Laut Indonesia Kaya, Tapi Siapa yang Menjaganya?
Eduaksi | 2025-12-14 18:52:06Indonesia, Negeri Maritim yang Terlupa
Indonesia sering disebut sebagai negara maritim. Kita punya lebih dari 17 ribu pulau dan luas laut yang mencapai 3,25 juta km². Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), potensi lestari sumber daya ikan Indonesia mencapai 12,01 juta ton per tahun. Angka ini seharusnya cukup untuk menjadikan kita sebagai negara penghasil produk perikanan terbesar di dunia.
Namun, realitanya belum seindah itu. Sektor kelautan kita masih menghadapi berbagai masalah klasik — mulai dari penangkapan ikan berlebih (overfishing), pencemaran laut, hingga kurangnya teknologi dalam pengolahan hasil perikanan. Potensi besar ini belum sepenuhnya dikelola dengan berkelanjutan, bahkan di beberapa wilayah mulai menurun karena eksploitasi yang tidak terkendali.
Kekayaan yang Perlahan Hilang
Sebagian besar masyarakat pesisir menggantungkan hidupnya dari laut, tapi banyak di antara mereka yang masih hidup dalam keterbatasan ekonomi. Mengapa begitu? Salah satu alasannya adalah rantai nilai produk perikanan yang masih panjang dan tidak efisien. Nelayan kecil hanya menjual hasil tangkapan mentah tanpa nilai tambah, sementara keuntungan besar justru dinikmati oleh pengepul atau perusahaan besar.
Selain itu, kerusakan ekosistem pesisir makin memperburuk keadaan. Data dari KKP menunjukkan bahwa lebih dari 50% terumbu karang di Indonesia dalam kondisi rusak, sebagian besar akibat aktivitas manusia — seperti penangkapan ikan dengan bahan peledak, pembuangan limbah plastik, serta alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak dan permukiman.
Padahal, ekosistem seperti mangrove, padang lamun, dan terumbu karang adalah benteng alami yang melindungi pantai dari abrasi dan tempat hidup bagi berbagai biota laut. Jika rusak, bukan hanya lingkungan yang rugi, tapi juga mata pencaharian masyarakat pesisir.
Ekonomi Biru: Jalan Menuju Laut yang Berkelanjutan
Untuk menjawab masalah ini, pemerintah telah memperkenalkan konsep ekonomi biru (blue economy). Konsep ini berfokus pada bagaimana laut bisa dimanfaatkan untuk ekonomi, tetapi tetap menjaga kelestarian ekosistemnya.
Contoh penerapan ekonomi biru adalah:
1. Budidaya ikan yang ramah lingkungan dan efisien,
2. Pemanfaatan energi laut (seperti arus dan gelombang),
3. Inovasi dalam pengolahan hasil perikanan agar memiliki nilai jual tinggi,
Dan pemantauan stok ikan menggunakan teknologi digital dan satelit.Jika dijalankan dengan serius, ekonomi biru bukan hanya menjaga keberlanjutan laut, tapi juga bisa membuka lapangan kerja baru, mengurangi kemiskinan di pesisir, dan memperkuat ekonomi nasional.
Peran Mahasiswa dan Inovasi Teknologi Hasil Perikanan
Di era modern, laut bukan lagi sekadar tempat menangkap ikan. Laut adalah laboratorium masa depan bagi sains dan teknologi.
Mahasiswa dari berbagai bidang — terutama Teknologi Hasil Perikanan — punya peran besar dalam hal ini. Mereka mempelajari cara mengolah hasil laut agar tidak cepat rusak, meningkatkan nilai jual, dan menciptakan produk inovatif yang ramah lingkungan.
Beberapa inovasi menarik dari dunia perikanan saat ini antara lain:
1. Pembuatan bioplastik dari rumput laut,
2. Pengembangan snack tinggi protein berbasis ikan lele dan tuna,
3. Dan teknologi pengemasan berbasis nanoteknologi untuk menjaga kesegaran ikan lebih lama.
Jika riset dan teknologi ini terus dikembangkan, produk perikanan Indonesia bisa bersaing di pasar global tanpa harus merusak lingkungan.
Kesadaran Masyarakat Adalah Kunci
Tentu saja, teknologi tidak akan berarti tanpa perubahan perilaku masyarakat. Masih banyak orang yang membuang sampah ke sungai dan laut tanpa berpikir panjang. Padahal, 80% sampah laut berasal dari daratan.
Kita semua, termasuk generasi muda, harus sadar bahwa menjaga laut bukan tugas nelayan atau pemerintah saja. Itu adalah tanggung jawab bersama.
Kampanye seperti "Gerakan Bersih Pantai", pengurangan plastik sekali pakai, dan edukasi lingkungan di sekolah atau kampus adalah langkah kecil yang bisa membawa dampak besar jika dilakukan secara konsisten.
Menjaga Laut, Menjaga Masa Depan
Laut Indonesia adalah identitas kita. Di sanalah kehidupan, ekonomi, dan masa depan bangsa berakar. Tapi jika kita terus abai, kekayaan itu bisa hilang selamanya.
Sudah saatnya kita melihat laut bukan hanya sebagai sumber ekonomi, tetapi juga warisan hidup yang harus dijaga untuk generasi berikutnya.
Generasi muda Indonesia harus berani mengambil peran — lewat riset, inovasi, dan gaya hidup ramah lingkungan. Karena masa depan laut, dan masa depan kita, bergantung pada apa yang kita lakukan hari ini.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (2024). Statistik Perikanan Tangkap Indonesia.
FAO. (2023). The State of World Fisheries and Aquaculture 2023: Sustainability in Action.
Widyasari, A., & Mulyani, S. (2023). Pengelolaan Sumber Daya Laut Berkelanjutan di Indonesia. Jurnal Ilmu Kelautan, 12(2).
WWF Indonesia. (2024). Laporan Kondisi Ekosistem Laut Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
