Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abdul Rojak Lubis

Ramadhan Bersemi di Tengah Pandemi

Lomba | Wednesday, 23 Mar 2022, 16:01 WIB

Bagaikan dalam mimpi begitu cepatnya perputaran waktu. Belum hilang dari ingatan kita keindahan dan kenikmatan ramadhan tahun lalu. Sebentar lagi kita akan kembali memasuki bulan suci ramadhan.

Bulan ramadhan merupakan bulan penuh hikmah, berkah, dan maghfirah. Bulan ini selalu dirindukan orang beriman, bagaikan merindukan seorang kekasih. Selain merindukannya, bergembira untuk menyambut kehadirannya. Ibarat menyambut tamu agung yang dinanti-nantikan.

Karena itu, bisa berjumpa dengan bulan ramadhan adalah karunia dari Allah SWT. Bergembira dan berbahagia adalah wujud syukur orang beriman karena diberi kesempatan untuk menuai kebaikan-kebaikan di bulan suci ramadhan.

Salah satu ibadah yang mengiringi ramadhan yaitu puasa. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah [2]: 183). Puasa bertujuan untuk membentuk karakter manusia yang bertakwa. Ini sebuah derajat tertinggi yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang berpuasa.

Selain ibadah puasa, ada ibadah lain yang mengiringinya, seperti, tarawih, tadarus, sedekah, dan zakat. Ibadah ini merupakan ibadah paket ramadhan yang tidak terpisahkan dengan puasa. Kesempurnaan ibadah puasa dapat diperoleh dengan mengikutsertakan ibadah- ibadah tersebut.

Kemudian, kualitas ibadah puasa seseorang hanya diketahui pelakunya sendiri dan Allah SWT. Sebab, puasa itu merupakan amanah dari Allah SWT yang bersifat rahasia. Soal kualitas, Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin membagi tiga tingkatan puasa. Pertama, puasa umum (orang awam) yaitu orang yang berpuasa hanya sekadar menahan makan dan minum, tetapi maksiat tetap dilakukan.

Kedua, puasa khusus (spesial), yaitu puasanya orang-orang saleh. Mereka mengetahui bahwa puasa tidak hanya sekadar menahan makan dan minum. Tetapi juga menahan diri dari melakukan dosa. Ketiga, puasa super khusus (istimewa), yaitu menahan hati agar tidak mendekati kehinaan, memikirkan dunia, dan memikirkan selain Allah SWT.

Tingkatan kualitas orang berpuasa yang dimaksudkan Imam al-Ghazali bertujuan agar kita dari tahun ke tahun senantiasa dapat meningkatkannya. Jangan seremonial belaka, kualitas ibadah puasa merupakan hal yang sangat penting bagi kita.

Ramadhan kali ini, kita akan menjalankan ibadah puasa masihdalam situasi dan kondisi pandemi untuk yang ketiga kalinya. Meski tidak seperti dua tahun yang lalu, kita tetap dianjurkan agar waspada dan senantiasa mematuhi protokol kesehatan. Hal ini bertujuan agar dapat menghidupkan ramadhan dengan indah.

Agar ramadhan kita bersemi di tengah pandemi, maka ada beberapa hal yang harus kita persiapkan. Pertama, ilmu. Rasulullah SAW bersabda, “Seorang yang berilmu lebih susah dihadapi oleh setan dibandingkan seribu orang ahli ibadah.”(HR at-Tirmizi). Abu Bakar ash-Shiddiq juga mengatakan, “Tanpa ilmu, amal tak ada gunanya, sedangkan ilmu tanpa amal adalah hal yang sia-sia.”

Agar tidak sia-sia amal yang kita lakukan maka pelajarilah terlebih dahulu. Karena setiap amal butuh ilmu. Dalam kitab shahihnya Imam Bukhari, beliau membuat satu bab tentang ilmu yaitu “bab al ilmu qobla al qaul wa al amal” bab ilmu sebelum ucapan dan perbuatan.

Ilmu merupakan salah satu syarat diterimanya amal. Bahkan ilmu yang diamalkan akan terwujud sebagai sebuah keindahan. Abu Darda RA berkata, “Kamu tidak akan menjadi orang yang indah dengan ilmu, sebelum kamu mengamalkan ilmu-ilmu itu.” Keindahan yang dimaksud di sini adalah indahnya perilaku, indahnya akhlak, dan indahnya tindakan.

Justru itu, untuk mewujudkan ramadhan yang berkualitas, kita harus memiliki ilmu tentang ibadah-ibadah yang berkaitan dengan ramadhan. Misalnya, puasa, syarat dan rukunnya serta yang membatalkannya. Begitu juga dengan ibadah lainnya, tarawih, tadarus, sedekah dan zakat, harus ditunaikan berdasarkan ilmu.

Kedua, memohon kemudahan dari Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda “Ya Allah, aku memohon pada-Mu agar mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemunkaran.” (HR Tirmidzi). Menjalankan ibadah puasa di tengah pandemi memang menjadi tantangan bagi kita umat Islam. Namun bukan berarti kita tidak bisa menjalankan ibadah tersebut. Ketika beribadah, mohonlah kemudahan kepada Allah SWT untuk melaksanakannya.

Ketiga, persiapan fisik. Sebelum ramadhan tiba, belajarlah memulai pola hidup yang sehat. Hal ini bertujuan agar fisik kita kuat, fit, dan prima. Menjaga kebersihan, baik tempat tinggal maupun makanan, olah raga yang cukup, istirahat (tidur) yang teratur. Kemudian membiasakan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dan bernutrisi, makan buah dan sayuran, rajin minum air putih, terlebih ketika sahur dan berbuka puasa nanti.

Menurut ahli gizi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwi Budiningsari menilai, “puasa justru bermanfaat terhadap system kekebalan tubuh atau imunitas. Sejumlah penelitian menyebutkan berpuasa justru dapat meningkatkan imunitas. Sebaliknya, belum ada studi yang menyatakan berpuasa berisiko meningkatkan infeksi covid19”. (republika, 23 April 2020).

Keempat, persiapan harta. Selain kebutuhan hidup, harta juga merupakan kebutuhan ibadah. Rasulullah SAW selalu memberi teladan dengan memperbanyak amalan sedekah di bulan ramadhan. Maka ramadhan juga dinamakan bulan kedermawanan. Pahala berupa kebaikan sedekah di bulan ramahan balasannya akan dilipatgandakan Allah SWT.

Sejatinya sedekah dapat dilakukan kapan saja. Namun bersedekah di bulan ramadhan mendapatkan banyak hikmah dan manfaat. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah azza wajalla berfirman, kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” (HR Muslim). Di hadis lain juga dijelaskan, “Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR at-Tirmidzi)

Kelima menyiapkan target ibadah ramadhan. Menurut ketua umum Wahdah Islamiyah Muammad Zaitun Rasmin, “Untuk meningkatkan kualitas ramadhan setiap tahunnya, diperlukan perencanaan atau pencanangan target ibadah. Tanpa target kita tidak menghasilkan apa-apa dari ramadhan.” (republika 10 Juni 2016).

Ustadz Adi Hidayat juga berpendapat, “Susunlah rencana untuk mengisi ibadah di bulan ramadhan, karena rencana itu bisa mendukung ikhtiar dan kesungguhan kita untuk mewujudkannya. Orang yang tidak punya rencana dalam ibadah, maka ia cenderung menunaikan ibadahnya sesuai kehendaknya. Selain terencana, ibadah diniatkan dengan baik, dikerjakan dengan serius, dan ditunaikan dengan ikhlas.” (detiknews, 06 Juni 2017)

Rasulullah SAW bersabda, “Betapa banyak orang berpuasa, namun ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya tersebut, kecuali hanya rasa lapar dan dahaga saja.” (HR at-Thabrani). Ini merupakan kerugian orang yang berpuasa yang tidak memiliki target. Ibadah yang dilakukannya hanya sebatas seremonial belaka, ikut-ikutan, tanpa ilmu dan tanpa manajemen.

Karena itu, kelolalah target ramadhan kita dengan baik. Berarti menjalankan ibadah ramadhan, selain berdasarkan iman, harus berdasarkan ilmu, teliti, agar ibadah ramadhan kita diterima Allah SWT. Rasullah SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa atas asar iman dan perhitungan maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukari Muslim).

Untuk membuat target ramadhan, setiap orang mungkin berbeda. Namun, perlu untuk direnungkan, anggaplah ini adalah ramadhan terakhir kita. Maka kita akan membuat target terbaik, aktif salat wajib secara berjamaah, puasa sebulan penuh tanpa ada yang tinggal, salat tarawih setiap malam, tadarus Alquran sampai khatam, bersedekah kepada fakir miskin, mengeluarkan zakat harta dan fitrah, serta ibadah-ibadah lainnya.

Kemudian, target inilah yang harus dipertahankan dan ditingkat pasca ramadhan. Sebagai alumni ramadhan agar senantiasa istiqamah dalam beribadah. Orang yang bertambah ketaatannya meski ramadhan telah berakhir, maka akan tergolong orang yang sangat beruntung. Wallahu a’lam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image