Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Selagi Pandemi Saatnya Bikin Pretasi Bukan Malah Frustrasi

Gaya Hidup | Monday, 21 Mar 2022, 09:49 WIB

Ingat tokoh Bu Tejo yang jadi trending topik beberapa waktu lalu, itu tuh toko1111h tukang ghibah di film pendek Tilik. Tapi itu semua mengarah pada satu sosok yaitu Siti Fauziah yang mampu memerankan tokoh ibu yang suka ngomongin keburukan orang di atas truk secara totalitas dan benar seperti aslinya, hingga ia pun dapat “hadiah” bullyan dari orang-orang di sekitarnya. Selain itu, Wahyu Agung Prasetyo justeru bisa manggung tatkala PH-PH kesulitan syuting demi kebutuhan komersial untuk stasiun televisi dan bioskop justeru belum buka. Ternyata sutradara ini malah punya intuisi kuat untuk segera merilis film garapannya di saat yang tepat tanpa biaya promo jor-joran tapi hasilnya luar biasa hingga namanya mulai dilirik jagat perfilman di tanah air. Orang bilang, kalo rezeki takkan lari kemana, tapi mungkin modal pembuatan film itu belum kembali he...he..he. Jadi intinya mesti berani ambil resiko dalam arti positif agar bisa meraih prestasi. Tapi bukan gaya affiliator binomo yang malah bawa orang-orang jadi sengsara.

Medali salah bentuk penghargaan bagi mereka yang meraih restasi (FOTO : Republika.co.id)

Sementara di sudut lain, Alwiansah, bocah 11 tahun asal Kolaka juga menarik perhatian karena suaranya merdu dan juga mimik wajahnya yang menarik saat menyanyi. Biarpun bocah ternyata mampu mengolah kemampuan yang dimilikinya menjadi media dirinya untuk membangkitkan ketertarikan publik memolototinnya tanpa henti. Acungan jempol dan pujian mengalir kepadanya karena hadir di panggung dan waktu yang tepat. Selebriti dadakan, benar-benar jadi prestasi tersendiri di ranah entertainment yang penuh hiruk pikuk dengan popularitas.

Siti Fauziah, Wahyu Agung Prasetyo dan Alwiansah emang benar-benar bikin kita tersadarkan jika anugerah Tuhan itu bila diolah secara baik, maka bisa menghasilkan sesuatu yang membanggakan. Tentu saja, Indonesia kaya dengan hal itu. Banyak orang unik dan memiliki kemampuan di atas rata-rata, yang ternyata dari semua itu justeru membuat satu kebanggaan di negeri yang ber-Bhinekka Tunggal Ika ini. Tapi kadang sayang,di sudut lain di negeri ini juga malah hadir juga sosok nyentrik bahkan cenderung pintar tapi malah frustrasi dan nggak punya panggung yang cocok untuk dirinya, dan malah nekat hingga aksi kriminal atau korupsi yang dipilih untuk membuat dirinya tenar. Mereka malah memilih tenar dengan tersandung masalah dan merugikan banyak orang. Benar-benar menyebalkan. Nah yang ini namanya frustrasi.

Seringkali di negeri ini kita disuguhi oleh fenomena dadakan yang muncul dan menjadi komoditas hiburan, tapi itulah realitanya. Nggak ada yang salah dari hal itu karena setidaknya kita bisa terhibur. Tapi ada juga pelajaran yang bisa kita ambil dari semua itu, perjuangan itu butuh proses, pengorbanan adalah keharusan dan prestasi adalah buah dari keduanya. Kita senang jika mereka dapat membanggakan dan menghibur. Lalu bagaimana kita juga dibuat kesal jika yang terpampang di televisi atau media massa adalah wajah mereka yang terhormat dengan berbagai jabatan tapi malah jadi koruptor dan menyelewengkan amanat jabatan.

Dua hal yang bertolak belakang, tapi itu nyatanya memang ada dan akan terus berlangsung selama negeri ini ada di atas dunia ini. Kemunculan sosok yang terkenal melalui sistem dadakan yang kemudian malah kadang tenggelam, tapi nggak apalah karena telah menorehkan sesuatu yang menarik banyak orang untuk melihat lalu memperhatikannya. Ingat Norman Kamaru atau Tegar, pengamen cilik itu juga pernah jadi sorotan. Sekarang mereka lagi ngapain, yak ? Mudah-mudahan mereka hidup nyaman tanpa kekurangan satu apapun. Tapi setidaknya mereka pun pernah jadi sorotan publik dan tak ada salahnya pula kita kenang sebagai sosok yang telah menorehkan prestasi saat itu.

Adanya media sosial dan situs yang yang bisa menampung karya-karya siapapun yang mau membuatnya, ibarat sebuah jalan tol untuk menuju ketenaran. Namun Jika ingin meneguhkan eksistensi sebagai seniman, musisi, artis dan aktor atau aktris berkualitas tidak cukup dengan fenomena dadakan seperti ini. Semuanya harus diolah melalui latihan dan keseriusan. Namun mesti kita ketahui, jika kesempatan itu sendiri nggak akan pernah datang dua kali. Sebab adanya sebuah kesempatan kenapa tidak dimanfaatkan sedemikian rupa. Mereka yang mampu memanfaatkan kesempatan ini tentu setidaknya bisa mendapatkan kebanggaan dan bisa diundang di acara-acara TV atau diwawancara yang ujungnya, ya lumayanlah dapat duit juga. Caranya seperti ini dirasa lebih elegan ketimbang makan uang rakyat akibat rakus yang tak terkendali.

Jadi setidaknya, walaupun saat ini mungkin sebagian masyarakat terpuruk karena pandemi covid 19. Namun tak meski ada alasan kehilangan akal untuk bisa menciptakan sensasi atau bisa juga menorehkan prestasi. Itu toh nyatanya, orang boleh berebut bantuan uang atau sembako dari Pemerintah, tapi realitanya, orang yang unik plus kepintaran serta dibarengin ada rezekinya justeru malah bertemu manis dengan buah dari perjuangannya. Film Tilik justeru jadi perbincangan hangat karena kerja keras dari sutradara, pemain dan para pendukungnya. Juga Alwiansah yang mungkin nggak nyangka jadi selebritis dadakan dari iseng ngupload video rekaman saat bocah itu nyanyi . Cuma jangan lupa terima kasih pula pada Youtube ya, yang kasih fasilitas gratis dan melambungkan seseorang ke jagat popularitas. Dengan begitu, jangan selalu terbatasi untuk bisa menghasilkan karya denganalasan tidak memiliki modal.Ya kalau film Tilik sih yang pasti ngeluarin modal cukup lumayan, tapi Alwiansah sih kayaknya cuma modal handphone doang direkam lalu sedikit diedit dan langsung bisa viral. Ini tetap membanggakan.

Tentu saja di pelosok Nusantara, masih banyak yang ngantri untuk mendapatkan kesempatan ini. Tapi saat ini mungkin giliran Wahyu Agung Prasetio, Siti Fauziah dan Alwiansah yang kecipratan rezeki dari Yang Maha Kuasa. Jadi mungkin bagi sebagian masyarkat kini sedang hidup susah, tapi dengan tiga sosok tadi, rasanya negeri ini bisa segera lepas dari kesulitan. Coba bayangkan, mereka berani mengambil langkah, kalo bukan saat ini kapan lagi. Jika WAP dan Siti Fauziah melakukan semua itu dengan rancangan yang terstruktur hingga melahirkan prestasi. Namun Alwiansah mungkin tak ada niatan untuk meraih prestasi yang justeru intinya coba-coba aja. Tetapi apapun alasan, kedua kubu yang berbeda ini, intinya mampu menggiring pemikiran kita, bahwa tak ada alasan untuk mengeluh dengan keadaan, toh kalo mau mencoba, malah hasilnya justeru di luar ekspetasi. Hal itu tetap saja namanya prestasi juga.

Lagi-lagi kita terhenyak dengan fenomena dadakan ini, namun ingat ini semua tidak terlepas dari keberanian berkarya dan berkreasi dari sudut yang berbeda. Tapi sekali lagi ini tetap prestasi yang membanggakan. Film Tilik telah memotret kehidupan masyarakat dengan sasaran yang jelas dan menggugah masyarakat untuk berinstrospeksi diri bahwa semua itu ada di tengah-tengah kita. Begitupula Alwiansah, bocah itu ada di tengah-tengah kita dan memacu bocah-bocah lain untuk berprestasi dengan caranya sendiri dibarengi kepolosan yang dimiliki para bocah. Jadi selama mampu menghasilkan prestasi, walaupun di tengah pandemi, tetap lakukanlah karena hal itu bernilai dan dapat dikenang sebagai sebuah prestasi yang membanggakan di mata orang-orang. Semoga kita bisa menghasilkan prestasi bukan justeru malahfrustrasi.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image