Keterampilan Literasi Sains di Masa Pandemi
Info Terkini | 2021-04-18 08:02:14COVID-19telah memberikan perubahan yang sangat besar terhadap kegiatan belajar mengajar. Di seluruh dunia, pelajar baik di usia sekolah maupun perguruan tinggi, telah didorong untuk melakukan perubahan secara ekstrem pada implementasi teknologi pendidikan dalam waktu sekejap.
Institusi Pendidikan harus berlari untuk mendesain ulang kegiatan pembelajaran bagi semua usia dari rumah. Sisi baiknya, tekanan yang didapatkan baik secara individual, organisasi maupun masyarakat secara umum dalam menghadapi pandemi dan krisis kali ini justru dapat mempercepat proses perwujudan masyarakat industry 4.0.
Di masa sekarang, Pendidikan bukanlah lagi persoalan mentransfer pengetahuan secara gamblang dari satu generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan OECD 2030 Future Education and Skills Project.Keterampilan adalah bagian dari konsep holistik kompetensi, yang melibatkan mobilisasi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai untuk memenuhi tuntutan yang kompleks.
Hal ini tidak akan diperoleh hanya dengan mengubah proses pembelajaran yang dari papan tulis menuju virtual,tidak pula dari kelas konvensional menuju kelas online. Kita perlu secara ekstrem mentransformasi cara kita belajar dan mengajar keterampilan sains dan teknologi yang selama ini dilakukan, dari pembelajaran satu arah dan berorientasi hafalan menuju pembelajaran yang bersifat personalisasi, mengedepankan keterampilan belajar secara mandiri dan berkelanjutan.
Salah aspek yang diukur oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui hasil Indonesian National Assessment Program (INAP) yang dirilis pada tahun 2018 adalah kompetensi sains atau literasi sains. Literasi sains menjadi salah satu kompetensi yang sangat kurang bagi siswa Indonesia.
Literasi sains merupakan salah satu literasi yang harus dikuasai siswa Indonesia. Seringkali orang memiliki persepsi yang kurang tepat tentang literasi sains. Mereka beranggapan bahwa literasi sains hanya tanggung jawab guru sains saja. Bisa jadi karena mereka menganggap literasi sains adalah siswa harus menguasai mata pelajaran sains saja.
Perlu ditegaskan bahwa literasi sains bukan berarti siswa harus menguasai pelajaran sains saja. Akan tetapi bagaimana siswa mampu berpikir dan bertindak berdasarkan metode ilmiah. Ketika menghadapi masalah maka siswa akan mampu menyelesaikan masalah tersebut menggunakan metode ilmiah atau pola penyelesaiannya mengikuti alur ilmiah.
Berdasarkan wawancara kepada seorang guru di SD Sidoharjo, pembelajaran daring saat ini sangat ribet menurut saya apalagi untuk mata pelajaran sains yang seharusnya ada praktek secara langsung jadi terkendala. Upaya yang saya lakukan untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam pembelajaran sains adalah dengan menggunakan literasi sebanyak-banyaknya, sehingga mereka lebih banyak mendapatkan pengalaman dari luar sekolah dan tidak harus menggunakan sumber belajar hanya dari sekolah saja. Selama masa pandemi ini saya menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning, pembelajaran yang membuat siswa aktif dan mandiri. Di masa pandemi ini belajar dengan kelompok kecil lebih memudahkan siswa menangkap penjelasan materi yang diberikan.
Mendikbud juga memberikan 7 tips belajar dari rumah yang antara lain menyebutkan untuk membagi kelas dalam kelompok kecil dan mencoba model/metode Project Based Learning karena melatih siswa berkolaborasi, gotong royong dan empati.
Model pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning yang disebutkan oleh Mendikbud adalah salah satu model pembelajaran yang membuat siswa aktif dan mandiri dalam pembelajaran. Model pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki, melatih berbagai keterampilan berpikir, sikap, dan keterampilan konkret. Sedangkan pada permasalahan kompleks, diperlukan pembelajaran melalui investigasi, kolaborasi dan eksperimen dalam membuat suatu proyek, serta mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek diharapkan melatih kemandirian, kolaborasi dan eksperimen didalam diri siswa atau peserta didik.
Berdasarkan hasil INAP 2018, kompetensi sains siswa Indonesia sekitar 73,61% dengan kategori kurang, 25,38% dengan kategori cukup, dan hanya 1,01% dengan kategori baik. Rendahnya literasi sains siswa Indonesia sangat memprihatinkan banyak pihak. Literasi sain menjadi kompetensi yang sangat penting dikuasai dalam menghadapi persaingan abad 21.
Proses belajar mandiri pada anak usia dini dan sekolah dasar menjadi yang paling rentan terhadap kehilangan kesempatan belajar yang efektif. Di usia sekolah dasar, siswa diharapkan dapat membangun lingkungan dan keterampilan berpikir struktural. Hal ini memerlukan pendampingan ekstra dikarenakan anak-anak di usia ini mudah terdistraksi dan kehilangan konsentrasi belajarnya.
Upaya peningkatan literasi sains siswa perlu dilakukan oleh semua pihak terutama guru. Menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan berbasis ilmiah merupakan salah satu langkah baik yang perlu dilakukan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.