Dewa Marduk Shamash, Sang Pengatur Kehidupan
Olahraga | 2021-04-25 12:21:26Benedict R. O’C Anderson dalam bukunya yang berjudul “Religion Social Ethos” mengatakan bahwa kepercayaan atau keyakinan secara khusus mengandung banyak sub-unsur lagi, biasanya para ahli antropologi menaruh perhatian terhadap konsepsi tentang dewa-dewa yang baik maupun yang jahat, konsepsi tentang dewa tertinggi , masalah terciptanya dunia dan alam (kosmologi) dan konsepsi tentang roh ataupun dunia akhirat lainnya. Di masa peradaban kuno tepatnya masa kerajaan babilonia (± 3000 sm), para penduduk di masa tersebut juga menganut sebuah sistem kepercayaan. Tahukah anda, sistem kepercayaan apa yang dianut bangsa amorit di masa kerajaan babilonia?
Dikutip dalam buku “Empires of Ancient Mesopotamia” karya Somervil. A. Barbara, dalam masalah kepercayaan orang babilonia juga menyembah banyak dewa (politeisme), dewa juga di percayai mempunyai kekuasaan untuk mengatur alam semesta dan mempunyai kesaktian tersendiri, dewa babilonia juga sering dipanggil untuk mengendalikan tindakan iblis yang mengganggu manusia. Misalnya, orang akan meminta bantuan dari mantra yang dilemparkan melalui sihir. Dewa juga diharapkan memberi tahu pengikutnya tentang bahaya yang akan datang yaitu bencana alam seperti banjir, kekeringan, gempa bumi yang di yakini sebagai hukuman para dewa. dalam mitos atau kepercayaan bangsa Babilonia, setiap generasi berikutnya dari dewa Babilonia dianggap lebih unggul dari dewa sebelumnya yang berpuncak pada dewa Mardux. Dewa Marduk dulunya adalah dewa pelindung kota Babilonia, menjadi dewa terpenting bagi orang Babilonia. Dewa Mardux sendiri adalah dewa yang bijaksana dan dia merupakan penguasa para dewa. Orang Babilonia juga selalu merayakan kematian dan kelahiran kembali mardux setiap tahun nya sebagai bagian dari kepercayaan mereka, banyak diantara orang-orang Babilonia yang membangun tempat– tempat pemujaan buat dewa yang mereka sembah. Pada waktu yang berbeda, Marduk memiliki 50 nama yang berbeda. Dia mendapatkan nama-nama itu dengan menggantikan dewa-dewa lain dan mengambil alih kekuasaan dan nama mereka. Marduk memiliki empat mata, empat telinga, dan menyemburkan api dari mulutnya saat berbicara.
Dewa Babilonia populer lainnya adalah Shamash, dewa matahari, yang bangkit dari pegunungan timur dengan sinar keemasan bersinar dari bahunya. Menurut legenda, Shamash melakukan perjalanan melintasi langit dengan kereta yang ditarik oleh keledai yang berapi-api. Orang-orang secara teratur pergi ke kuil untuk membuat pengorbanan karena alasan pribadi. Mereka memberi hadiah kepada dewa tertentu untuk mendapatkan bantuan dewa itu.
Bagi bangsa Babilonia mempercayai banyak dewa atau menganut sistem kepercayaan politeisme dalam hidupnya, dikarenakan bangsa babilonia merasa banyak ketegangan dan ketidak mampuan dalam menjalani kehidupannya, dikala dalam hidup mereka terjadi kemarau yang panjang sehingga banyak diantara masyarakatnya yang tidak kuat menghadapinya sehingga masyarakatnya membuat atau mempercayai dewa enlil, yaitu dewa yang mengatur udara dan mengatur cuaca, maka masyarakat babilonia pun memuja dewa enlin tersebut dengan tujuan agar cuaca di daerah babilonia bisa menurunkan hujan kembali.
Menurut buku “The Secret History Of The World” karya Jonathan Black, Dewa Babilonia suka makan, minum, music, dan tarian. Makanan akan diletakan diatas meja, kemudian dewa ditinggalkan sendirian untuk menikmatinya. Dewa-dewa itu juga membutuhkan tempat tidur di dalam dan untuk menikmati persetubuhan dengan dewa-dewa lainnya. Mereka juga harus dimandikan dan dipakaikan baju, juga di minyaki dengan parfum. Jadi, seperti itulah keterbatasan yang mereka miliki dalam menyelesaikan sesuatu permasalahan, ketidakmampuan yang ada pada diri mereka dalam menangani segala jenis masalah yang pada akhirnya mereka merasa butuh bantuan, butuh pertolongan dari dewa yang mereka yakini yang dapat menyelesaikan segala jenis masalah yang sedang mereka hadapi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.