Keterkaitan Hubungan Vertikal dan Horizontal dalam Pengambilan Keputusan
Agama | 2025-12-14 15:03:16
Isu sosial dan lingkungan yang semakin kompleks saat ini sering kali memperlihatkan betapa pentingnya mempertimbangkan keterkaitan antara hubungan vertikal dan horizontal dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks sosial, hubungan vertikal menggambarkan interaksi antara individu dengan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi, sementara hubungan horizontal berfokus pada interaksi antar sesama individu atau kelompok yang setara. Kedua jenis hubungan ini sering kali diabaikan atau dipisahkan dalam pengambilan keputusan, meskipun keduanya memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan kebijakan yang lebih baik dan lebih efektif.
Hubungan vertikal, dalam konteks agama, dapat dipahami sebagai hubungan antara manusia dengan Tuhan, yang mengajarkan kita untuk selalu meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya. Di sisi lain, hubungan horizontal menggambarkan interaksi antar sesama manusia, yang mengajarkan kita untuk bekerja sama dan berkolaborasi dalam menghadapi berbagai tantangan. Keduanya, meskipun terkesan berbeda, sesungguhnya saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan.
Sayangnya, dalam banyak situasi, kita sering melihat keputusan yang diambil hanya berdasarkan salah satu perspektif ini, tanpa mempertimbangkan hubungan lainnya. Fenomena ini dapat disebut sebagai diplopia sosial, di mana seseorang atau kelompok melihat suatu masalah dengan dua pandangan yang tidak terintegrasi dengan baik. Sebagai contoh, dalam isu perubahan iklim, sering kali kita melihat keputusan yang hanya berdasarkan perspektif ekonomi atau lingkungan secara terpisah. Dalam perspektif ekonomi, mungkin ada dorongan untuk meningkatkan industrialisasi demi kemakmuran masyarakat. Namun, dalam perspektif lingkungan, ada kebutuhan untuk menjaga kelestarian alam agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Jika kedua perspektif ini tidak dipertimbangkan bersama, bisa terjadi ketegangan dan kebijakan yang justru merugikan kedua belah pihak.
Pengabaian terhadap keterkaitan hubungan vertikal dan horizontal juga dapat terlihat dalam situasi sosial lainnya. Misalnya, dalam menghadapi bencana, seperti kebakaran, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah kita harus segera bertindak untuk memadamkan api atau memilih untuk berdoa dan meminta pertolongan dari Tuhan. Dalam situasi ini, keputusan yang hanya didasarkan pada satu perspektif apakah itu vertikal atau horizontal akan menghasilkan tindakan yang kurang optimal. Padahal, seharusnya kita bisa menggabungkan keduanya: berdoa (hubungan vertikal) sambil berusaha memadamkan api (hubungan horizontal), sehingga upaya kita menjadi lebih efektif dan memberikan hasil yang lebih baik.
Keterkaitan antara hubungan vertikal dan horizontal ini juga sangat penting dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Keputusan yang baik adalah keputusan yang tidak hanya melibatkan interaksi dengan otoritas atau Tuhan, tetapi juga dengan sesama manusia, dalam rangka mencapai solusi yang lebih menyeluruh dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyadari bahwa keduanya tidak terpisahkan dan harus dipertimbangkan bersama ketika menghadapi masalah besar.
Dengan menggabungkan kedua hubungan ini dalam setiap keputusan yang kita ambil, baik dalam konteks sosial, lingkungan, maupun kehidupan sehari-hari, kita akan mampu menciptakan kebijakan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa, seperti doa dan ikhtiar yang tak terpisahkan, keputusan yang bijak pun harus melibatkan hubungan vertikal dan horizontal untuk mencapai hasil yang lebih harmonis dan bermanfaat bagi semua pihak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
