Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. WAODE NURMUHAEMIN.

Dari Surwardi Suryaningrat, Guevara Hingga Fraire Pendidikan Untuk Kaum Tertindas

Eduaksi | Friday, 11 Mar 2022, 16:19 WIB
Sumber : Kumparan

Siapapun yang pernah berkecimpung pada organisasi kemahasiswaan di kampus, pasti pernah mengenal Guevara. Tokoh yang berasal dari Argentina ini menjadi simbol perlawanan atas kemapanan ekonomi dan membela mereka yang tertindas. Waktu kuliah tingkat sarjana , hampir sebagian besar teman-teman saya sesama pengurus di unit Penalaran BEM kampus mengidolakan Guevera. Saya sebagai mahasiswa tingkat awal mulai mengenal Guevara dan Paulo Freire. Dua tokoh besar itu sama-sama berasal dari negara-negara Latin Amerika. Bartahun-tahun kemudian, ditahun 2012 saya berkesempatan berinteraksi dengan sejumlah pemimpin dari negara Latin Amerika waktu mengikuti sekolah kepemimpinan selama enam bulan di Amerika. Mereka adalah orang-orang yang cenderung memiliki kepribadian yang hangat dan suka menebar simpati. Saya kemudian lebih mengenal kedua tokoh itu pada sesi diskusi-diskusi di kelas. Menurut teman-teman dari Brasil, Mexico, Peru, Panama, Bolivia, El Savador, Chile, dan juga Argentina Keduannya adalah berasal dari keluarga kaya raya.

Guevara adalah seorang dokter yang meninggalkan dunia mapannya untuk membantu masyarakat miskin yang dirampas tanahnya oleh kaum kaya. Paulo Freire adalah anak kalangan masyarakat menengah keatas yang mendapat pendidikan tinggi di Brazil yang kemudian memutuskan untuk terjun membantu orang-orang miskin untuk mendapatkan pendidikan dan juga menulis buku “ Pendidikan Untuk Kaum Tertindas” yang terkenal di seantero dunia dan banyak mengubah wajah pendidikan terutama negara-negara dunia ketiga. Fraire mengkritik segala bentuk ketertindasan dalam pendidikan. Sekolah pada saat ditahun 1950 an terutama di Brazil bernuansa muram demikian juga perekonomian maupun pemerintahan. Fraire sering mengritik kebijakan pemerintah, dan akibatnya dia dipenjara bahkan diasingkan Pendidikan saat itu dibaratkannya sebuah Bank. Siswa hanya menjadi celengan dan hanya guru yang memiliki ilmu pengetahuan. Seharusnnya pendidkan itu “membebaskan” maksudnya, pendidikan merupakan pewarisan individu dari satu generasi ke generasi lain dengan menanamkan kejujuran dan tanggung jawab. Pendidikan juga harus membentuk pribadi manusia. Artinya, pendidikan bukan cuma dilihat sebagai pengiriman informasi dari satu kepala ke kepala yang lain.

Fraire dengan pemikirannya berhasil mendobrak kemapanan yang sudah diwariskan turun temurun di Brazil. Metode pendidikan yang digunakan Freire dikenal dengan problem posing education, atau pendidikan memecahkan masalah. Siswa sebagai pembelajar, seharusnya mampu mentrasform informasi menjadi hal-hal yang berguan dalam kehidupan. Yang manfaatnya terlihat secara nyata. Yang pada akhirnya bisa menyelamatkan dengan demikian bisa terbebas dari penindasan. Pemikiran Fraire masih up to date di negara-negara latin Amerika. Di Indonesia, kita punya Ki hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Suryaningrat. Seperti juga Fraire, pemikiran beliau bahkan lebih baik kalau menurut saya. Taman siswa didirikan untuk menjadikan sekolah sebagai taman. Taman itu identik dengan keindahan, bunga-bunga dan kebahagiaan. Seharusnya kita berbahagia di sekolah, bukannya stress berjamaah. Bukankah Finlandia menjadikan sekolah –sekolah sebagai taman? Mengapa Indonesia tidak?

Sekolah-sekolah di Indonesia ,masih banyak yang bernuasa murung dan penuh tekanan. Siswa dan guru masih sering stress dalam ruang-ruang kelas. Tidak heran, banyak yang kemudian mengusulkan bahwa sekolah tidak perlu lagi, apalagi saat ini perusahaan kelas dunia mulai tidak mensyaratkan ijasah sebagai syarat masuk kerja. Yaitu dimulai dari google, bahkan Elon Musk mengatakan tanpa sekolah orang bisa belajar apa saja.

Bangsa ini seharusnya menghargai inventor-inventor besarnya. Finlandia sudah memakai konsep taman siswa sehingga menjadi sekolah termaju di dunia. Negara kita sibuk mengadopsi kurikulum-kurikulum luar. Cobalah sekali-sekali menengok ke dalam warisan bangsa sendiri.

Ki Hajar Dewantara adalah tokoh besar yang pantas disandingkan dengan Paulo Freire dan Che Guevara. Pemimpin-pemimpin yang mengubah dunia dengan pikiran-pikiran mereka

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image