Inspirasi Tentang Kehidupan di Pantai Pangandaran
Wisata | 2022-03-18 07:16:08Harus kuakui, semenjak adanya relaksasi dalam dunia pariwisata khususnya di Provinsi Jawa Barat, Pantai Pangandaran jelas menjadi tujuan utama para pelancong untuk mengunjunginya. Akhir pekan adalah waktu yang cocok untuk berlibur ke sana. Aku sadar betul itu hingga tak kulewatkan kesempatan pada akhir bulan Oktober. Jelas menyenangkan walaupun butuh waktu lima jam untuk bisa menembus kawasan tersebut dengan menggunakan kendaraan yang dicharter bersama kawan-kawan.
Perjalanan begitu mengasyikkan walaupun harus menembus pekatnya dini hari. Jalan berkelok dan menanjak pun kurasakan menjadi bagian episode perjalanan itu. Mobil yang kutumpangi melewati beberapa kabupaten. Begitupun bus-bus dengan plat yang berbeda seolah berburu waktu untuk segera merapat ke lokasi tujuan. Aku dan ribuan orang telah merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa menikmati keindahan pantai dan sejenak melupakan aktivitas yang banyak menguras tenaga dan membuat penat tubuh.
Entah berapa tahun aku sendiri sudah lupa terakhir ke pantai yang sangat indah ini. Justeru yang kulihat banyak perubahan apalagi tsunami telah menghempaskan bangunan dan kehidupan di kawasan ini. Tetapi hal itu tak mengurangi animo para pelancong untuk kembali berkunjung. Dan saat itu kulihat matahari sudah tak malu menampakkan wajahnya. Ketika memandang lepas ke lautan kulihat perahu-perahu terhempas saat menembus deburan ombak. Orang-orang cukup membayar Rp 25.000,--Rp30.000,-/ per orang sampai mereka kenyang mengarungi lautan dan senyum mereka yang bekerja pada perahu itu mendapatkan sejumlah uang setelah setahun lebih mereka tak memiliki kesempatan itu. Badrun pun bersyukur atas semua itu dan ia begitu senang mengantar orang-orang yang menikmati perjalanan di laut itu.
Tetapi mereka yang tak mau berlayar atau tak memiliki sejumlah uang untuk itu tetap bisa menikmati bagian yang bisa pula menyenangkan hatinya. Mereka ada yang berenang di pinggir pantai yang sesekali diingatkan bala wisata agar tidak terlalu ke tengah pantai. Tampak di pinggir pantai mereka yang berjualan pun sibuk melayani orang-orang yang membeli makanan dan juga minuman. Sementara sebagian orang lagi ada yang sekedar berjalan di pinggir pantai atu justeru bermain dengan pasir-pasir membuat sesuatu sesuai yang diinginkannya.
Belum lagi alunan dangdut yang kudengar begitu nyaring menjadi hiburan pelepas lelah. Bukan itu saja, skywalk yang dominan berwarna biru dengan seni lukisan mural yang menggambarkan dunia laut menjadi keasyikan tersendiri. Juga aku melihat lalu lalang kendaraan yang merapat semakin menyemarakkan suasana. Penjual ikan asin dan penjual oleh-oleh lainnya pun tampak bersaing dengan rayuan mautnya membujuk orang yang berada di pantai untuk mau membelinya. Semua itu membuatku semakin menyadari dan memberiku inspirasi tentang kehidupan. Walaupun berbeda tetapi mereka bisa menyatu dalam alur kebersamaan menikmati indahnya ciptaan Tuhan. Pada satu sisi ada yang berbagi rezeki dan di sisi lainnya kebagian rezeki atas semua yang terjadi.
Setelah aku puas berjalan, aku rehat sejenak di sebuah kursi yang tersedia di sana sembari menikmati satu cup susu coklat dingin yang kupesan. Sejenak pula aku bisa mengobrol dengan orang yang datang ke pantai itu. Mak Iti yang berjualan dengan senyumnya merasa bahagia selama satu bulan terakhirnya karena jualannya bisa memberinya pendapatan lagi. Begitu juga Ratno, sang suami pun kembali bisa memotret para wisatawan yang ingin berfoto di pinggir pantai. Tak ada gurat sedih terlihat pada wajah mereka karena harapan mereka kembali melambung tinggi dan bisa jadi itu berkah bagi mereka setelah Pantai pangabndaran dibuka untuk umum. Dari berbagai penjuru datang dan mereka berdesak-desakan menikmati pantai itu untuk menyenangkan hatinya. Dan saat mathari telah bnerada di atas kepala serta mulai terasa panasnya kuputuskan aku kembali ke penginapan untuk beristirahat.
Tetapi menjelang sore momentum itu tak kulewatkan. Aku bersama teman justeru menikmati keindahan di pinggir pantai seraya menemui sahabat yang kala itu sama pula datang ke tempat wisata ini. Kami berempat ditraktir makanan dan minuman yang ada. Kali ini semua sepakat untuk menikmati Pantai Barat yang ombaknya besar dan di sana memang dilarang berenang. Aku memasukinya melalui Kampung Turis yang mirip-mirip Jimbaran seperti yang ada di Pulau Dewata Bali. Karena pantai itu tak bisa dipakai berenang maka cukup berfoto ria saja. Justeru di sana aku pun bisa menikmati sunset bersama orang-orang di sana yang menikmati suasana yang semakin malam semakin ramai.
Kerlap-kerllip lampu yang berwarna-warni di kampung Turis itu terlihat menemani pula orang yang menikmati hidangan di area outdoor yang menghadap ke pantai dan juga mereka yang menyantap makanan di dalam resto. Area parkir pun dipenuhi oleh kendaraan kecil dan juga bus yang datang dari berbagai pelosok. Sejenak aku pun mengabil air wudhu untuk melaksanakan Shalat Maghrib yang kemudian aku kembali menyatu dengan para pelancong yang hadir di sana. Tentu saja semakin malam semakin terlihat suasana yang bikin takjub karena aku melihat hamparan air laut di pantai itu semakin membesar dan menjadi sebuah pemandangan yang menakutkan jika aku sendirian di tempat itu dan tak ada orang.
Tetapi itu tak berlangsung lama karena kemudian aku bersama teman-teman melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil sedan brio berkeliling pelosok pantai Pangandaran yang tampak ramai dengan kendaraan yang lalu lalang juga orang-orang yang menikmati suasana malam . Setelah mendekati penginapan aku minta pamit untuk beristirahat demi menikmati sesuatu di hari esok sementara teman-temanku masih ingin berada di pantai dan mereka menikmatinya sampai tengah malam yang kemudian kembali ke penginapan saat aku sudah tertidur lelap.
Pagi harinya aku kembali ke pantai dan memperhatikan orang-orang begitu gembira menikmati suasana yang mereka dapatkan pagi itu. Aku dan Iqbal duduk menikmati nasi kuning yang dibeli dari penjual keliling sampai kemudian banyak orang yang kenal denganku menyapa pada saat liburan itu. Aku pun berharap agar kondisi itu tetap seperti ini dan selamanya agar bisa kembali ke Pantai Pangandaran ini.***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.