Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fakhry Ahmad

Menjadi Lebih Baik Adalah Sebuah Upaya Tanpa Henti untuk Mencapai Hidayah

Agama | 2025-12-11 17:25:56

Sering kali kita mendengar pertanyaan, "Saya jarang beribadah, apakah tidak lebih baik saya melakukan maksiat lainnya? Toh, saya sudah jarang beribadah." Pertanyaan ini sering muncul sebagai ungkapan kebingungan dan keputusasaan seseorang terhadap kondisi spiritualnya. Namun, pertanyaan ini sebenarnya mengandung pengertian yang lebih dalam jika kita melihatnya dari perspektif yang lebih luas.

Konsep hidayah dan rizki memiliki kesamaan yang sangat mendalam. Seperti halnya rizki yang datang dari Allah dan hanya bisa diperoleh dengan ikhtiar, demikian juga hidayah yang kita inginkan. Allah adalah satu-satunya pemberi petunjuk, namun kita tetap diwajibkan untuk berusaha dan berikhtiar menuju kebaikan, termasuk dalam hal beribadah. Kita tidak bisa hanya menunggu tanpa berbuat apa-apa.

Penting untuk dipahami bahwa mencari hidayah dalam hidup ini sama halnya dengan mencari nafkah. Sebagai manusia, kita memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu berupa uang, makanan, maupun pemenuhan kebutuhan spiritual. Mengabaikan usaha atau ikhtiar dalam usaha memenuhi kebutuhan duniawi adalah hal yang tidak masuk akal, begitu juga dengan mengabaikan upaya dalam mencari hidayah. Bagaimana kita dapat berharap mendapatkan hidayah jika kita tidak melakukan upaya untuk mencapainya? Jika kita tidak berusaha, maka kita malah justru mengarah pada keburukan dengan membiarkan diri kita terjebak dalam maksiat.

Banyak orang beralasan bahwa beribadah bukanlah kebutuhan primer, sebagaimana uang untuk membeli makanan. Namun, sesungguhnya, beribadah adalah kebutuhan spiritual yang tidak kalah pentingnya. Jika kita menganggap remeh ibadah, kita malah akan kehilangan keseimbangan dalam hidup ini. Jika kita bisa terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan duniawi dengan gigih, mengapa kita tidak melakukan hal yang sama dalam beribadah?

Sebagai manusia yang berorientasi pada akhirat, kita harus memastikan setiap langkah kita mengarah pada kebaikan. Allah menuntut kita untuk selalu berusaha memperbaiki diri, meskipun hidup penuh dengan cobaan. Tak ada gunanya hidup hanya untuk dunia, karena dunia ini sementara. Kehidupan abadi berada di akhirat, dan segala yang kita lakukan di dunia ini akan menentukan nasib kita di sana.

Di dalam Al-Isra’ (18:18-19), Allah mengingatkan kita tentang dua jenis manusia. Mereka yang hanya fokus pada dunia, dan mereka yang mengutamakan akhirat. Orang yang mengutamakan akhirat adalah mereka yang senantiasa beribadah, meskipun keadaan sulit, karena mereka memahami bahwa hidup ini hanyalah ujian. Mereka yang berorientasi pada akhirat akan selalu mencari cara untuk mendekatkan diri pada Allah, meskipun berulang kali terjatuh dalam dosa. Setelah bertobat, mereka kembali berusaha untuk memperbaiki diri.

Akhirat adalah kehidupan yang hakiki, dan tidak ada alasan bagi orang cerdas untuk mengorbankannya demi kenikmatan dunia yang sementara. Dengan memahami hal ini, kita bisa menjalani hidup dengan penuh makna, berusaha dalam kebaikan, dan senantiasa mengharapkan ridho Allah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image