Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Mimpi Cinta yang Hancur: Sakit Hati dan Duka

Eduaksi | Monday, 04 Apr 2022, 20:30 WIB
image: Wallpaper Cave

Cinta yang hilang memberi kita kesempatan untuk melihat ke dalam diri kita sendiri.

Poin-Poin Penting

· Masalah patah hati berada dalam ingatan kita.

· Kesedihan pasca hubungan melibatkan pola respons universal dari tekanan fisik dan penderitaan emosional.

· Rasa malu yang tersembunyi sering kali mendominasi pengalaman kehilangan romantis.

· Luka lama dapat meninggalkan kita dengan intoleransi ketidakpastian.

Sakit hati adalah cara manusia mengalami pemisahan diri dari yang lain. Ketika kesatuan cinta terganggu atau berakhir, kita mungkin menjadi sangat sadar akan kerentanan kita. Perpisahan romantis dapat dianggap sebagai kehilangan yang ambigu karena orang yang pergi masih ada di antara kita. Kita mungkin mengalami kesedihan tidak hanya untuk orang yang kita cintai dan kehilangan, tetapi juga untuk fantasi tentang siapa yang kita pikirkan atau harapkan. Cinta berdasarkan fantasi sering kali tunduk pada ketidakpastian yang akhirnya menyertainya.

Kenangan yang Menyedihkan

Masalah patah hati berada dalam ingatan kita tentang keterikatan emosional dengan orang yang kita kehilangan. Kenangan yang mengasyikkan dan menyenangkan ditambah dengan kesedihan karena kehilangan membuat orang yang patah hati tetap kesakitan. Apa yang menghantui mereka yang berduka karena kehilangan cinta adalah hantu dari segala sesuatu yang baik; ingatan mereka tentang keinginan dan pemenuhan. Kenangan yang menyedihkan, marah, atau pahit mungkin untuk sementara menahan ingatan positif, tetapi itu mewakili keterikatan kita yang berkelanjutan. Emosi negatif seperti marah, kecewa, atau jijik tidak menandakan tidak adanya cinta karena semua emosi membuat kita peduli. Jadi, mencintai berarti peduli—berinvestasi secara emosional pada orang lain baik secara positif maupun negatif. Memang, lawan dari cinta adalah ketidakpedulian.

Intensitas patah hati romantis kira-kira setara antara pria dan wanita. Kesedihan pasca hubungan melibatkan pola respons universal dari tekanan fisik dan penderitaan emosional yang mungkin termasuk kemarahan, depresi, kecemasan, panik, khawatir, kesedihan, mati rasa emosional, mual, kurang tidur, kehilangan nafsu makan, penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh, pikiran mengganggu, dan penurunan dalam aktivitas di daerah otak yang terkait dengan perasaan, motivasi, dan konsentrasi.

Sementara beberapa orang mungkin mengingkari kesalahan apa pun atas berakhirnya suatu hubungan, yang lain mungkin menyalahkan diri sendiri atau mencari kepastian untuk keputusan perpisahan. Penderitaan keadaan di mana cinta tidak mungkin atau hilang secara agung diungkapkan oleh musik, kata-kata, dan nada vokal dari banyak lagu. Yang kehilangan mungkin merasa kurang sendirian dalam beresonansi dengan sebuah lagu; mereka yang telah kehilangan cinta cenderung diam-diam menahan kesedihannya.

Malu Sakit Hati

Rasa malu yang tersembunyi seringkali mendominasi pengalaman kehilangan romantis, disertai dengan kerinduan untuk mengembalikan apa yang telah hilang. Suasana hati malu yang terkait dengan kehilangan hubungan bisa menjadi sangat beracun sehingga dianggap sebagai depresi. Malu adalah emosi penghinaan dan keterasingan, dirasakan sebagai penyakit jiwa atau sebagai siksaan batin. Saat-saat memalukan seperti itu membuat kita kalah, terasing, dan kurang bermartabat atau berharga.

Kita hidup melalui orang lain dan di dalam mereka, jadi ketika orang lain berpaling dari kita, kita menjadi tidak terlihat dalam arti bahwa kita mungkin percaya bahwa kita tidak lagi ada. Beberapa ahli teori telah menggunakan istilah "kejutan ego" atau "kejutan kognitif" untuk merujuk pada keadaan kelumpuhan psikologis akibat pukulan kuat terhadap harga diri atau kebanggaan seseorang, di mana kita memiliki ketidakmampuan untuk berpikir jernih dan memiliki pikiran terkait rasa malu yang menuntun kita untuk membayangkan diri kita yang paling buruk dan paling rusak.

Memulihkan dan Mengingat

Sebagai manusia, kita memiliki kapasitas untuk pulih dari luka sakit hati, tetapi sistem ingatan kita, yang dirancang evolusi untuk melindungi pilihan masa depan kita, tampaknya tidak membuat kita lupa. Otak kita secara aktif terlibat dengan gambar-gambar masa lalu yang diingat. Ingatan dapat memunculkan pengalaman rasa malu yang lebih awal tetapi belum terselesaikan yang mungkin melibatkan pengkhianatan yang menghancurkan atau ingatan akan hubungan pribadi penting yang telah ditinggalkan.

Luka lama dapat meninggalkan kita dengan intoleransi ketidakpastian yang menyertai kerentanan yang dirasakan ketika mencari cinta baru. Namun demikian, jika kita dapat mengenali rasa malu dan pengalaman historis kita tentangnya, kita dapat menggunakan saat-saat ketika rasa malu dari ikatan yang putus menjadi kesempatan yang tidak terduga untuk melihat ke dalam diri kita sendiri, untuk belajar, atau untuk membuat diri kita berbeda.

***

Solo, Senin, 4 April 2022. 8:24 pm

'salam hangat penuh cinta'

Suko Waspodo

suka idea

antologi puisi suko

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image