Kacamata Hitam Prasangka
Curhat | 2022-04-16 15:00:25Kehidupan ini laksana sebuah jalan, kadang kita melewati jalan yang mulus dan lurus. Terkadang kita harus melalui jalan yang terjal dan mendaki. Kita juga harus melalui jalan yang menurun, berkelok-kelok, terantuk batu, atau bahkan terjerembab. Ini hal yang wajar dalam kehidupan manusia.
Masalahnya adalah, ketika kita diberikan jalan yang mulus dan lurus, kita terkadang lupa atau bahkan memacu sekencang mungkin meninggalkan orang-orang dibelakang kita, dan tidak peduli pada orang-orang yang berada di kiri - kanan kita.
Sebaliknya, ketika kita menemui jalan yang terjal, mendaki, atau terjerambab. Kita tidak pernah mau melihat diri kita sendiri, kita tidak mau introspeksi diri. Tidak mau menerima kritik. Bahkan kita berprasangka, menyalahkan orang lain atas apa yang kita alami, sekalipun itu jelas-jelas bukan salah mereka.
Prasangka itu seperti kacamata hitam yang kita pakai berkendara di malam hari. Nyaman dipakai tapi tidak bisa untuk jalan.
Nyaman, karena kita akan terhindar dari binatang-binatang kecil yang beterbangan di malam hari masuk ke mata kita, yang menyebabkan mata kita sakit dan perih. Tapi tidak bisa untuk jalan, karena kita tidak dapat melihat jalan dengan jelas.
Ketika kita mengalami kegagalan, apakah itu gagal dalam studi, gagal dalam karir, gagal dalam membina rumah tangga, dan/atau kegagalan-kegagalan lainnya, kita biasanya lebih senang menyalahkan orang lain, atau menimpakan kesalahan pada orang lain atas sebuah kegagalan yang kita alami.
Memang, tindakan ini akan membuat kita merasa nyaman, akan tetapi, tindakan ini akan selalu membawa kita berada dalam gelap. Kita tidak akan pernah tahu jalan keluar untuk kembali bangkit. Semakin terperosok.
Sebaliknya, ketika kita melihat kegagalan itu dengan jernih, introspeksi diri, dan mengakui bahwa kegagalan itu akibat dari perilaku atau kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan. Tidak berprasangka. Kita akan berada di jalan yang terang. Meskipun ini akan terasa menyakitkan bagi kita.
Tapi, tindakan ini akan menuntun kita tetap berada pada jalur yang benar. Jalan untuk bangkit kembali. Yang akan menghindarkan kita terjerumus pada lubang yang sama untuk kedua kali.
Kegagalan memang selalu menyakitkan. Kegagalan bisa jadi merupakan teguran Tuhan atas kesombongan-kesombongan kita. Atas kemalasan kita. Atau merupakan ujian bagi kita.
Ketika kita mampu melewatinya, kita akan naik kelas. Kegagalan akan menempa kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Pribadi yang sangat dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan. [Guru BK]
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.