Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Riva Sahri Ramdani, SE., S.Pd.

GURU PEACE-SCIENCE-TREND

Guru Menulis | Tuesday, 29 Mar 2022, 09:17 WIB
foto ilustrasi guru yang sedang mengajar. sumber: republika

Peace science trend, tiga rangkaian kata Bahasa Inggris yang terdengar hampir mirip dengan bunyi kata pesantren dalam Bahasa Indonesia. Pertama adalah kata “peace” yang memiliki arti damai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), damai diartikan sebagai keadaan yang tidak ada perang; tidak ada kerusuhan; aman. Selanjutnya adalah kata “science” yang berarti sains atau ilmu. Dalam KBBI ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian. Kata terakhir adalah “trend” atau dalam Bahasa Indonesia adalah “tren”, memiliki arti gaya mutakhir atau suatu fenomena yang populer dalam suatu jangka waktu tertentu, segala sesuatu yang sedang ramai dibicarakan, disukai atau bahkan digunakan oleh sebagian besar masyarakat pada saat tertentu.

Guru peace-science-trend adalah guru penebar damai, berilmu, dan bergaya kekinian. Sebagai sosok teladan, guru wajib memiliki akhlak yang mulia. Mendidik siswanya dengan penuh cinta dan harapan optimis bahwa mereka kelak akan menjadi penebar kebaikan dan mencipta serta menjaga kedamaian dan keharmonisan. Sebagai seorang pengajar, guru wajib memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Mengajarkan ilmu dan berbagi wawasan kepada siswanya dengan penuh keikhlasan agar di masa depan nanti mereka tetap menjadi manusia yang berakal dan berpikiran layaknya manusia. Sebagai seorang akademisi, guru dituntut untuk berani berinovasi. Mendidik akhlak dan mengajarkan ilmu serta mentransfer pengetahuan kepada siswanya dengan perencanaan dan metode yang hebat agar ilmu pengetahuan tersampaikan dengan baik tanpa kesalahan dalam pemahaman, sehingga mereka menjadi manusia yang bermanfaat sesuai generasi dan zamannya.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi-kompetensi tersebut dinilai sejalan dengan konsep guru peace-science-trend. Peace akan sejalan dengan kompetensi kepribadian dan sosial, science akan sejalan dengan kompetensi profesional, dan trend akan sejalan dengan kompetensi pedagogik.

Peace

Peace berhubungan erat dengan akhlak, adab, atau karakter karena peace (damai) marupakan dampak yang muncul dari penerapan akhlak dalam perbuatan. Di dalam aspek kompetensi guru, peace dinilai selaras dengan kompetensi kepribadian dan sosial. Guru haruslah memiliki sifat dan sikap yang pantas disebut sebagai teladan baik untuk siswa maupun masyarakat. Bertindak dan berucap sesuai dengan norma agama, sehingga tindakan dan ucapannya bernilai manfaat bagi orang lain.

Sungguh ironis apabila guru yang bergelar sarjana dan magister, namun tinggi ilmunya itu tidak selaras dengan keluhuran akhlak. Menyalahgunakan jabatan yang diamanatkan, tidak akur dengan sesama guru, saling menjatuhkan dan berebut posisi jabatan, di luar sekolah menjadi sosok angkuh dan eksklusif, itu semua merupakan contoh tindakan yang tidak mencerminkan guru yang berkepribadian dan sosial baik. Akhirnya, dengan perilaku tersebut akan muncul suasana kacau dan tidak nyaman. Dengan kata lain, tidak ada suasana damai pada diri guru dan akan berimbas kepada siswa dan lembaga.

Sedikitnya ada lima hal yang dapat dijadikan prinsip untuk membentuk pribadi unggul seorang guru dalam bersosial. Kelima hal itu kita sebut dengan 5T pembangun jiwa damai: ta’aruf, tafahum, tasamuh, ta’awun, tabayyun.

Ta’aruf adalah sikap saling mengenal dengan sesama. Guru kenal baik dengan pimpinannya, akrab dengan guru lainnya, dan kenal dekat dengan para siswanya. Dengan saling mengenal ini, setiap orang akan mendapatkan banyak informasi mengenai identitas diri, sifat, dan kebiasaan. Semua orang tidak lagi merasa asing untuk tinggal di dalam komunitas dan tempat yang sama. Inilah yang disebut dengan sekolah adalah keluarga kedua.

Setelah warga sekolah saling mengenal, maka mereka akan bisa saling memahami (tafahum). Memahami akan perbedaan jenis kelamin, sifat, dan adat kebiasaan orang lain. Kemudian dari sikap tafahum ini, terwujudlah sikap tasamuh (toleransi) yang hebat. Antarguru tidak akan saling menjatuhkan dan antarsiswa tidak akan saling merundung karena sejatinya setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang tidak bisa dimungkiri, namun harus dihormati dan dihargai.

Apabila warga sekolah sudah mampu menjalankan 3T pertama, maka bisa dikatakan sekolah tersebut sudah memiliki modal untuk bisa mewujudkan visinya. Dalam mewujudkan visi ini diperlukan sebuah kekuatan yang besar, yang bisa dimunculkan melalui gerakan gotong royong dan saling membantu karena semua menyadari bahwa majunya sekolah adalah tanggung jawab bersama. Inilah yang disebut sebagai ta’awun (saling menolong (dalam kebaikan)).

Menjalankan misi untuk mencapai visi lembaga tidaklah mudah. Guru sebagai awak kapal harus bisa berjalan senada dan seirama dengan arahan pimpinan sebagai nahkodanya. Begitupun juga siswa yang menjadi penumpang “kapal sekolah” kadang ikut berkomentar akan arah laju kapal ini. Konflik pun kadang terjadi akibat kesalahpahaman. Namun, segala bentuk konflik yang terjadi dapat dihindari dan diselesaikan dengan cara menjaga komunikasi melalui koordinasi yang baik dan teliti dalam menerima kabar agar tidak simpang siur, sehingga semua sadar bahwa kita berada di dalam kapal yang sama. Inilah yang disebut dengan tabayyun (saling klarifikasi).

Science

Science atau sains atau ilmu diperoleh dengan proses belajar. Guru yang baik adalah guru yang tidak pernah berhenti belajar, karena sejatinya mengajar adalah bagian dari belajarnya seorang guru. Belajar mengembangkan diri dan menambah wawasan guna menjadi seorang pengajar yang profesional. Itulah yang kita sebut di zaman sekarang dengan istilah upgrade and update.

Di dalam aspek kompetensi guru, science ini selaras dengan kompetensi profesional. Guru yang profesional adalah guru yang melakukan pekerjaannya (pengabdiannya) dengan benar dan sesuai etika dan sikap-sikap profesional. Ia memiliki komitmen yang tinggi, tanggung jawab, dan menguasai materi lebih luas dan mendalam, sehingga tujuan mentransfer ilmunya tercapai dengan baik.

Abdul Mu’thi, sekretaris umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, pernah mengatakan bahwa orang yang tidak punya, maka dia tidak akan memberi. Modal utama memberi itu adalah memiliki sesuatu. Guru mau memberi ilmu, ia harus mempunyai ilmu dulu. Semakin banyak ilmunya, maka semakin banyak pula sesuatu yang akan ia beri.

Sesuatu yang diberikan haruslah bernilai kebaikan dan teruji kebermanfaatannya. Ahmad Qonit, rektor Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, pernah mengatakan bahwa sebaiknya apa yang kita berikan kepada orang lain adalah bekas kita. Artinya, apa yang kita atau guru ajarkan kepada muridnya adalah apa yang sudah diamalkan dan dirasakan oleh guru tersebut, bukan apa yang belum teruji kebermanfaatannya.

Trend

Tidak semua orang bisa menjadi guru. Selain harus menguasai materi, ia juga harus ahli dalam mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar, guru dituntut ahli dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Guru harus menguasai ilmu dan wawasan materi pelajaran yang diampunya serta terampil menggunakan beragam strategi dan media pembelajaran yang bisa memudahkan siswa memahami materi pelajaran. Adapun evaluasi dilaksanakan bukan untuk menghakimi siswa, tetapi sebagai sarana untuk menemukenali kekuatan dan kelemahan cara belajar mereka. Sedangkan perannya sebagai pendidik, guru harus mengedepankan keteladanan dan sikap lemah lembut dalam mendidik siswanya, bukan dengan ancaman atau kekerasan.

Di dalam aspek kompetensi guru, Trend ini selaras dengan kompetensi pedagogik. Guru harus mampu memahami keadaan dan kesiapan siswa untuk belajar. Ikhtiar menyusun sekenario pembelajaran dikonsep dengan sebaik mungkin. Mengajarkan ilmu sesuai dengan kondisi pengetahuan siswanya dan menggunakan metode dan model pembelajaran yang variatif sesuai dengan tingkatan kecerdasan mereka. Karena hakikatnya setiap anak bisa belajar tetapi tidak dengan cara yang sama.

Mengajar dan mendidik generasi milenial diperlukan strategi yang hebat. Melibatkan bahasa, teknologi, matematika, dan literasi dalam proses pembelajaran merupakan kunci untuk membuka ilmu pengetahuan bagi generasi tersebut. Oleh karena itu, guru yang trend akan senantiasa berani untuk berkreasi dan berinovasi dalam melaksanakan tugasnya.

Lembaga pendidikan yang memiliki guru peace-science-trend akan menghasilkan produk siswa peace-science-trend. Siswa memiliki mental “peace” yang tercakup dalam kompetensi spiritual dan sikap. Kemudian siswa juga memiliki modal “science” yang tercakup dalam kompetensi pengetahuan. Lalu siswa juga mempunyai keberanian untuk berinovasi mencipta sebuah “trend” baru yang tercakup dalam kompetensi keterampilan.

Indikatornya terlihat dari karakter yang tumbuh pada diri siswa. Mereka memiliki akhlak yang baik, selalu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan. Mereka memiliki kecerdasan yang bermanfaat, memberikan solusi, dan tekun belajar. Siswa menjadi kreatif dan inovatif dalam memunculkan gagasan, visioner, pekerja keras, pantang menyerah, dan menyukai tantangan.

Mengajar dan mendidik adalah pekerjaan dan tugas yang mulia. Guru diibaratkan matahari yang menjadi sumber kehidupan. Dengan ilmunya, guru memberikan pencerahan kepada umat sehingga mampu membedakan hal baik dan hal buruk. Beruntunglah para guru yang selalu semangat mengajarkan ilmu kepada siswanya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menunjukan kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image