Banyak Manfaatnya
Selain digunakan untuk membersihkan alat rumah tangga, abu gosok masih menyimpan banyak kegunaan lainnya. Biasanya abu sangat dibutuhkan para penjual telur asin, caranya cukup melumuri telur dengan abu yang sudah dicampur dengan air dan garam.
Abu gosok juga bisa dijadikan pupuk berbagai tanaman, mulai dari bunga ataupun sayuran. Sekam yang berwarna hitam umumnya orang dipakai untuk pupuk bunga anggrek, kangkung, bahkan bayam.
"Ada juga orang beli buat kotoran kucing, taburin abunya di koran nanti kalo pagi tinggal dibuang", ucapnya.
Tak Lagi Banyak Diminati
Seiring dengan berjalannya waktu, abu gosok tidak lagi menjadi favorit bagi sebagian orang. Banyak dari mereka yang saat ini lebih memilih menggunakan sabun untuk keperluan sehari-hari.
Tak seberapa memang penghasilan yang didapatkan per harinya. Biasanya ia jual sekantong abu gosok dengan harga dua ribu rupiah, apabila yang membeli tetangganya. Namun umumnya ia menjual seharga lima ribu rupiah.
"Ga tentu, kadang dapet dua puluh ribu per hari, kadang lima puluh ribu, itu paling gede. Rezeki mah ada aja entah lima ribu atau tiga ribu perak", ucapnya.
Bukan Soal Untung Rugi
Semangat untuk memperoleh penghidupan tidak dibatasi oleh usia, hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain merupakan prinsip yang utama. Patut dicontoh bagi kalangan muda apapun jenis usaha atau jasa, yang penting bisa menghasilkan uang untuk biaya hidup.
"Alhamdulilah yang namanya abu gosok itu milik Allah, jadi, saya sebagai yang bawa, tidak boleh mengatur rugi, kaga boleh kita cuma dapet segini ke, cuma seribu kek, lima ribu kek, alhamdulillah, wa syukurillah, nerima apa adanya", tuturnya.
Berjualan dengan cara keliling setiap hari baginya tak menjadi masalah. Fajar sudah menjadi sahabat baginya begitupun dengan petang. Sekeras apapun dunia tak membuatnya lantas menjadi orang yang patah semangat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.