Balada Kumpul yang Pilih Kasih
Gaya Hidup | 2022-03-29 22:48:09Perhelatan akbar di Mandalika baru selesai di gelar. Banyak yang bangga dengan fenomena ini. Bagaimana tidak? Para pembalap internasional datang ke tanah air beta. Tak hanya melakukan balapan tapi juga sekalian berwisata. Tua muda semua bergembira.
Apakah pagelaran ini sepi penonton? Tentu tidak. Banyak orang yang hadir ke sana. Menyaksikan langsung keseruan perhelatan akbar internasional ini. Ketika Mandalika gegap gempita menyambut para turis tak ada syarat vaksin booster bagi semua pihak yang ada di sana. Tapi mengapa tiba-tiba pemerintah mensyaratkan booster bagi rakyat yang ingin mudik?
Beda Dunia
Dilansir dari laman Republika (23/3/2022), Presiden Joko Widodo menyatakan umat Islam di Indonesia dapat kembali menjalankan shalat tarawih berjamaah di masjid dengan tetap menjalankan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19. Selain itu, masyarakat juga dipersilakan untuk mudik lebaran namun dengan syarat telah mendapatkan vaksinasi dua dosis dan satu dosis penguat (booster).
Mungkinkah Mandalika berbeda dunia dengan pelosok Indonesia? Disana virus takkan sembarangan terbang berpindah menularkan kepada manusia lainnya. Atau saat MotoGP kemarin, para virus itu sedang libur tugas menginfeksi manusia?
Bagaimana pula dengan tempat wisata yang hingga sekarang dipenuhi pengunjung tapi tak ada syarat booster bagi para pengunjungnya? Atau bagaimana dengan konser yang mulai kembali diadakan sementara tak ada syarat booster pula untuk datang kesana?
Tentu manusia yang berakal akan mempertanyakan perbedaan sikap ini. Mengapa disini tidak harus disana harus. Mengapa begini mengapa begitu.
Bukan Tak Peduli
Mempertanyakan kebijakan yang ada bukanlah suatu bentuk ketidakpedulian terhadap kondisi kesehatan umat saat pandemi. Tapi ketimpangan dan ketidakadilan kebijakan membuat nurani tergelitik. Hingga akhirnya menyangsikan tujuan pemerintah.
Saya pribadi setuju jika vaksin harus digiatkan sebagai ikhtiar untuk mengatasi laju pandemi yang mematikan. Jangan sampai niat baik silaturahmi malah berujung mencelakai kerabat yang disayangi.
Namun tampaknya keseriusan pemerintah sendiri dalam mengatasi pandemi masih dipertanyakan rakyat negeri. Karena ketimpangan dan ketidakadilan kebijakan yang dikeluarkannya ini.
Ri'ayah dalam Islam
Dalam Islam, pemimpin tidak boleh mempersulit keadaan rakyatnya. Rasul bahkan berdo'a pada Allah agar para pemimpin yang mempersulit keadaan rakyat mendapatkan kesulitan di dunia dan akhirat sana.
"Ya Allah, barangsiapa yang diberi tanggung jawab untuk menangani urusan umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah hidupnya. Dan barangsiapa yang diberi tanggung jawab untuk mengurusi umatku, lalu ia memudahkan urusan mereka, maka mudahkanlah hidupnya.” (HR Muslim)
Begitu dasyat do'a ini. Cukuplah doa ini membuat kita takut untuk mempersulit urusan umat, mempersulit urusan orang lain.
Rakyat bukan tak ingin pandemi berakhir, rakyat ingin keadilan. Jika memang mudik harus disyaratkan booster, maka pemerintah pun seharusnya mensyaratkan hal yang sama pada seluruh perhelatan atau tempat berkumpul yang ada. Walau pun itu lokasi wisata. Dengan begini rakyat baru yakin jika pemerintah benar-benar berniat mengakhiri pandemi bukan mempersulit urusan umat muslim.
Wallahua'lam bish shawab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.