Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indar Cahyanto

Menyongsong Bulan Suci Ramadhan

Agama | Tuesday, 05 Apr 2022, 21:03 WIB

Bersyukur kita bertemu dengan bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh berkah rahmat dan ampunan akan hadir sebagai tamu ditengah kehidupan kita. Selayaknnya tamu yang akan datang ke rumah dan kehidupan kita maka perlu persiapan diri. Persiapan itu dilkaukan jika seandainya ada tamu yang akan datang ke rumah kita adalah dengan cara membersihkan rumah agar tampak bersih dan rumahnya tampak indah di pandang mata.

Kedatangan tamu yang bernama Bulan Suci Ramadhan merupakan kebahagian tersendiri buat kita umat Islam. Tamu yang istemewa yang kedatangannya ditunggu setahun sekali ke dalam kehidupan kita di dunia. Tamu yang membawa kesejukan, ketanangan, dan keberkahan bagi umat Islam yang akan menjalani perintah puasa Ramadhan selama satu bulan.

Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan firman Allah Ta’ala: َ “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian bertaqwa.” (QS. Al Baqarah: 183)

Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang lima. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari – Muslim)

Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan ash shiyaam atau ash shaum. Secara bahasa ash shiyaam artinya adalah al imsaak yaitu menahan diri. Sedangkan secara istilah, ash shiyaam artinya: beribadah kepada Allah Ta’ala dengan menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa lainnya, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. (Ahmad Syaikhu;2020)

Datangnya bulan suci Ramadhan yang akan kita hadapi dengan rasa senang dan gembira serta syukur apabila diperkenankan oleh Allah SWT melaksanakan ibadah shaum Ramadhan di tahun ini. Rasa syukur kita dapat menunaikan kembali salah satu kewajiban dan perintah Allah SWT. Syukur kita dapat menikmati ibadah dengan niat yang ikhlas dan membangun diri yang lebih baik.

bersyukur agar nikmatnya ditambah sehingga selalu bahagia dalam hidupnya. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adzab-Ku sangat berat. (Qs. Ibrȃhim/14: 7).

Hidup adalah anugerah bagi orang yang ikhlas dan kebahagiaan bagi orang yang bersyukur. Orang yang ikhlas merasakan apa yang diberikan oleh Allah Swt, baik yang diminta ataupun pemberian merupakan karunia yang tidak terhingga sehingga semuanya harus disyukuri. Syukur dapat menghirup udara segar secara gratis yang kita dapatkan sehari-hari.Syukur diberikan kesehatan dan kemudahan sehingga aktifitas sehari-hari dalam mencari nafkah tidak terganggu. AlRaghib Al-Isfahani menyatakan, bahwa syukur berarti gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan.( Cholil Nafis;2015)

Rasa gembira dan bahagia dengan kehadiran bukan suci Ramadhan diejawantahkan dengan berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat muslim di penjuru dunia. Kegiatan itu mulai dengan makan bersama sebelum datangnya Ramadhan, mandi ke sumgai, berkeramas dan lainnya. Kegembiran dan senang hatinya ketika menyambut bulan suci Ramadhan.

Senang dan bahagia merupakan rasa rindu akan kehangatan bulan suci Ramadhan yang dimalamnya terdapat seribu, ibadah pahalanya dilipatkan berganda, bulan pembinaan rohaniah bagi umat Islam. Bulan dimana pintu surga di buka lebar dan pintu neraka ditutup rapat Kegembiraan tersebut adalah karena banyaknya kemuliaan, berkah, dan keutamaan pada bulan Ramadhan.

Ada empat macam tipologi umat Islam dalam menyambut bulan suci Ramadhan sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Mustafa as Siba’i dalam bukunya “Hikmah as Shaum wa Falsafatuh”, yaitu: Pertama: Orang yang memandang Ramadhan hanya sebagai penghalang yang tidak ada manfaatnya. Ramadhan dipandang sebagai sesuatu yang memberatkan dan tidak memiliki dampak positif apa-apa. Orang semacam ini sengaja tidak berpuasa, bahkan ia melakukannya secara terang-terangan.

Kedua: Orang yang hanya memandang Ramadhan sebagai bulan lapar dan dahaga yang tidak mengenakkan. Tetapi ia tetap berpuasa karena malu dilihat orang lain. Namun ia makan dan minum ketika orang lain tidak melihatnya atau ketika berada di tengah-tengah orang yang sefiqroh dengan dirinya.

Ketiga: Orang yang memandang bulan Ramadhan sebagai musim pesta tahunan yang ditandai dengan hidangan yang melimpah. Ramadhan dianggap sebagai waktu yang baik untuk ngobrol sambil menunggu waktu berbuka tiba. Akibatnya, banyak orang yang bermalas-malasan, dan seringkali menggunakan dalil (nash) sebagai justifikasi terhadap apa yang dikerjakannya, dengan interpretasi yang tidak benar. Seperti menggunakan hadits Nabi saw, “tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah”. Hadits ini dimaknai seolah-olah orang yang berpuasa itu identik dengan tidur dan bermalas-malasan.

Keempat: Orang yang memandang Ramadhan sebagai sarana yang paling efektif untuk melatih jiwa serta memperbaiki moralitas dirinya, akhlak yang baik, rela berkorban, melatih kesabaran dan bentuk-bentuk pendidikan lain yang bernuansa transendental (Ilahiyah). Dalam kelompok Ramadhan merupakan saat yang paling tepat untuk berbenah dan hiburan spiritual bagi kepenatan hidup setelah menempuh perjalanan panjang di dunia materi. Ramadhan laksana terminal untuk istirahat sejenak demi menempa kekuatan jiwa dan kepribadiannya. Dalam istirahatnya yang sejenak itulah ia akan memperbaiki apa-apa yang telah rusak dan usang, serta mengobati segala sesuatu yang sakit. Orang yang beriman sangat mengerti manfaat. Ramadhan untuk meraih kesuksesan di masa yang akan datang, yaitu sebuah kemenangan yang hakiki. (Ruslan Fariadi:2020)

Beribadah semakin nikmat dan lezatnya bermunajat kepada Allah Kabar gembira mengenai datangnya Ramadhan sebagaimana dalam hadits berikut.“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” https://muslim.or.id/29974

Rasa gembira dalam menyongsong bulan suci Ramadhan ada beberapa hal yang harus dilakukan sebagai persiapan menjalaninya. Pertama Niat dan berdoa agar kita dapat menunaikan ibadah bulan suci Ramadhan. Niat merupakan ungkapan dan sandaran kita untuk dapat melaksanakan perintah dan ajaran Allah dan RosulNya. Dan doa merupakan pengharapan kita untuk bertemu dalam bulan suci Ramadhan.

Hadis yang diceritakan Ubadah bin Al-Shamit yaitu: "Allahumma sallimni ila ramadhana wa sallim li ramadhana wa tasallamhu minni minni mustaqbala." Artinya: "Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadan dan antarkanlah Ramadan kepadaku. Terimalah pula amal-amalku di bulan Ramadan." (HR. At-Thabrani dan Al-Dailami)

Kita niatkan pada Ramadhan pada tahun ini untuk lebih baik dari tahun lalu. Merasakan lebih mendalam kehadiran bulan suci Ramadhan tahun ini benar-benar kita butuhkan sebagai refleksi keberagaman. Rasakan setiap momen giat ibadah shaum Ramadhan dengan khusyuk dan merasakan kehadiran Allah dekat dengan kita sebagai umatNya yang beriman.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan". (HR Al-Bukhari)

Kedua. Istighfar memohon ampunan kepada Allah mungkin selama sebelas bulan sebelum Ramadhan kita banyak salah kepada Allah. Mengabaikan perintah Allah untuk selalu taat atas ajaranNya karena kita lebih senang dengan ajaran yang di buat oleh manusia. Aturan manusia kita laksanakan dengan baik tapi aturan dan perintah Allah kita abaikan.

Sebelum hadirnya bulan suci Ramadhan kita perbanyak istighfar kepada Alllah setiap waktu sehingga ketika datangnya bulan suci Ramadhan kita siap untuk melaksanakan Shaum Ramadhan dengan hati yang lapang dan bersih. Apabila punya kesalahan kepada setiap manusia kiranya kita meminta maaf dengan segala kerendahan hati untuk dimaafkan segala khilaf ucapan dan tindakan.

Dalam setiap perilaku kehidupan kita pasti mengalami banyak kesalahan baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu maka kita untuk memperbanyak istighfar dan zikir serta sholawat. Sehingga kehidupan kita selalu dihiasi dengan hati yang lapang. Membaca sayyidul Istighfar seperti tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Huraits telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abu Hazim?? dari Katsir bin Zaid? dari Utsman bin Rabi’ah? dari Syaddad bin Aus? radliallahu ‘anhu bahwa Nabi? ﷺ berkata kepadanya: “Maukah aku tunjukkan kepadamu sayyid istighfar? Yaitu Allahumma, anta rabbi, la ilaha illa anta, khalaqtani wa ana 'abduka, wa ana 'ala 'ahdika wa wa'dika mastata'tu, a'udhu bika min sharri ma sana'tu, abuw'u laka bidhanbi, wa abuw'u laka bini'matika 'alayya faghfirli, fa innahu la yaghfirudh-dhunuba illa anta

Artinya: Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau sudah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan berusaha selalu ta’at kepada-Mu, sekuat tenagaku Yaa Allah. Aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan yg kuperbuat. Kuakui segala nikmat yang Engkau berikan padaku, dan kuakui pula keburukan-keburukan dan dosa-dosaku. Maka ampunilah aku ya Allah. Sesungguhnya tidak ada yg bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.

Tidak ada seorangpun diantara kalian yang mengucapkannya ketika sore hari kemudian datang kepadanya taqdir untuk meninggal sebelum datang pagi hari melainkan wajib baginya Surga, dan tidaklah ia mengucapkannya ketika pagi hari kemudian datang kepadanya taqdir untuk meninggal sebelum datang sore hari melainkan wajib baginya Surga.”

Dalam bab tersebut ada yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abza serta Buraidah? radliallahu ‘anhum https://risalahmuslim.id/hadits/tirmidzi-3315/

Ketiga. Belajar mendalami ilmu agama.. Setiap mukmin untuk beribadah kepada Alalh SWT atas dasar ilmu dan pemahaman, dan tidak ada alasan untuk tidak mengetahui kwajiban yang telah Allah SWT. Termasuk dalam hal ini adalah puasa Ramadhan. Karenanya, seyogyanya setiap muslim mengetahui masalah-masalah puasa dan hukum-hukumnya sebelum bulan puasa itu datang, agar puasa yang dia lakukan menjadi sah dan diterima di sisi Allah SWT. Allah SWT berfirman: "Maka bertanyalah kepada ahli dzikir jika kalian tidak mengetahui" (QS. Al-Anbiya' (21) : 7)

Keempat. Persiapan Ruh dan Jasad serta materi. Mempersiapkan mengondisikan diri agar pada bulan Sya’ban (bulan sebelum memasuki bulan Ramadhan) kita telah terbiasa dengan berpuasa.Apabila masih ada utang di bulan Ramadhan tahun lalu dapat diganti di bulan Syaban. Kemudian melaksanakan shaum sunnah bulan syaban.

Rasulullah SAW senantiasa melakukan puasa sunnah bulan Sya'ban, bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan beliau kadang melakukannya sebulan penuh. Dalam sebuah hadits disebutkan: Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Katanya: "Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan yang lain sebanyak puasa di bulan Sya'ban ini? Beliau saw menjawab: "Itulah bulan yang dilupakan orang, antara Rajab dan Ramadhan, bulan ditingkatkannya amal perbuatan kepada Allah Rabbul 'Alamin. Dan aku ingin amalku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa." (HR An-Nasa-i). https://tirto.id/gbYm

Rasulullah dan para sahabat memperbanyak puasa dan bersedekah pada bulan Sya'ban sebagai latihan sekaligus tanda kegembiraan menyambut datangnya Ramadhan. Anas bin Malik r.a. berkata: "Ketika kaum muslimin memasuki bulan Sya'ban, mereka sibuk membaca Alquran dan mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa." Dengan mengondisikan diri pada bulan Sya'ban untuk berpuasa, bersedekah dan memperbanyak ibadah, kondisi ruhiyah akan meningkat, dan tubuh akan terlatih berpuasa. https://tirto.id/gbYm

Persiapan-persiapan itulah yang diharapkan kita mampu melaksanakan ibadah shaum Ramadhan dengan penuh keimanan dan keyakinan kepada Allah. Kita bisa melaksanakan dengan penuh keikhalasan tanpa ada keterpaksaan dalam melaksanakannya ibadah puasa Ramadhan. Karena ibadah puasa Ramadhan merupakan bulan refleksi dan penyadaran diri untuk menjadi manusia yang bertaqwa. Ramadhan merupakan bulan momentum perbaikan diri mulai ucapan dan gerak tingkah laku. Manusia pembelajar sepanjang hayat mau belajar dan memperbaiki diri sepanjang waktu. Marhaban Ya Ramadhan

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image