I M Scudetto, Inter Milan
Olahraga | 2021-05-04 23:24:00Lautan manusia dominan beratribut biru hitam membanjiri Piazza del Duomo siang kemarin. Puluhan bendera berayun-ayun berkibar. Kabut asap suar sesekali mewarnai kerumunan ribuan orang di pusat kota Milan, Italia tersebut. Seakan lupa ada pandemi, mereka tampak hanyut tenggelam dalam euforia. Sebagian besar bersuka ria, bersenandung, dan menari-nari bersama.
Keramaian, yang menuai beberapa kritik ini, memang muncul karena sebab. Mereka sedang merayakan. Inter Milan, salah satu klub kebanggaan warga setempat, baru saja dipastikan juara Serie A. Penantian sebelas tahun tanpa gelar itu akhirnya usai. Telurnya pecah juga. Scudetto akhirnya kembali ke pangkuan mereka.
Inter Milan resmi meraih gelar ke-19 liga secara matematika pada Ahad (3/5). Itu setelah Atalanta, pesaing terdekatnya, hanya mampu imbang melawan Sasuolo 1-1.
Atalanta satu-satunya ganjalan Inter meraih gelar. Klub Kota Bergamo ini masih berpeluang juara. Meski syaratnya berat. Atalanta harus menang empat pertandingan sisa dan La Beneamata selalu kalah. Namun usai imbang lawan Sassuolo, peluang itu pupus sudah. Sisa pertandingan sudah tidak lagi mempengaruhi poin Inter Milan.
Inter Milan juara setelah bercokol di puncak klasemen Liga Italia selama 101 hari dengan catatan 25 kemenangan, 7 kali imbang, dan dua kekalahan. Mereka sebenarnya sempat tertinggal dari AC Milan pada awal musim. Tim rival sekota itu sempat sangat dominan. Namun, pasukan manajer Antonio Conte perlahan mengejar. Puncak klasemen Liga Italia akhirnya dikudeta, dan bertahan sampai sekarang.
Kemenangan Inter Milan memiliki sejumlah catatan menarik. Gelar yang mereka rebut sekaligus meruntuhkan dominasi Juventus selama ini. Inter terakhir juara liga pada 2010, di era Manajer Jose Mourinho saat mereka meraih treble (gelar Serie A, Liga Champions, Coppa Italia). Namun, musim berikutnya gelar liga Italia direbut AC Milan sebelum jatuh ke tangan Juve selama sembilan musim berturut-turut. Bertahun-tahun melihat rival abadinya naik podium, Inter kini bisa kembali berbangga. Mereka sekali lagi mampu berdiri di atasnya.
Sebenarnya awal tahun ini Inter pun tengah didera kabar krisis finansial. Pandemi disebut-sebut membuat Nerrazuri mengalami kerugian besar. Sudah begitu, Suning, perusahaan Cina pemilik mayoritas saham juga sedang mendapatkan tekanan politik dari negara asalnya untuk menangguhkan investasi ke luar negeri.
Salah satu yang sempat membuat fan ketar ketir, adalah Februari tahun ini Inter disebut meminta penundaan ongkos transfer pemain gelandang Achraf Hakimi pada Real Madrid. Pembayaran konon sepakat ditempo tiga bulan karena keuangan mereka sedang tidak stabil. Presiden Inter Milan Steven Zhang kemudian juga disebut membuka kemungkinan menjual kepemilikan klub sebagian ataupun keseluruhan. Namun, hal tersebut tidak terealisasi sejauh ini.
Catatan-catatan menarik ini mungkin menjadi salah satu alasan kenapa kemenangan Inter, yang ditandai slogan "I M Scudetto", terasa makin spesial bagi fan. Di bawah tangan dingin Conte, Lukaku dan kawan-kawan membuktikan bahwa mereka mampu tampil baik di bawah tekanan internal maupun luar demi menjaga ambisi meraih gelar. Ambisi yang kini bukan lagi sekadar mimpi. Sudah terwujud menjadi kenyataan. Inter menunjukkan semangat dan kekompakan tim menjadi salah satu modal penting dibanding mengandalkan materi pemain wah semata. Akankah mereka bisa kembali mempertahankan gelar ini. Patut kita simak kiprahnya musim depan. Forza Inter Milan!
*Diolah dari berbagai sumber
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.