Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ayudia Dewi Pithaloka

Dampak Kurangnya Peran Orang Tua dalam Tumbuh Kembang Anak

Eduaksi | 2025-12-14 16:43:12

Kenapa peran orang tua sangat penting dalam proses tumbuh kembang seorang anak? Sebagai seorang mahasiswa baru, kita semua tahu masa-masa kuliah ini penuh dengan hal-hal baru dan tantangan. Tapi, pernahkah kita berhenti sejenak untuk merenungkan, "Kenapa kita bisa sampai di titik ini?". Salah satu faktor terbesar yang sering kita lupakan adalah peran orang tua. Jika kita melihat lebih dekat, banyak sekali anak-anak yang kehilangan kesempatan, jati dirinya, dan arah untuk melangkah karena kurangnya peran dari orang tua mereka.

Ibarat sebuah bangunan tanpa fondasi yang kuat. Begitulah anak yang tumbuh tanpa bimbingan dan kasih sayang orang tua yang cukup. Di usia anak yang bertransisi dari anak-anak ke remaja, anak sangat bergantung pada figur orang tua untuk membangun rasa aman, kepercayaan, cara berfikir, harga diri, dan kemampuan dalam mengelola emosi. Ketika peran ini absen, anak bisa mengalami berbagai masalah psikologis dan emosional, seperti:

1. Anak mungkin merasa tidak berharga atau tidak dicintai, yang berdampak pada ketidakmampuan mereka untuk mengambil risiko atau mencoba hal-hal baru.

2. Tanpa bimbingan dan arahan dari orang tua, anak kesulitan mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi mereka secara sehat. Mereka bisa menjadi lebih rentan terhadap kecemasan, depresi, atau menyimpan semua masalahnya sendiri yang lama-lama akan menjadi puncak emosi yang bisa meledak kapan saja.

3. Dalam mengisi kekosongan emosional, anak bisa melakukan hal-hal yang tidak seharusnya, seperti mencari perhatian dari teman-teman yang salah, atau bahkan melakukan kenakalan remaja.

Orang tua adalah guru pertama kita dalam berinteraksi sosial. Mereka mengajarkan kita tentang empati, negosiasi, cara menyelesaikan suatu masalah, langkah dalam pengambilan keputusan, dan cara membangun hubungan yang sehat. Ketika peran ini tidak dijalankan, anak bisa kesulitan berinteraksi dengan orang lain di masa depan yang akan berdampak seperti:

1. Pengalaman kurangnya dukungan orang tua bisa membuat anak sulit membangun hubungan yang dalam dan bermakna. Mereka selalu merasa was-was dan tidak nyaman.

2. Kurangnya interaksi yang hangat dan terbuka dengan orang tua bisa membuat anak menjadi pendiam, atau sebaliknya, terlalu agresif dalam berbicara.

3. Anak mungkin lebih suka menyendiri atau hanya bergaul dengan orang-orang yang memberikan validasi instan, tanpa membangun persahabatan sejati. Karena, yang mereka butuhkan adalah dukungan atau teman ‘senasib’ atas apa yang mereka rasakan.

Apakah masalah ini juga bisa berdampak pada prestasi akademik dan masa depan sang anak? Meskipun bukan satu-satunya faktor, dukungan orang tua berperan besar dalam membentuk etos kerja dan motivasi belajar anak, lho. Kurangnya keterlibatan orang tua bisa berdampak pada kurangnya motivasi anak untuk belajar, anak mungkin tidak memiliki gambaran yang jelas tentang masa depan mereka. Orang tua adalah ‘kompas’ yang membantu mengarahkan anak menemukan minat dan bakat mereka. Tanpa itu, anak bisa merasa tersesat. Studi menunjukkan bahwa anak yang merasa kurang diperhatikan oleh orang tua lebih rentan untuk merokok, menggunakan narkoba, atau terlibat dalam aktivitas kriminal.

Sebagai mahasiswa baru, kita berada di jalan menuju kemandirian. Penting untuk diingat bahwa peran orang tua, baik dalam bentuk dukungan finansial, moral, maupun emosional, adalah modal yang sangat berharga dalam proses perjalanan ini. Jika kamu merasa salah satu dampak di atas ‘relate’ dengan pengalamanmu, jangan ragu untuk mencari bantuan, baik dari konselor kampus, dosen, atau teman-teman terdekat, ya! Mari kita hargai setiap momen kebersamaan dengan keluarga, karena fondasi yang mereka bangunkan untuk kita adalah bekal terpenting untuk menaklukkan kehidupan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image