Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indah Kartika Sari

Ramadhan, Raih Sukses Taqwa

Agama | 2022-04-15 14:50:57
Oleh Indah Kartika Sari

Sahabat, kita sudah mulai memasuki 10 hari yang kedua. Puasa 10 hari yang kedua merupakan hari-hari yang diliputi oleh maghfirah (pengampunan) Allah. Tetap semangat dan kencengkan ibadahnya ya..In syaaLlah panen pahala dan ridhaNya. Dan yang lebih penting, tujuan dari puasa dapat kita raih yaitu sukses taqwa. Oleh karena itu jangan sia-siakan Ramadhanmu ini dengan hal-hal yang tak berguna apalagi perbuatan yang membuat Allah murka.

Berbicara tentang Ramadhan, berarti berbicara tentang salah satu aspek ajaran Islam yaitu puasa. Ketika Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk berpuasa maka bukan berarti hanya puasa secara fisik saja. Sebab puasa secara fisik yaitu sekedar menahan lapar dan dahaga bisa dilakukan oleh semua orang. Jangankan orang dewasa, anak kecil pun mampu melakukan. Rasul SAW telah mewanti wanti kita dengan perkataan Beliau yang mulia,” Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabrani). Peringatan Rasul ini setidaknya mengingatkan kita akan dua hal. Pertama, apa tujuan kita berpuasa dan kedua, apa yang akan kita lakukan pasca Ramadhan.

Untuk pertanyaan pertama, al Quran secara tegas menjawab bahwa tujuan berpuasa adalah agar orang-orang yang berpuasa menjadi orang-orang yang bertaqwa. Jadi amat disayangkan jika pasca Ramadhan kita menjadi orang yang gagal taqwa. Seperti tahun-tahun sebelumnya, fenomena mencengangkan kembali kita temukan pada Ramadhan tahun ini. Masjid-masjid ramai tatkala hari-hari pertama Ramadhan dan kembali sepi saat menjelang akhir Ramadhan. Tontonan televisi marak dengan tayangan berbau Islami dan kembali berbau hedonis tatkala Ramadhan pergi. Tadarus al Qur’an tiap hari dilakukan dengan target khatam 30 juz, namun al Qur’an kembali tersimpan rapi di lemari-lemari buku tanpa tersentuh sampai Ramadhan datang lagi.

Dan yang lebih memprihatinkan Ramadhan tahun ini kemaksiyatan malah tambah menjadi-jadi. Tindak kriminalitas semakin parah. Harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Kisruh antara para pejabat dan para politisi mengusik kedamaian Ramadhan. Konsumtifisme dan konsumerisme masih menjadi pola hidup sebagian besar umat Islam walau masih banyak saudaranya yang hidup dalam keadaan serba kekurangan. Tidakkah ini kita melihatnya sebagai indikator gagal taqwa ? Wal ‘iyaadzu biLlaah.. Pantas saja, pasca Ramadhan tidak ada yang banyak berubah dari umat Islam. Umat Islam masih saja menjadi umat kelas tiga. Jauh dari predikat umat terbaik. Itu semua karena umat Islam masih berpuasa karena rutinitas saja juga sebatas puasa fisik semata.

Padahal sejatinya puasa ibarat junnah (perisai) yang mampu mencegah manusia dari perbuatan-perbuatan dosa dan maksiyat. Oleh karena itu Ramadhan merupakan madrasah menuju ketaatan. Tempat menggembleng manusia menuju ketaqwaan sejati. Ketaqwaan sejati tercermin dari kesadaran dirinya untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah secara keseluruhannya (kaafah). Ketaatannya tidak hanya tercermin pada aspek ibadah ritual semata. Tapi juga ketaatan pada saat berpakaian, makan-minum, bergaul, bermu’malah dan aspek-aspek sosial kemasyarakatan lainnya.

Bercermin dari tradisi Ramadhan di masa Rasulullah, para shahabat dan para tabi’in, yang menghidupkan siang dan malam Ramadhan dengan aktivitas fully ibadah. Siang hari mereka berpuasa di tengah cuaca yang begitu terik dan di tengah padang pasir yang membakar. Tidak lantas membuat mereka berhenti dari berdakwah, berjihad dan menuntut ilmu. Betapa banyak penaklukan di berbagai wilayah yang terjadi pada bulan Ramadhan. Pertolongan Allah justru mereka dapatkan tatkala mereka berada dalam ketundukan yang sempurna. Ramadhan adalah tonggak peradaban pencetak umat terbaik pada masa generasi-generasi awal umat Islam.

Lantas bagaimana dengan kita ? akankah kita masih hidup dengan pola lama ? Ramadhan terkadang berlangsung rutinitas yang “kering” tanpa makna. Aktivitas Ramadhan masih seputar berleha-leha sambil menunggu waktu berbuka tiba, meninggalkan aktivitas dakwah dan menuntut ilmu dengan alasan capek, berburu makanan berbuka puasa hingga perilaku tabdzir, jalan-jalan habis subuhan yang bercampur baur laki-laki dan perempuan, cuci mata di mall-mall hingga permainan (games) yang melalaikan dengan alasan mengurangi suntuk.

Sungguh sayang sekali kalau tradisi lama masih kita pertahankan. Jangan sampai kita dicap oleh Rasulullah sebagai orang yang rugi puasa dan rugi tarawih karena dapat lapar dan haus saja juga cuma dapat capeknya saja. Kita ingin menjadi orang yang beruntung mendapatkan gelar taqwa. Sebab tidak ada lagi gelar tertinggi bagi seorang muslim selain gelar taqwa. Taqwa merupakan modal besar untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Kamu belum terlambat. Isi sisa-sisa hari Ramadhan ini dengan aktivitas yang mendatangkan pahala dan ridha Allah. Terlebih aktivitas yang berusaha mengembalikan umat ini pada kemuliaan dan kejayaannya. Agar kamu mengakhiri Ramadhan dengan senyum kemenangan sebagaimana Ramadhan meninggalkanmu dengan senyuman kerinduan bertemu kembali tahun depan. In sya-a Allah

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image