Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Maksum

Kemampuan Guru Dalam Mengambil Keputusan

Guru Menulis | Thursday, 14 Apr 2022, 13:56 WIB
Ilustrasi Gambar

Ki Hajar Dewantara memperkenalkan Filososfi Pratap Triloka yaitu Ing NgRso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani yang dapat di artikan sebagai: di depan memberi contoh, di tengah membangun motivasi dan di belakang memberikan dorongan atau dukungan.

Tiga filososi inilah yang hingga saat ini menjadi patokan atau standard pendidikan di negera kita, Indonesia, bahkan salah satu dari pratap trilogi tersebut sudah menjadi icon simbol dari pendidikan kita yaitu `Tut Wuri Handayani`. Guru sebagai pelaku pendidikan di lapangan harus mempunyai kemampuan dan juga skill selain mengajar untuk mengimplementasikan filosofi tersebut.

Skill yang diharapkan untuk dimiliki oleh guru diantaranya adalah kemampuan coaching dan bagaimana dia mengambil keputusan tepat dari persoalan yang ada di sekolah. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Ki hadjar Dewantara yaitu guru hanya sebagai `pengantar` masa depan anak dan bukan penentu hitam putihnya.

Berangkat dari pemikiran tersebut dalam mengambil keputusan ketika coaching misalnya seorang guru juga hanya dapat mengarahkan dan siswa menemukan sendiri jawaban persoalan yang dia miliki. Dengan demikian anak-anak secara mandiri akan terdidik untuk menemukan masa depan mereka lewat persoalan-persoalan yang muncul setiap harinya di sekolah.

Dalam pengambilan keputusan sangat dipengaruhi nilai-nilai yang di percayai oleh guru maupun masyarakat sekolah. Kenapa demikaian? karena dalam tahapan pengambilan keputusan terdapat intuisi dan juga standarisasi moral dan etika yang dipercaya secara universal.

Nilai-nilai tersebut seperti saling menghargai, tanggung jawab, integritas, mandiri, antusias, empati, menghargai dan lain sebagainya. Niali-nilai inilah yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan secara baik dan adil untuk berbagai pihak.

Dalam materi guru penggerak terkait dengan coaching dan 9 tahapan yang telah di berikan menurut penulis sangat efektif dan cukup bagus untuk memandu gruru dalam membimbing peserta didik untuk menghadapi persoalannya.

Coaching mengajarkan kepada para guru bagaimana mendidik dan membimbing para siswa menemukan jawaban sendiri atas persoalan yang telah mereka hadapi dan guru hanya mengajukan pertanyaan--pertanyaan yang mempunyai kualitas tertentu untuk menuju jalan keluar persoalan tersebut.

Kemampuan coaching ini semakin lengkap ditambah kemampuan guru tentang sembilan tahap analisis pengambilan keputusan baik prinsip yang diikuti maupun paradigma yang dianut.

Keadaan sosial emosional guru juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk itu butuh pengelolaan emosi yang matang dari pribadi seorang guru. Kondisi guru yang sedang marah, bahagia, sedih turut mempengaruhi intuisi dan kualitas keputusan yang akan dibuat. peroslana yang di hadapi sering terlibat dalam persoalan etika dan moral.

Seorang guru terlibat dalam dilema etika yang membutuhkan pikiran jernih yang akan mempengaruhi hasil dari keputusan yang dia buat. Untuk itulah nilai-nilai universal yang dianut menjadi penting agar keputusan tersebut juga dapat dinilai dan diterima oleh semua pihak karena landasan yang di buat adalah nilai universal yang menembus batas kepercayaan umat manusia.

Pengambilan keputusan yang tepat dan dapat diterima tentunya terkait dengan kondisi lingkungan yang positif, kondusif dan nyaman. Suatu persoalan tidak dapat diputuskan dengan baik jika di dalam lingkungan tersebut kurang teratur, tidak kondusif, kacau bahkan memancing orang untuk berbuat anarkis.

Bayangkan saja jika sebuuah masalah didiskusikan di tengah pasar atau di tengah konser yang diliputi keramaian penonton dan suara menggelegar tentunya hal tersebut sangat mengganggu dan mempengarui keputusan yang akan dibuat.

Seperti halnya lingkungan sekolah yang penulis alami bahwa lingkungan seperti ini tidak akan menghadapi kesulitan-kesulitan yang cukup serius, mengapa? karena segalanya mendukung dari lingkungan masyarakat sekolah, fasilitas dan juga SDM yang turut hadir dan mendukung untuk menciptakan keputusan yang akan diambil. Dengan penerapan kemerdekaan belajar kepada peserta didik juga turut andil dalam kualitas pengambilan keputusan.

Pola pengajaran yang berorientasi dan berpihak kepada peserta didik, memahami profile peserta didik, penerapan pendidikan berdiferensiasi kepada mereka juga sedikit banyak membantu pola dan cara penyelesaian masalah lewat coaching untuk menciptakan keputusan yang baik.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan sangat mempengaruhi masa depan murid. Keputusan yang telah diambil dari hasil analasis yang seksama, didasari oleh prinsip-prinsip yang tepat serta paradigma pemikiran yang sesuai tentunya akan mempengaruhi kualitas hasil akhir keputusan untuk murid.

Keputusan yang baik akan membawa masa depan murid yang lebih baik. Namun jika keputusan yang diambil secara serampangan dan ceroboh tentunya juga akan menghasilkan keputusan yang tidak baik dan berpengaruh buruk pada masa depan mereka.

Akhirnya, peran guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan merupakan hal yang sangat siginifikan. Keputusan-keputusan yang dihasilkan tentunya berkaitan dengan keterampilan guru tentang kemampuan coaching, keadaan sosial emosional sang guru, kondisi lingkungan yang kondusif , nilai-nilai universal dan semua yang berkaitan kemampuan sang guru yang berkaitan dengan pengajaran.

Pengambilan keputusan membutuhkan seni , tahapan-tahapan yang diikuti, paradigma yang sesuai hingga akhirnya akan menghasilkan keputusan yang tepat dan dapat diterima oleh berbagai pihak sehingga membawa masa depan peserta didik ke arah yang lebih gemilang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image