Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jouron

Lone Wolf, Sang Serigala Penyendiri yang Disalahtafsirkan

Agama | 2021-04-24 00:51:33
Lone wolf dalam terminologi terorisme di Indonesia berbeda dengan pengertian yang dipahami di Barat

Oleh Elba Damhuri

Mendadak kata lone wolf atau serigala penyendiri menjadi bahan perbicangan ramai baik di dunia nyata maupun dunia maya. Kasus penembakan terhadap seorang wanita berinisial AZ (25 tahun) di halaman Gedung Mabes Polri menjadi sebab.

AZ disinyalir melakukan aksi "menyerang" seorang diri di markas polisi. Kapolri menegaskan AZ adalah seorang lone wolf teroris alias teroris yang beraksi sendiri tanpa mengikuti kelompok tertentu atau komando teroris lain.

Sebetulnya, apa itu lone wolf?

Dalam bukunya yang terkenal, Undertanding Lone Wolf Terorrism: Global Patterns, Motivations and Prevention, Ramon Spaaij cukup jeli menguraikan tentang lone wolf ini.

Ramon Spaaij adalah professor di Victoria University Melbourne, Australia, and mengepalai Sociology of Sport di Department Sosiologi University Amsterdam Belanda.

Spaaij mengidentifikasi 88 kasus terorisme serigala sendirian di Amerika Utara, Eropa, dan Australia antara tahun 1940 dan 2010. Kasus-kasus itu mengakibatkan 198 serangan yang merenggut 123 nyawa dan melukai ratusan lainnya.

Spaaij menggunakan analisis studi kasus dan menyimpulkan bahwa meskipun tidak ada profil standar tertentu dari lone wolf, namun radikalisasi lone wolf cenderung dihasilkan dari kombinasi proses individu, hubungan antarpribadi dan keadaan sosial-politik, dan budaya.

Ada lima hal penting yang dicatat Spaaij terkait lone wolf ini berdasarkan riset yang dia lakukann.

Pertama, Spaaij menemukan bahwa lone wolf cenderung menciptakan ideologi mereka sendiri yang menggabungkan frustrasi pribadi dengan keluhan-keluhan dan ketidakpuasan politik, sosial atau agama. Karena motif ini bersifat campuran sehingga agak sulit bagi aparat untuk menetapkan motif yang jelas untuk sebuah serangan teror lone wolf.

Kedua, bertentangan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa teroris tidak menderita psikopatologi yang dapat diidentifikasi, Spaaij menunjukkan bahwa serigala penyendiri cenderung menderita beberapa bentuk gangguan psikologis. Ada persoalan kejiwaan yang mendera para lone wolf ini.

Ketiga, lone wolf cenderung menderita ketidakmampuan sosial dan dalam berbagai tingkatan, mereka menyendiri dengan sedikit teman dan lebih suka bertindak sendiri. Mereka tidak mau berinteraksi meskipun berada dalam sebuah komunitas atau gerombolan.

Keempat, meskipun serigala penyendiri menurut definisi tidak berafiliasi dengan organisasi teroris, mereka bisa melakukan identifikasi atau bersimpati dengan kelompok ekstremis tertentu. Mereka, para lone woplf ini, mungkin pernah menjadi anggota kelompok semacam itu di masa lalu atau pernah berempati dan simpati.

Organisasi-organisasi ini yang mereka simpatikan ini memberikan semacam ideologi validasi kepada lone wolf. Ideologi validasi ini yang kemudian masuk ke kepala mereka dan bercampur dengan pikiran-pikiran kekecewaan dan kemarahan yang sudah membuncah.

Kelima, terorisme lone wolf jelas tidak terjadi dalam ruang hampa sosial. Sebaliknya, radikalisasi lone wolf dapat memanifestasikan dirinya dalam sikap aktif, yang melibatkan ekspresi keyakinan politik dan konfrontasi fisik dan verbal dengan musuh.

Lone wolf cenderung mengabarkan niatnya melakukan tindak kekerasan atau aksi terorisme. Contoh klasiknya adalah "Unabomber Manifesto" ditulis oleh Theodore Kaczynski di kabin kayu di hutan belantara Montana dan dikirim ke New York Times. Ia memberi peringatan bahwa terornya akan berlanjut sampai Manifesto miliknya itu diterbitkan. Theodore melakukan aksi teror sampai akhirnya ditangkap aparat.

Lone wolf bisa berbahaya dari gerakan terorisme yang terorganisasi. Dalam bukunya, Lone Wolf Terorrism: Understanding the Growing Threat, Jeffrey D Simon, menguraikan serigala penyendiri telah memperlihatkan bisa berbahaya atau bahkan lebih berbahaya dari kelompok teroris terorganisasi.

Simon memberi contoh kasus Anders Breivik di Norwegia, yang membunuh puluhan anak muda dalam serangan bom dan penembakan massal. Juga, Omar Mateen, pembunuh Orlando yang melakukan penembakan massal terburuk dalam sejarah Amerika.

Belum lagi kasus penembakan tunggal di masjid di Selandia Baru yang dilakukan Brenton Tarrant yang menyesakkan dunia.

Simon menuliskan lone wolf juga telah terbukti lebih kreatif dan berbahaya daripada banyak kelompok teroris. Lone wolf bukan hanya menyangkut aksi ekstremis Islam tetapi dapat ditemukan di antara semua jenis ideologi politik dan agama lain di seluruh dunia. Ada ekstremis Kristen, Hindu, Budha, dan lainnya.

Simon menilai internet telah menyediakan tempat berkembang biak yang sempurna bagi individu-individu yang terisolasi dengan kecenderungan teroris dan dipenuhi rasa benci dan tidak adil. Ada sedikit wanita dalam kategori ini namun kebanyakan masih pria.

Dalam bahasa sehari-hari, lone wolf bermakna orang yang bekerja sendiri, asyik dengan kemandiriannya, dan jauh dari ingar bingar interaksi dengan kelompok. Lone wolf bisa jadi anggota satu kelompok namun tanpa ikatan dan abai terhadap garis komando kelompok itu.

Banyak juga lone wolf yang memang tidak terikat dengan kelompok mana saja, bekerja atas kemauan sendiri dan menentukan sasaran serangan juga atas keinginan sendiri.

Lone wolf berasal dari kosa kata serigala penyendiri di mana dalam kerumunan atau kelompok serigala, ada serigala yang dibuang atau meninggalkan kelompoknya. Serigala tunggal yang meninggalkan kelompoknya ini disebut lone wolf.

Serigala ini berburu sendiri, mencari mangsa sendiri, dan merebut wilayah juga dilakukan sendiri. Lone wolf dalam konteks ini memiliki pengetahuan bagus tentang area yang menjadi sasarannya. Ia tidak gugup namun tetap sasaran.

Bagaimana dengan lone wolf yang dimaksud kepolisian Indonesia terkait ZA? Tentu, perlu pendalaman lagi terkait informasi-informasi sosok ZA ini.

Tidak mudah untuk menyematkan lone wolf kepada seseorang jika mengambil basisk riset-riset para pakar terorisme. Kecuali, Indonesia punya definisi lain tentang lone wolf ini, entah definisi yang tereduksi atau ditambahi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image