Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image fiebe virginia(00000047611)

Stop Membatasi Perempuan

Eduaksi | Friday, 23 Apr 2021, 23:36 WIB

"Teruslah bermimpi,teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiadabermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam."

-R.A. Kartini

Perempuan tidak perlupendidikan tinggi, toh akan mengurusrumah saja akan di dapur, mengurus anak. Ucapan ini terdengar sangat lumrahbagi telinga perempuan. Seolah-olah menempatkan wanita sebagai sosok lemah.Mendengarnya pun seperti tertusuk ribuan jarum. Pandangan ini ada dandituturkan secara turun temurun tidak melihat lagi perkembangan ilmupengetahuan dan dunia. Pada pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 Setiap warga negaraberhak mendapatkan pendidikan. Artinya, setiap orang, baik perempuanmaupun laki-laki berhak mendapatkanpendidikan.

Menikmati dunia dengan hirukpikuk kebisingan, bermimpi, dan meraihnya adalah idaman semua orang tentunya. Namun,realita yang dijumpai menjungkirbalikkan, perempuan kerap kali dipandangsebelah mata. Namun, nyatanya wanita bisa lebih dari pria contohnya sepertiNajwa Shibab, Ibu Susi Pudjiastuti, dan Anne Aventi. Mereka sosok yang cerdas,pekerja keras. Sebenarnya, pemerintah sudah giat untuk menyetarakan gender bagiperempuan dalam UU RI Nomor 1 Tahun 2012 tentang Kesetaraan Gender. Lantas,apakah perempuan bisa menikmati kemajuan ini?

Perempuan dan Keberanian

Keberanian merupakan sifat yang diartikan sebagai sikapberani untuk mengambil risiko saat membuat keputusan dengan cepat dan tepat(Frinaldi & Embi, 2011). Sifat ini tidak lahir begitu saja, tetapi sifatini dapat dibentuk dengan rapih rupawan sehingga diri merasa tenang dan percayadiri untuk menonjol. Takut? Rasa takut yang membelenggu diri merupakan hal yangwajar. Tanpa rasa takut keberanian itu tidak akan ada. Keberanian digunakanoleh seseorang untuk dapat meraih dan menempatkan dirinya ke dalam suatusituasi untuk menyampaikan aspirasinya, bagaimana dirinya, dan seperti apaposisinya.

Pendapat perempuan dimasyarakat masih dibiarkan dalam arti lebih baik laki-laki saja yang menurutkostruk sosial sudah menjadi kodratnya. Misalnya, ketika berbicara dengan orangtua, Lina, ayo bantu merapihkan rumah, kalau kamu tidak bisa bagaimana nantijika berumah tangga? atau Jadi, perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tingginanti sulit dapat jodoh. Di sisi lain, perkataan yang sering diucapkan kepada laki-laki,Bayu, kamu hebat yah bisa menyimbangkan belajar dan bekerja, laki-laki memangharus hebat.Ditambah lagi laki-laki selalu diprioritaskan, selalu menjadibintang, identik lebih cerdas.

Semua mimpi bisa menjadi nyata jika memiliki keberanian untukmengejar impian itu dengan sungguh-sungguh. Pengetahuan minim akan memengaruhi pemikiran,semangat, dan tindakan untuk mengeksplor dirinya untuk menjadi perempuan yangberbeda. Berani berbeda itu istimewa dan berpikir kritis dengan why am I here? Who am I? Where am I going?What am I supposed to do?

Perempuan danPendidikan

Perempuan memiliki peran sangat penting yang dapat dikatakan sebagaitokoh utama dalam kehidupan. Pembelajaran pertama yang dapat diberikan kepada anakialah dari keluarga, terutama dari sang ibu. Ada pepatah mengatakan bahwaseorang anak yang cerdas, lahir dari ibu yang cerdas. The Medical Research Council and Public Health Sciences Unit telahmelakukan penelitian pada 1994 dengan melakukan wawancara pada 12.686 orangdengan usia 14-22 tahun dari berbagai ras, ekonomi dan status mereka mengenaitingkat IQ. Hasilnya, mereka yang cerdas bersal dari ibu yang cerdas.

Hal ini dapat dimaknai bahwa pendidikan akan berpengaruh padapola pikir dalam keluarga, bagaimana cara mendidik, dan bagaimana akanmenerapkan prinsip-prinsip untuk membangun kesejahteraan dalam keluarga.

Pendidikan tinggi dianggap sesuatu yang mewah, apalagi untukperempuan. Pendidikan tinggi seperti angan di atas kepala. Sementara itu, aksespendidikan dibuka dengan lebar bagi siapa saja. Tentunya, pendidikan dan perempuanmerupakan elemen berbeda yang tak dapat dipisahkan. Sistem pendidikan jikatidak menyertakan perempuan itu bukan sebuah pendidikan karena pendidikanmempunyai makna bagaimana berpikir kritis untuk menciptakan keadilan humanis.

Kemudian, Soekarno menafsirkan perempuan dalam kalimat,Perempuan itu tiang negeri, artinya perempuan harus sadar akan posisinyasebagai pondasi untuk menciptakan peradaban bangsa yang maju dan berbintang. Yap! Berbintang, bintang mempunyai articahaya yang bersinar terang dan membuat takjub yang melihatnya.

Apalagi di zaman yang semakin kejam dibutuhkan kecerdasan mental untuk mengubah ancaman menjadi sebuah peluang yang besar. Dengan demikian, perempuan bisa menghapuskan stereotip gender yang membelenggu, berani mengutarakan pemikirannya.

Mendobrak realitas dengan berdirih kokoh dan mampu menjadi kunci menyingkirkan stigma usang. Perempuan harus meraih cita-cita setinggi langit dan terbatas dari kultur yang menempatkan perempuan di kelas dua. Bagaikan burung terbang bebas di langit.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image