Grit: Kunci untuk Sukses
Guru Menulis | 2022-03-18 14:48:27Apa yang membuat seseorang bisa sukses?
Itu pertanyaan yang selalu ditanyakan orang-orang untuk mendapatkan tips atau trik agar menjadi sukses.
Namun, pertanyaan singkat itu bagi Angela Lee Duckworth menjadi sebuah pertanyaan serius yang mengantar dia melakukan penelitian terhadap banyak individu yang dianggap sukses dalam menjalankan perannya.
Duckworth menjelaskan bahwa hasil penelitiannya terhadap berbagai komunitas, seperti militer, sekolah, guru, dan lainnya, individu yang mampu bertahan sampai mencapai keberhasilan punya kesamaan; mereka punya grit. Melalui hal tersebut, Duckworth memperkenalkan konsep grit sebagai sikap yang penuh gairah dan kegigihan dalam mencapai tujuan.
Hal ini seperti seorang pelari maraton akan dapat berlari dengan jarak puluhan kilometer hanya ketika dia memiliki daya tahan yang kuat. Dengan begitu, seorang pelari maraton akan dapat melawan dirinya sendiri karena rivalitas tertinggi dalam kontes lari maraton adalah melawan diri sendiri, bukan pelari lainnya. Dengan daya tahan tersebut, dia dapat melawan rasa malas berlari dan godaan untuk berhenti. Dan dengan daya tahan tersebut itu juga, seorang pelari maraton dapat sukses menuju finis.
Duckworth menyebut daya tahan itu dengan istilah grit. Sesuatu yang selalu dimiliki oleh orang-orang sukses. Berikut ini empat konsep dasar terkait dengan grit agar kamu bisa membiasakannya:
1. IQ Tinggi Bukan Berarti Grit Tinggi
Sikap grit yang dimiliki seseorang tidak ada hubungannya dengan kemampuan intelektualnya. Pribadi yang gigih dan penuh gairah tidak dibentuk oleh tinggi rendahnya IQ seorang individu. Hal tersebut merupakan salah satu hasil yang didapatkan Angela Duckworth dalam penelitiannya.
Grit merupakan konsep pola pikir dan motivasi. Oleh sebab itu. grittier, sebutan Duckworth bagi individu yang memiliki grit, tidak bergantung padang spesifikasi kecerdasan intelektual tertentu. Artinya, individu berIQ tinggi bisa memiliki sikap grit, begitu pula individu berIQ rata-rata atau di bawah rata-rata.
2. Punya Bakat Tidak Berarti Punya Grit
Seperti halnya IQ, seorang individu berbakat pada bidang tertentu tidak otomatis akan mempunyai sikap grit. Sikap grit tidak berkaitan dengan bakat yang dimiliki seseorang. Tidak berbakat pun, seorang individu akan bisa sukses ketika dia memiliki sikap grit.
Hal ini dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari kita, berapa banyak anak-anak yang berbakat namun gagal atau tidak sukses dalam mengembangkan bakatnya. Hal tersebut terjadi karena bakat merupakan sebuah kemampuan atau keterampilan dalam melakukan suatu hal. Makanya, bakat yang tidak diasah jadi percuma.
Contoh kasus anak yang berbakat sepak bola. Dia akan lebih mudah menguasai teknik-teknik bermain bola, namun apabila jarang latihan anak tersebut tidak akan menjadi pemain bola hebat. Oleh sebab itu, bakat harus beriringan dengan kerja keras. Dan itulah fungsi sikap grit; menjaga kekonsistenan kerja keras tersebut.
3. Grit Disemai dari Lingkungan
Layaknya karakter, grit menjadi bagian tak terpisahkan dengan perkembangan diri seseorang. Oleh sebab itu pula, lingkungan merupakan faktor yang paling mempengaruhi seorang individu dalam mengakuisisi grit. Pendidikan untuk bersikap gigih dan penuh gairah akan berkaitan erat dengan pendidikan dini dan kesehatan mental.
Lingkungan pertama seorang individu merupakan lingkungan yang paling berperan penting untuk menciptakan grittier. Dan lingkungan tersebut adalah keluarga. Seorang individu akan berinteraksi erat pertama kali dengan keluarganya. Bila semenjak dini, interaksi positif terjadi maka sikap grit akan mudah terbentuk.
Selain pendidikan dini di keluarga, lingkungan sekolah atau masyarakat lainnya juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang sikap grit seorang individu. Setidaknya, lingkungan yang aman dan nyaman menjadi tempat yang kondusif untuk grittier bermunculan.
4. Menjadi Grittier Lewat Grown Mindset
Dalam banyak diskusi, pertanyaan metode apa yang bisa dipakai untuk mengajarkan seorang individu menjadi grittier menjadi pertanyaan yang banyak diajukan. Jawabannya? Belum ada metode yang pasti untuk mempelajari sikap grit ini. Hal tersebut diakui sendiri oleh Angela Lee Duckworth sebagai peneliti dan pencetus konsep grit.
Namun, Duckworth menyatakan formula yang paling dekat dalam menyemai sikap grit adalah prosedur growth mindset.
Konsep growth mindset sendiri merupakan konsep pengembangan diri yang dicetus oleh Carol Dweck. Dalam growth mindset, setiap individu diyakini mampu berusaha mencapai kualitas tertentu. Maksudnya, semua individu berhak sukses apabila bekerja keras. IQ dan bakat bukan menjadi kunci utama untuk sukses; tapi kerja keras.
Dengan menggunakan pola pikir ini, tantangan dan kegagalan bukan sesuatu yang menakutkan. Individu dengan growth mindset menganggap kegagalan sebagai jalan untuk mencapai kesuksesan. Oleh sebab itu, individu dengan growth mindset akan menjadi seorang grittier.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.