TOKO KUE PAI SOPHIA
Sastra | 2022-04-16 13:33:39Di sebuah kota kecil, tinggallah Sophia. Ia gadis yatim piatu karena kedua orangtuanya sudah meninggal. Sehari-hari, Sophia menjual kue pai buatannya sendiri di toko kecilnya. Dulu, Sophia belajar membuat kue dari ibunya.
Kue pai buatan Sophia sebenarnya sangat enak dan terkenal di kota itu. Tapi entah mengapa, sudah sebulan ini, toko kue pai Sophia sepi dari pengunjung. Padahal, Sophia berusaha memvariasi menu di tokonya. Tadinya kue pai di toko itu hanya ada satu rasa, yaitu rasa susu saja, sekarang sudah ada kue pai rasa bluberi, stroberi, dan keju. Pengunjung sempat bertambah. Namun,lama-lama pengunjung kembali sedikit. Sophia jadi sedih.
Pada suatu hari, datanglah seorang kakek ke toko kue Pai Sophia
“Selamat datang, Kek. Kakek hendak memesan apa?” tanya Sophia ramah.
“Terima kasih! Nama saya Pipo!” ujar kakek itu memperkenalkan diri kepada Sophia.
Sebelum duduk, Kakek Pipo berkeliling toko. Sophia melihat Kakek Pipo tiba-tiba mengelap etalase kue. Jari kakek terlihat kotor. Sophia juga bingung ketika Kakek Pipo bertanya tentang tumpukan piring di sudut toko. Sophia akhirnya juga menyadari ada sarang laba-laba dekat pintu masuk. Akhirnya Kakek Pipo pun duduk di meja dekat jendela .
“Aku mau pesan sepotong pai labu dan secangkir cokelat panas!” pinta Kakek Pipo sambil duduk menghadap jendela. Barang bawaannya ditaruh dekat kakinya. Sophia sempat melirik. Kakek Pipo membawa sebuah ketel perak.
Sophia bergegas menyiapkan pesanan kakek tersebut. Tak lama kemudian, pesanan Kakek Pipo sudah terhidang di meja. Sophia pun menyilahkan Kakek Pipo menikmatinya.
“Mmmm, enak sekali kuenya,” ujar Kakek Pipo sambil terus menikmati kue pai tersebut.
“Aku yang membuatnya sendiri, Kek!” ujar Sophia. “Tetapi akhir-akhir ini, kue pai buatanku kurang laku. Padahal aku sudah menambah beberapa variasi kue pai.”
Kakek Pipo mengangguk mendengar cerita Sophia. Tak lama Kakek Pipo pun menyelesaikan makannya. Ia berdiri sambil mengangkat ketelnya. Tiba-tiba, diserahkan ketel perak itu kepada Sophia.
“Nah, ketel ini bisa membantumu supaya kue pai buatanmu laris kembali,” kata Kakek Pipo sambil menyerahkan ketel itu.
Sophia terdiam mendengar perkataan Kakek Pipo. Ia bingung. Benarkah ketel ini bisa membantunya?
“Tapi ada syaratnya, ya! Ketel ini hanya suka di tempat yang bersih. Sebulan lagi aku akan datang. Oh ya, berapa semua,” tanya Kakek Pipo hendak membayar.
“Tidak usah Kek. Ketel ini saja cukup,” jawab Sophia seraya menerima ketel itu dengan senang.
Sepeninggal Kakek Pipo, Sophia bingung. Apa benar, ketel ini ajaib dan bisa membuat toko pai milikku menjadi ramai? Tapi tidak ada salahnya kan mencoba, gumam Sophia dalam hati.
Akhirnya, hari itu Sophia menutup toko kue pai miliknya lebih awal. Kue yang belum habis, Sophia bagikan kepada para tetangganya.
Esok harinya, Sophia sengaja tidak membuka toko kuenya. Ia segera membersihkan ruangan toko. Piring-piring yang tadi dilihat di sudut oleh Kakek dicuci dan ditaruh dalam lemari. Piring-piring untuk memajang kue disusun dalam etalase dengan cantik. Langit-langit toko dibersihkan dari sarang laba-laba. Lantai disapu dan dipel dengan bersih. Bagian dapur tempat memasak pun tak luput dibersihkan.
Setelah itu, Sophia mengelap etalase hingga kacanya bening. Begitu pun dengan kaca jendela. Semua perabot seperti kursi, meja dilap hingga bersih. Ia pun bergegas membeli beberapa pot bunga lily lalu disusunnya di depan toko kecil mereka. Ketel sang kakek ditaruhnya di sudut etalase. Setelah selesai, Sophia tampak puas melihat toko kecilnya yang sudah berubah menjadi lebih menarik.
Keesokan harinya, Sophia membuka toko seperti biasa. Ia membuat beberapa pai rasa baru yang lezat. Pelanggan akhirnya datang. Mereka terpukau melihat perubahan toko Sophia
Hari itu, toko kue pai Sophia sangat laris. Pembeli tidak berhenti datang untuk membeli. Sophia sangat senang. Berkali-kali ia melihat ketel pemberian sang kakek. Sejak hari itu, toko kue Sophia semakin ramai dan terkenal. Banyak pengunjung dari kota lain mampir membeli kue pai.
Sebulan kemudian, Kakek Pipo datang lagi ke toko Sophia. Sophia segera menyambut nya dan bercerita panjang lebar.
“Kek, terima kasih ketelnya. Sejak Kakek memberi ketel itu, tokoku langsung ramai. Sampai hari ini, pengunjung selalu membeli kue buatanku,” kata Sophia dengan mata berbinar-binar dan menyerahkan ketel itu ke kakek Pipo.
Kakek Pipo hanya tersenyum mendengar cerita Sophia. Diambilnya ketel itu dari tangan Sophia
“Tidak ada yang ajaib dengan ketel ini. Ketel perak ini biasa saja. Semua orang pernah memakainya. Semua berubah karena dirimu sendiri. Apa yang kau lakukan ketika menerima ketel ini?”
“Aku langsung membersihkan toko dan membuatnya lebih rapi. Sejak saat itu, pembeli pun berdatangan.”
“Bukan karena ketel. Mereka datang karena tokomu rapi, bersih, dan kau sangat ramah,” jelas Kakek Pipo sambil tersenyum.
Sophia paham dengan penjelasan Kakek Pipo. Dulu memang tokonya kurang rapi walaupun kue pai buatannya sangat enak. Sekarang, Sophia tahu betapa pentingnya toko yang bersih untuk menarik pengunjung. Sejak saat itu, Sophia tidak pernah lalai membersihkan toko kue Pai Sophia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.