Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kunci Sukses

Muhasabah Dengan Dua Junnah

Agama | Friday, 15 Apr 2022, 14:13 WIB
Oleh Indah Kartika Sari

Ramadhan demi Ramadhan berlalu, namun kehidupan kita justru semakin jauh dari keberkahan . Apalagi setelah wabah covid 19 melanda negeri ini. Kita bisa melihat dengan kasat mata betapa lemahnya aturan yang diberlakukan di negeri ini. Aturan yang bersumber dari manusia ini ternyata tak mampu menghentikan wabah apatah lagi menyelesaikan problem bangsa yang kian melilit.

Sempitnya kehidupan hakikatnya akibat ulah tangan manusia sendiri. Berbagai musibah yang menimpa manusia berupa kekurangan harta, kehilangan jiwa dan kelaparan ditimpakan Allah sebagai balasan atas perbuatan manusia agar kembali muhasabah dan bertaubat.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS Thoha 124)

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS ar Rum 41) Hadirnya Ramadhan tahun ini merupakan anugerah dari Allah Yang Maha Penyayang. Artinya Allah masih memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk merasakan keberkahan Ramadhan. Semestinya umat Islam tidak melewatkan kesempatan berharga ini untuk melakukan muhasabah pada semua lini kehidupan baik dari level individu hingga level negara.

Betapa banyak dosa-dosa dan kemaksiatan selama 11 bulan sebelumnya baik dosa individu apalagi dosa kolektif . Secara individu, ada hak-hak Allah yang kadang kita lalaikan. Sebagai anggota keluarga, ada hak-hak anak, istri, suami dan orang tua yang masih belum kita tunaikan. Sementara dalam tataran masyarakat dan negara, betapa banyak relasi rakyat dan penguasa yang tidak diatur oleh hukum Allah.sehingga menyebabkan kerusakan dalam berbagai aspek kehidupan. Semua ini menjadi pokok pangkal kesengsaraaan dan kezhaliman yang sudah terjadi sebelum wabah ini berlangsung dan semakin parah pada saat terjadi wabah. Maka sudah sepantasnya bulan ini umat Islam melakukan pertobatan secara totalitas.

Jika berkaitan dengan dosa individu, puasa bisa menjadi obat ampuh untuk menghapus dosa-dosa. Sebab puasa tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja, tapi puasa juga menahan diri dari larangan Allah yang menyebabkan hilangnya pahala puasa. Oleh karena itu, puasa merupakan junnah atau perisai bagi seorang muslim.

الصيام جنة. فإذا كان أحدكم صائما، فلا يرفث، ولا يجهل. فإن امرؤ قاتله، أو شاتمه، فليقل: إني صائم، إني صائم

Artinya: “Puasa itu adalah perisai, maka apabila seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, janganlah dia berkata rafats (kotor) dan jangan pula bertingkah laku jahil (sepert mengejek, atau bertengkar sambil berteriak). Jika ada orang lain yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka hendaklah dia mengatakan “Aku orang yang sedang puasa, Aku orang yang sedang puasa”. (HR Imam Malik).

Ibnu al-Atsir rahimahullah dalam Al-Nihayah berkata: makna puasa sebagai Junnah (perisai/tameng) adalah puasa melindungi pelakunya dari syahwat yang akan menyakitinya.

Puasa menjadi hijab (pembatas) di mana orang yang berpuasa berlindung di baliknya sehingga tidak memperturutkan hawa nafsunya. Memperturutkan hawa nafsu menyebabkan dirinya jatuh ke dalam dosa. Dengan dosa ini dia terancam dengan siksa neraka. Dari sini, puasa menjadi hijab dari neraka. Karena puasa melindungi dirinya dari memperturutkan syahwatnya. Namun pertobatan tidak akan sempurna dengan ibadah puasa saja. Sebab tujuan puasa adalah melahirkan insan berpredikat taqwa yang siap tunduk secara totalitas kepada syariatNya. Selama ketaqwaan total ini belum terwujud secara kolektif maka umat Islam masih menanggung dosa kolektif yaitu meninggalkan hukum-hukum Islam dalam urusan-urusan keumatan.

Padahal urusan umat ini akan terpelihara secara sempurna ketika ada seorang pemimpin (Kholifah) yang melaksanakannya. Inilah junnah atau perisai kedua yang wajib menjadi agenda utama muhasabah umat Islam. Dalam sebuah hadis, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad)

Dengan demikian, di samping puasa, ternyata Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga menggunakan istilah perisai (junnah) bagi pemimpin yang bertakwa (Khalifah).

Al-Imam an-Nawawi menjelaskan dalam Syarh Shahih Muslim, “(Imam itu perisai) yakni seperti as-sitr (pelindung), karena imam (Khalifah) menghalangi/mencegah musuh dari mencelakai kaum Muslimin, dan mencegah antar manusia satu dengan yang lain untuk saling mencelakai, memelihara kemurnian ajaran Islam, dan manusia berlindung di belakangnya dan mereka tunduk di bawah kekuasaannya.”

Demikianlah, dua buah perisai tersebut pada hakikatnya saling berkaitan satu dengan lainnya. Puasa dan kepemimpinan Islam (Khilafah) sesungguhnya bermuara pada ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Puasa menjadi perisai dari dosa-dosa agar terbentuk ketakwaan seorang muslim yang kaafah.. Demikian pula Khilafah, merupakan manifestasi ketakwaan secara kolektif untuk memberlakukan hukum-hukum Allah subhanahu wa ta’ala sehingga menyelamatkan umat dari dosa kolektif. Kedua perisai tersebut harus menjadi muhasabah penting dengan tujuan agar segera diwujudkan oleh kaum Muslim.

Benar, bahwa muhasabah umat Islam harus dilakukan sepanjang waktu. Namun muhasabah pada bulan spesial ini terasa lebih besar pengaruhnya. Wabah Covid 19 telah membongkar habis kedurhakaan manusia dan kedurhakaan sistem buatannya. Maka tak layak kita melewatkan bulan spesial ini begitu saja tanpa menjadikannya sebagai moment muhasabah dan pertobatan total juga spirit peneguhan perjuangan menuju detik-detik tegaknya Khilafah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image