Generasi Milenial (Tidak) Tanggap Covid-19
Gaya Hidup | 2021-05-08 19:54:00Biro Pusat Statitik (BPS) telah merilis data hasil Sensus Penduduk Indonesia (SPI) 2020 pada tanggal 21 Januari 2021, tepat sekitar tiga bulan lalu di Jakarta. BPS dalam penyampaiannya menyebutkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270,2 juta jiwa, terjadi penambahan 32,56 juta jiwa dibandingkan 10 tahun lalu.
Menurut William H. Frey tentang kategori generasi, BPS menempatkan generasi Y atau generasi milenial (lahir 1981-1996) dan generasi Z atau pasca milenial (lahir 1997-2012) mendominasi populasi penduduk Indonesia. Tidak main-main, jumlahnya mencapai angka masing-masing 69,90 juta (25,87 persen) dan 75,49 juta (27,94 persen).
Lebih dari separuh atau 53,81 persen populasi penduduk Indonesia merupakan generasi muda usia produktif. Jumlah yang sangat fantastis dibandingkan kelompok generasi lainnya. Kita dapat membayangkan Indonesia akan lebih maju pada masa yang akan datang. Generasi muda merupakan pengendali estafet keberlangsungan pembangunan bangsa.
Para pakar dan ilmuan memberikan tanggapan positif mengenai generasi milenial. Menurutnya, generasi milenial dan generasi Z akan mendorong laju percepatan pembangunan Indonesia karena mereka sangat mudah beradaptasi dengan teknologi informasi. Terbukti, generasi milenial yang melek teknologi, banyak yang sukses menjadi selebgram, youtuber, penulis hebat, graphic designer, analis data, dan profesi berbasis teknologi lainnya.
Wajar. Sebagai raja pengguna teknologi informasi saat ini, peluang generasi milenial menjadi pengusaha sukses sangat rasional. Akan tetapi, kenyatannya hingga pengujung tahun 2020, jumlah pengusaha Indonesia masih berkisar 3,5 persen dari total populasi penduduk. Pencapaiannya lebih rendah dibandingkan negara lainnya seperti China 10 persen dan Jepang 11 persen.
Rupanya, masih dibutuhkan kerja keras dan cerdas untuk mencapai target 10 persen pengusaha dari jumlah angkatan kerja pada tahun 2045. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan sejumlah program strategis melalui Kementerian Koperasi dan UKM. Jadi, kita tidak perlu merasa khawatir mengenai hal itu.
Suksesnya generasi milenial di berbagai profesi berbasis teknologi, tentunya menjadi harapan besar dalam membantu pemerintah menangani persoalan serius yang sedang dihadapi Indonesia sejak setahun lalu. Pandemi Covid-19 masih berlangsung dan tidak sedikit sumber daya yang telah dikerahkan untuk mengatasinya. Bukan hanya karena porak-porandanya kondisi ekonomi akibat pandemi sehingga pemerintah serius menangani Covid-19, melainkan telah menelan banyak korban meninggal dunia.
Tidak sedikit keluarga yang sedih karena kehilangan anggota keluarga akibat ganasnya Covid-19. Pertanyaannya, apakah generasi milenial yang cakap teknologi akan peduli di masa peperangan melawan Covid-19 atau justru sebaliknya? Jumlahnya yang fantastis itu, apakah menjadi tambahan kekuatan atau justru sebaliknya?
Generasi milenial identik dengan teknologi. Tiada hari tanpa perangkat teknologi di genggamannya seperti gadget. Tidak jarang mereka saling berkomunikasi dan bahkan bertemu di suatu tempat karena bantuan gadget.
Mereka lalu berkumpul, bercengkerama bersama, tertawa lepas dan sesekali saling menyindir bahkan mengumpat. Seolah tanpa beban dan tidak ada rasa kecemasan di tengah pandemi Covid-19. Saat pemerintah dan banyak pihak yang peduli berpacu dengan waktu mengusir Covid-19 dari tanah air, generasi milenial justru mempertontonkan praktik ketidakpatuhan protokol kesehatan.
Ketidakpatuhan protokol kesehatan yang dipraktikkan generasi milenial di masa pandemi didukung dengan hasil survei yang telah dilaksanakan BPS tanggal 7-14 September 2020. Sebanyak 70,59 persen dari 100 persen responden yang dipilih berusia 17-45 tahun dalam survei tersebut.
Hasilnya 18,1 persen yang jarang dan bahkan tidak memakai masker saat berada di luar rumah. Selain itu, ditemukan 58,7 persen tidak mencuci tangan, 42,4 persen yang masih berjabat tangan saat berjumpa orang lain, sebanyak 55,7 persen yang belum mampu menghindari kerumunan, dan 62,8 persen generasi milenial yang masih sulit dan tidak menjaga jarak aman saat berkumpul. Tidak mengherankan jika hingga hari ini masih sering kita temukan generasi milenial yang berkumpul dan mereka tidak mengindahkan protokol kesehatan Covid-19 sesuai himbauan dan kebijakan pemerintah.
Sedih dan kecewa. Itulah kalimat yang tepat bagi generasi milenial yang tidak peduli Covid-19. Lalu, apa yang dapat diharapkan dari generasi milenial yang masih tidak peduli Covid-19? Perilaku generasi milenial yang tidak patuh protokol kesehatan justru dapat menjadi sumber penularan baru Covid-19 di antara mereka dan bahkan keluarganya di rumah. Selain itu, perilaku tersebut akan mempengaruhi lambatnya waktu pencapaian kekebalan komunitas (herd immunity) melalui vaksinasi.
Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah berlangsung sejak 13 Januari 2021 hingga sekarang. Pemberian vaksinasi pertama kepada Presiden Joko Widodo diikuti sejumlah pejabat negara. Saat itu juga tidak ketinggalan presenter dan aktor hebat Raffi Ahmad ikut divaksinasi mewakili generasi milenial. Hal ini merupakan wujud kepedulian bersama memerangi Covid-19 di tanah air.
Generasi milenial yang masih tidak peduli Covid-19 dapat menjadi penghambat suksesnya vaksinasi. Dapat dibayangkan jika generasi milenial yang jumlahnya melebihi separuh populasi penduduk Indonesia, maka target 70 persen populasi yang divaksinasi untuk mencapai herd immunity mustahil dicapai. Generasi milenial diharapkan bukan hanya sukses dalam profesinya yang didukung teknologi informasi, melainkan juga sukses dan terdepan dalam menyampaikan informasi Covid-19 dan bahkan menjadi relawan vaksinasi di lingkungannya.
Gadget yang setiap saat di genggamannya, kini selain berfungsi media komunikasi dan pendukung kegiatan usahanya juga dapat dimanfaatkan sebagai media edukasi yang dinilai efektif dan efisien di tengah pandemi Covid-19. Jumlah generasi milenial yang mencapai lebih separuh populasi Indonesia, jika diberdayakan dan dikelola secara tepat, maka tentu mampu menjangkau dan mendampingi secara one by one generasi lainnya.
Pemberdayaan generasi milenial dengan membekali ilmu pengetahuan cukup tentang Covid-19 perlu digalakkan agar mampu mencetak relawan edukator dan vaksinasi Covid-19 di lingkungannya melalui teknologi informasi. Tidak butuh waktu lama, peperangan melawan Covid-19 pasti berakhir dan kemenangan akan dicapai berkat peran generasi milenial.
Selain memberdayakan generasi milenial yang belum peduli Covid-19, masih terdapat harapan besar pada generasi milenial yang peduli Covid-19. Mereka menyumbangkan pikiran, waktu, dan tenaganya untuk melancarkan sejumlah aksi positif dalam mendukung pemerintah menangani Covid-19.
Terbukti, tidak sedikit selebgram, youtuber, dan penggiat sosial media lainnya berlomba-lomba memberikan pendidikan Covid-19 dan vaksinasi kepada masyarakat melalui teknologi informasi. Tidak jarang dari mereka bersedia menjadi orang pertama menerima vaksinasi di lingkungannya. Mereka melakukan aksi tanpa mengharapkan sensasi dan popularitas. Generasi milenial peduli Covid-19 hadir dan proaktif karena komitmen dan kepeduliannya serta cintanya yang amat besar bagi bangsa Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.