Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jeremie

Melawan Stunting: Dampak Jangka Panjang, Faktor Risiko, dan Upaya Dokter dalam Mencegah Stunting

Edukasi | 2025-12-11 00:57:22

Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian besar di Indonesia karena memengaruhi kualitas tumbuh kembang anak. Kondisi ini ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek atau berat badan kurang dari standar usianya akibat kekurangan gizi kronis dalam jangka panjang (WHO, 2021). Kekurangan gizi ini biasanya dimulai sejak masa kehamilan hingga usia dua tahun, periode yang dikenal sebagai 1.000 hari pertama kehidupan. Pada masa tersebut, pertumbuhan otak dan tubuh berkembang sangat cepat sehingga gangguan kecil sekalipun dapat memberikan dampak permanen (UNICEF, 2023). Stunting tidak hanya memengaruhi tinggi badan, tetapi juga berdampak pada perkembangan kognitif, kemampuan belajar, ketahanan tubuh, hingga peningkatan risiko penyakit kronis di usia dewasa (Global Nutrition Report, 2022).

Penyebab stunting sangat kompleks karena meliputi faktor gizi, infeksi, sanitasi, serta kondisi sosial ekonomi. Kekurangan asupan protein, zat besi, zinc, dan vitamin penting sering menjadi penyebab utama kurangnya pertumbuhan anak (Kemenkes RI, 2022). Selain itu, infeksi berulang seperti diare, ISPA, dan cacingan memperburuk kondisi gizi karena tubuh menggunakan energi tambahan untuk melawan penyakit (WHO, 2021). Faktor lingkungan seperti sanitasi buruk dan kurangnya akses terhadap air bersih juga meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Tidak hanya itu, rendahnya pendidikan orang tua, keterbatasan ekonomi, dan rendahnya akses layanan kesehatan turut memperbesar risiko stunting, terutama di daerah pedesaan dan wilayah dengan fasilitas kesehatan terbatas (UNICEF, 2023).

Dalam mencegah dan mengatasi stunting, dokter memiliki peran yang sangat penting. Salah satu peran utama dokter adalah memberikan edukasi kepada ibu hamil dan keluarga mengenai pentingnya gizi seimbang, konsumsi protein hewani, serta pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi (Kemenkes RI, 2022). Edukasi ini penting karena pengetahuan orang tua sangat memengaruhi pola makan dan kesehatan anak. Dokter juga melakukan pemantauan pertumbuhan secara rutin melalui pengukuran tinggi badan, berat badan, dan perkembangan anak menggunakan standar pertumbuhan yang dikeluarkan WHO. Pemantauan ini memungkinkan deteksi dini apabila terdapat tanda-tanda keterlambatan pertumbuhan sehingga intervensi dapat dilakukan lebih cepat (WHO, 2021).

Penanganan stunting juga memerlukan kerja sama lintas profesi. Dokter bekerja dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi anak, dengan bidan untuk mendampingi ibu hamil, serta dengan petugas kesehatan masyarakat untuk memberikan edukasi sanitasi dan gizi di tingkat keluarga (Kemenkes RI, 2022). Selain itu, dokter terlibat dalam pelaksanaan program pemerintah seperti posyandu, edukasi gizi 1.000 HPK, serta program suplementasi vitamin A. Kolaborasi ini sangat penting karena stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor, sehingga penanganannya harus menyentuh berbagai aspek kesehatan dan lingkungan anak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image