Ternyata, Usaha Ini Mampu Bertahan di Masa Pandemi
Bisnis | 2021-05-07 04:41:13Pandemi Covid-19 telah berlangsung lebih dari setahun di Indonesia. Sepertinya pandemi masih akan tetap bertahan, entah sampai kapan. Belum ada seorang pun yang mampu memastikan kapan pandemi ini akan berakhir. Akibatnya, banyak pelaku usaha yang sulit mempertahankan usahanya, sehingga berakhir pada penutupan usaha karena mengalami kebangkrutan.
Lebih menyedihkan lagi, banyak karyawan yang kehilangan penghasilan karena diberhentikan dari tempat kerjanya. Pelaku usaha tidak mampu lagi mempertahankan karyawannya karena ketidakpastian penghasilan yang diperoleh dari kegiatan usahanya.
Jika Covid-19 masih tetap bertahan hingga beberapa bulan lagi, apalagi sampai hitungan tahun, maka dapat dipastikan bahwa makin bertambah banyak pelaku usaha yang terpaksa gulung tikar, dan tentu makin banyak pula jumlah pengangguran karena kehilangan pekerjaan.
Pandemi Covid-19 menjadi bencana besar khususnya bagi pelaku usaha, akan tetapi meski demikian tetap ada hikmah di balik kejadiannya. Pandemi ini hadir sebagai sebuah tantangan tersendiri bagi pelaku usaha agar lebih kreatif dan inovatif dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya di tengah pandemi.
Sejumlah pelaku usaha memilih memaksimalkan pemanfaatan teknologi informasi di masa pandemi. Pilihan ini sebagai sebuah strategi dalam membantu pelaku usaha untuk memasarkan produk usahanya. Sebagian masih mampu bertahan, namun sebagian lainnya tetap tidak berhasil menyelamatkan usahanya.
Pertanyaannya, apakah masih ada jenis usaha yang mampu bertahan di masa pandemi? Apakah dengan bantuan teknologi informasi yang membuat usahanya mampu diselamatkan? Penulis lalu mencoba mendatangi salah satu outlet usaha minuman jamu dan herbal di Kota Samarinda, kota tempat tinggal penulis.
Penulis memilih outlet ini untuk dilakukan wawancara kepada pemilik dan juga pembelinya. Penulis menyaksikan bahwa pemilik usaha yang satu ini, masih tetap sibuk melayani sejumlah pembeli khususnya pada malam hari. Tidak seperti pada usaha lain di sekitarnya yang tampak sepi pengunjung sejak adanya pandemi.
Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan pemilik outlet jamu dan herbal tersebut, diperoleh informasi yang membuat penulis kaget dan seolah tidak percaya. Pertama, di awal pandemi, outlet ini justru mampu meraup keuntungan yang lebih banyak dibandingkan hari-hari biasanya, sebelum adanya Covid-19. Kedua, pemilik outlet belum memanfaatkan teknologi informasi sebagai salah satu cara dalam meningkatkan penjualan produk.
Pemilik outlet menyadari bahwa pemanfaatan teknologi informasi merupakan salah satu media untuk membantu meningkatkan penjualan produk saat ini, akan tetapi sejak outlet ini beroperasi sekitar 10 tahun lalu hingga sekarang, pemilik belum memanfaatkan teknologi informasi. Alasannya karena pelanggan di outletnya lebih banyak yang memilih datang berbelanja secara langsung.
Informasi yang dikumpulkan penulis tidak hanya pada pemilik outlet saja, akan tetapi penulis juga mencoba mewawancarai beberapa pembeli untuk mengetahui alasan mereka tetap meminum jamu dan herbal, serta alasan memilih outlet ini dibandingkan outlet lainnya yang menjual produk serupa.
Berbagai alasan pembeli antara lain untuk menjaga daya tahan tubuh tetap sehat agar terhindar dari penularan Covid-19. Alasan lainnya adalah pemilik outlet memberikan pelayanan yang memuaskan, harga produknya tetap sama sebelum pandemi, tempatnya bersih, aksesnya mudah dijangkau, dan selalu mempraktikkan protokol kesehatan.
Kini, penulis sudah menemukan jawaban dari pertanyaan sebelumnya, bahwa pemilik mampu mempertahankan usahanya dan bahkan tetap meraup keuntungan di tengah pandemi karena menerapkan berbagai strategi yang mumpuni. Oleh karena itu, strategi yang dilakukan pemilik outlet tersebut dapat dijadikan contoh bagi pelaku usaha lainnya agar mereka juga mampu mempertahankan usahanya dan berhasil melewati masa sulit ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.